Senin, 25 Agustus 2014

Skripsi Syariah:STRATEGI PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM ASPEK KOMPETENSI PEDAGOGIK DI SMA NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO


 BAB I  PENDAHULUAN  
A.  Latar Belakang Masalah  Dewasa  ini  ada  kecenderungan  dalam  masyarakat  untuk menuntut  profesionalisme  dalam  bekerja,  walaupun  istilah  ini sering  digunakan  serampangan  tanpa  jelas  konsepnya,  namun  hal  tersebut  menunjukkan  refleksi  dari  adanya  tuntutan  yang  makin  besar  dalam  masyarakat  akan  proses  dan  hasil  kerja  yang  bermutu,  penuh  tanggung  jawab,  bukan  hanya  sekedar  asal  laksanakan.
 Bagaimana dengan profesi kependidikan atau keguruan? Yang pada  profesi  tersebut  belum  mencapai  tingkat  kematangan  yang  baik,  sehingga  tidak  mengherankan jika ada  yang menyebut keguruan sebagai profesi, ada juga yang  menganggapnya bukan profesi bahkan ada yang mengambil jalan tengah dengan  menyebut mengajar sebagai semi profesional.
 Bertolak  dari  problema  guru  sebagai  tenaga  kependidikan,  yang  pernah  di  lansir oleh sebuah surat kabar terkemuka di Indonesia KOMPASpada tanggal 20  Nopember  2004  yang  lalu,  menuliskan  antara  lain  “menurunnya  kualitas  guru,  rendahnya  kesejahteraan  yang  diterima  guru,  dan  diskriminasi  status  guru”  membuat kita gerah dan bertanya-tanya, apakah pekerjaan yang di sandang guru  sebuah  profesi?  Para  ahli  dan  pakar  pendidikan  sudah  lama  menggolongkan    Udin  Syaefudin  Saud,  Pengembangan  Profesi  Guru,  (Bandung:  CV.ALFABETA,  2009),  Hlm. 1   Ibid. Hlm. 2  22  21  pekerjaan guru itu suatu profesi, demikian juga banyak definisi pekerjaan guru itu  suatu profesi.

 Dalam  kehidupan  sehari-hari  “profesionalisme  dan  profesi”  telah  menjadi  kosa  kata  umum.
  Pada  umumnya  masyarakat  awam  memakai  kata  profesionalisme  bukan  hanya  digunakan  untuk  pekerjaan  yang  telah  diakui  sebagai  suatu  profesi,  melainkan  hampir  setiap  pekerjaan.  Muncul  ungkapan  misalnya  penjahat  profesional,  sopir  profesional,  dan  sebagainya.  Dalam  bahasa  awam  pula,  seorang  disebut  profesional  jika  cara  kerjanya  baik,  cekatan,  dan  hasilnya  memuaskan.  Dengan  hasil  kerjanya  itu,  seseorang  mendapatkan  uang  atau bentuk imbalan.
 Tidak  semua  orang  dewasa  dapat  dikategorikan  sebagai  pendidik  atau  guru,  karena guru harus memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap  calon  pendidik  atau  guru  sebagaimana  yang  telah  ditetapkan  dalam  UndangUndang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1  yaitu:  Guru  adalah  pendidik  profesional  dengan  tugas  utama mendidik,  mengajar,  membimbing,  mengarahkan,  melatih,  menilai,  dan  mengevaluasi  peserta  didik  pada  pendidikan  anak  pada  usia  dini  jalur  pendidikan  formal,  pendidikan  dasar  dan pendidikan menengah.
 Guru  sebagai  pendidik  adalah  tenaga  profesional  sebagaimana  UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, bab XI, pasal 29, ayat  2  bertugas  merencanakan  dan  melaksanakan  proses  pembelajaran,  menilai  hasil  pembelajaran,  melakukan  bimbingan  dan  pelatihan,  serta  melakukan  penelitian  dan  pengabdian  kepada  masyarakat,  terutama  bagi  pendidik  pada  perguruan   Martinis  Yamin,  Profesionalisasi  Guru  Dan  Implementasi  KTSP,  (Jakarta:  Gaung  Persada  Press, 2009), Hlm. 1   Syaiful  Sagala,  Kemampuan  Profesional  Guru  Dan  Tenaga  Kependidikan,  (Bandung:  ALFABETA, 2009), Hlm. 1   Ibid,  Hlm. 4   Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005, (Bandung: Citra Umbara, 2006),  Hlm. 8  22  tinggi. Sesungguhnya tepatlah apa yang pernah disampaikan oleh Collieti bahwa  pekerjaan dosen, guru, dan instruktur adalah pekerjaan profesi yang dilaksanakan  secara profesional.
Selanjutnya pasal 8 tentang kualifikasi, kompetensidan sertifikasi bahwa guru  wajib  memiliki  kualifikasi  pedagogik,  kompetensi,  sertifikat  pendidik,  sehat  jasmani  dan  rohani  serta  memiliki  kemampuan  untuk  mewujudkan  tujuan  pendidikan nasional.
 Yang  dalam  penelitian  ini  peneliti  lebih  menitik  beratkan  pada  aspek  kompetensi  pedagogik  itu  sendiri  karena  Jabatan  guru  bukan  hanya  menuntut  kemampuan spesialis keguruan dalam arti menguasai pengetahuan pedagogik dan  kemahiran profesional yang relevan dengan bidang tugasnya sebagai guru, tetapi  juga pada tingkat kedewasaan dan tanggung jawab serta kemandirian yang tinggi.
“Kemampuan  itu  membuat  guru  memiliki  nilai  lebih  dan  kewibawaan  yang  tinggi  terhadap  peserta  didik.  Guru  merupakan  kunci keberhasilan  sebuah  lembaga pendidikan. Guru adalah  sales agent  dari lembaga pendidikan. Baik atau  buruknya  perilaku  atau  cara  mengajar  guru  akan  sangat  mempengaruhi  citra  lembaga pendidikan, oleh karena itu citra guru harus dikembangkan baik melalui  pendidikan  dan  pelatihan  serta  kegiatan  lain  agar  kemampuan  profesionalnya  lebih meningkat”.
 Guru  merupakan  salah  satu  komponen  manusiawi  dalam  proses  belajar  mengajar  yang  sangat  berperan  dalam  usaha  pembentukan  sumberdaya  manusia  yang  potensial  di bidang  pembangunan. Oleh  karena  itu guru sebagai salah satu  unsur  di  bidang  pendidikan  harus  berperan  aktif  dan menempatkan  kedudukan  sebagai  tenaga  profesional,  sesuai  dengan  tuntutan  masyarakat  yang  semakin  berkembang.  Hal  ini  dapat  diartikan  bahwa  pada  setiap  guru  memiliki  tanggung  jawab  untuk  membawa  para  siswa  kepada  suatu  kedewasaan  atau  taraf  pematangan  tertentu.  Dalam  rangka  ini  guru  tidak  semata-semata  sebagai  salah  satu pengajar yang hanya menstransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge),   Ibid, Hlm. 18. Pasal 10 ayat (1) menyatakan kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam  pasal  8  meliputi  kompetensi  pedagogik,  kompetensi  kepribadian,  kompetensi  sosial,  dan  kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
 Ibid, Hlm. 123  23  tetapi juga sebagai pendidik dan pembimbing yang memberikan pengarahan dan  menuntun siswa dalam belajar.
 Diakui  atau  tidak,  guru  akan selalu menjadi unsur penting yang menentukan  berhasil  atau  tidaknya  mutu  pendidikan.  Oleh  karena itu  maka  guru  selalu  berperan  dalam  pembentukan  sumberdaya  manusia  yang  pontensial  di  bidang  pembangunan bangsa dan negara. Guru adalah orang kedua setelah orang tua yang  selalu  mendidik  dan  mengawasi  anak,  untuk  menuju  cita-cita  dan  tujuan  hidupnya.  Oleh  karena  itu  seorang  guru  harus  memiliki  dedikasi  yang  sangat  tinggi  dan  profesi  yang  dipilihnya  itu  bukan  pekerjaan  sampingan  sebab  diakui  atau  tidak,  gurulah  yang  menentukan  keberhasilan  peserta  didik  sebagai  cikal  bakal  dari  generasi  bangsa  yang  akan  meneruskan  perkembangan  bangsa  Indonesia.
Peranan  guru  dalam  proses  belajar  mengajar  dirasakan  sangatlah  besar  pengaruhnya  terhadap  perubahan  tingkah  laku  peserta didik.  Untuk  dapat  mengubah  tingkah  laku  peserta  didik  sesuai  dengan  yang  diharapkan  maka  diperlukan  seorang  guru  yang  profesional,  yaitu  seorang  guru  yang  mampu  menggunakan komponen-komponen pendidikan sehingga proses pendidikan dapat  berjalan dengan baik.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi