Rabu, 27 Agustus 2014

Skripsi Syariah:STRATEGI PEMASARAN TABUNGAN SAHABAT (Simpanan Usaha Banyak Manfaat) DI BMT HUDATAMA SEMARANG


 BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Ratusan  tahun  sudah  ekonomi  dunia  didominasi  oleh  perbankan  dengan  sistem  bunga.  Banyak  negara  yang  telah  mencapai  kemakmurannya  dengan  sistem  ini,  meskipun  lebih  banyak  lagi  negara  yang  belum  termasuk  negara  yang  makmur.  Pengalaman  di  bawah  dominasi  perbankan  dengan  sistem  bunga  selama  kurun  waktu  tersebut  membuktikan  ketidakmampuan  sistem  tersebut  untuk  menjembatani  kesenjangan  ini.  Di  antara  negara  maju  dan  negara  berkembang  kesenjangan  ini  semakin  lebar,  sedangkan  di  dalam  negara berkembang, kesenjangan itu pun semakin dalam.
Dalam  kaitan  dengan  kesengajaan  ekonomi  yang  terjadi,  para  ahli  ekonomi lebih banyak menyorotinya dari segi orang yang mengelolanya atau  dari  segi  manajemen.  Masih  belum  banyak  yang  mau  menyoroti  sistemnya,  yang  mungkin  disebabkan  sistem  perbankan  dengan  bunga  yang  memiliki  kerangka operasional yang lebih mudah sehingga di anggap lebih baik.

Baru  kira-  kira  20  tahun  yang  lalu,  para  ahli  syari’ah  Islam  yang  belajar  ekonomi  memperkenalkan  sistem  perbankan  bebas  bunga.  Latar  belakang  tumbuhnya  keinginan  untuk  menciptakan  sistem  perbankan  bebas  bunga ini adalah adanya kesangsian terhadap bunga, suatu argumentasi yang  sangat  kuat  yang  menyamakan  bunga  bank  dengan  riba  yang  di  haramkan  dalam  Al-Qur’an  dan  Hadits.  Beberapa  ahli  sejarah  menggagap  tumbuhnya   bank-bank  syari’ah  berjalan  bersamaan  dengan  kebangkitan  kembali  nilainilai luhur agama islam yang pernah tenggelam karena penjajahan  Indonesia  baru  memulai  menggunakan  sistem  bagi  hasil  pada  tahun  1992,  yakni  dengan  berdirinya  BMI  (Bank  Muamalat  Indonesia),  dan  bank  syari’ah  semakin  tumbuh  pesat  setelah  adanya  revisi  dari  Peraturan  Pemerintah no.72 tahun 1992 menjadi UU Perbankan no.10 tahun 1998 yang  berisikan tentang bank  yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil. Dan di  perbaharui  dengan  adanya  Peraturan  BI  No.  6/24/PBI/2004  yang  berisikan  tentang Bank Umum  yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip  syari’ah.
 Setelah  lahirnya  UU  tentang  perbankan,  perkembangan  perbankan  syari’ah  semakin  pesat.  Hal  ini  bisa  kita  lihat  dengan  banyaknya  lembaga  keuangan  syari’ah  selain  BMI  (Bank  Muamalat  Indonesia),  yakni  lembaga  keuangan  bank   ada  BNI  Syari’ah,  Bank  Syari’ah  Mandiri  (BSM),  Bank  Perkreditan  Rakyat  Syari’ah  (BPRS),  dan  lain-lain.  Hadirnya  lembaga  keuangan ini diharapkan mampu menjangkau masyarakat paling bawah, untuk  mengenal dan memanfaatkan jasa lembaga keuangan.
Namun  beberapa  hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  lembaga  keuangan bank, umumnya tidak mampu menjangkau lapisan masyarakat dari  golongan ekonomi menengah dan bawah. Ketidakmampuan tersebut terutama  dalam  sisi  penanggungan  risiko  dan  biaya  operasi,  juga  dalam  identifikasi   Muhamad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta:  UII Press, Cet.I, 2000,  hlm II   Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syari'ah, Yogyakarta: UII Press, Cet.
I, 2000, hlm I    usaha dan pemantauan penggunaan kredit yang layak usaha. Ketidakmampuan  ini menjadi penyebab terjadinya kekosongan  pada segmen pasar keuangan di  wilayah  pedesaan.
 Dan  untuk  menanggulangi  kejadian  seperti  ini,  perlu  adanya  suatu  lembaga  keuangan  yang  mampu  menjadi  jalan  tengah.  Wujud  nyatanya adalah dengan memperbanyak pengoperasionalan lembaga keuangan  yang berprinsip bagi hasil yang mampu menjangkau rakyat ekonomi menegah  ke bawah.
Berdasar pada kebutuhan untuk menciptakan pemerataan ekonomi dari  atas sampai bawah, maka lahirlah lembaga keuangan non bank yang di sebut  dengan  Baitul  Maal  wa  Tamwil  (BMT).  Baitul  Maal  wa  Tamwil  (BMT)  merupakan  salah  satu  perintis  lembaga  keuangan  non  bank  dengan  prinsip  syari’ah di indonesia.  Lahirnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dimulai dari  ide para aktivis Masjid Salman ITB Bandung yang mendirikan Koperasi Jasa  Keahlian Teknosa pada tahun 80 an. Koperasi inilah yang menjadi cikal bakal  berdirinya  BMT.  Dan  akhirnya  BMT  mulai  lahir  sejak  tahun  1992  yang  diprakarsai oleh ARIES MUFTI dengan mendirikan BMT Bina  Insan Kamil  di Jl. Pramuka Jakpus.
 Baitul  Maal  wa  Tamwil  (BMT)  sebagai  lembaga  ekonomi  yang  bermisi memberdayakan pengusaha kecil bawah dan kecil  yang menerapkan  prinsip  syari’ah,  telah  terbukti  berperan  dalam  membangun  perekonomian  masyarakat  khususnya  lapisan  bawah.  Dikarenakan  perannya  yang  sangat  strategis inilah, akhirnya pada tanggal 7 Desember 1997 Presiden RI berkenan  Ibid, hlm.
 WWW. Pikiran Rakyat, Minggu, 9 Oktober 2005    mencanangkan BMT sebagai gerakan nasional dalam rangka memberdayakan  masyarakat lapisan bawah.
 Dengan  banyaknya  BMT  yang  bermunculan  di  Indonesia,  salah  satu  BMT yang juga ikut berperan dalam pemberdayaan masyarakat lapisan bawah  yakni  BMT  Hudatama  yang  didirikan  pada  tanggal  2  Oktober  1998  yang  terletak di Jl.Tumpang Raya No.32 Semarang.
BMT  Hudatama  merupakan  salah  satu  BMT  yang  ada  di  Semarang yang  sangat  erat  terhadap  prinsip  syari’ah  dalam  operasional  keseharian.
Sehingga  BMT  Hudatama  menjadi  salah  satu  BMT  yang  perkembangannya  sangat  pesat  di  Semarang.  Dengan  produk-  produk  pelayanan  funding  dan  landing yang mampu bersaing dengan lembaga keuangan bank lain.
 Sebagaimana kegiatan BMT lain pada umumnya, BMT Hudatama juga  melakukan  kegiatan  yang  sama.  Pertama;  kegiatan  produktif  dalam  rangka  menciptakan  nilai  tambah  baru  dan  mendorong  pertumbuhan  ekonomi  yang  bersumber  daya  manusia.  Kedua;  kegiatan  pengumpulan  dana  dari  berbagai  sumber seperti zakat,  infaq  dan  shodaqoh  dan lain-lain, yang dapat dibagikan  atau disalurkan kepada yang berhak dalam mengatasi kemiskinan.
Sebagaimana  fungsi  lembaga  keuangan  baik  bank  maupun  non  bank  yang  perperan  sebagai  intermediary  antara  masyarakat  yang  kelebihan  dana  dan  masyarakat  yang  kekurangan  dana,  BMT  Hudatama  melakukan  penggalangan dana dari  anggota dan  calon anggotanya. Kemudian dari  dana  yang  telah  dihimpun  dari  anggota  atau  calon  anggota  tersebut  akan  di   Pedoman Pengelolaan BMT-Balai Usaha Mandiri Terpadu, PINBUK, Dati II Jateng  Laporan Keuangan BMT Hudatama Per 31 Maret 2012   kembalikan lagi pada mereka yang membutuhkan dana, baik untuk kebutuhan  produktif, konsumtif maupun usaha.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi