Kamis, 28 Agustus 2014

Skripsi Syariah:STUDI ANALISIS METODE PENENTUAN WAKTU SALAT DALAM KITAB AD-DURUS AL-FALAKIYYAH KARYA MA’SUM BIN ALI


 BAB I PENDAHULUAN
 A.   LATAR BELAKANG Salat  merupakan salah satu dari rukun islam  . Dimana ke-urgenannya  berbeda  dengan  ibadah  yang  lain,  seperti  pelaksanaan  ibadah  zakat,  puasa  maupun  haji.  Salat  merupakan  ibadah  yang  sangat  istimewa  karena  Allah  memerintahkan  secara  langsung  melalui  peristiwa  isra  mi’raj.  Historitas  perintah tersebut diabadikan oleh Allah  SWT  dalam Al-Quran.  Sebagaimana  kita  ketahui  banyak  sekali  ayat-ayat  yang  memerintahkan  kita  untuk  mengerjakan salat.
Dalam  Al  Quran  dan  Hadits  telah  dijelaskan  ket entuan  (tanda-tanda)  waktu  dilaksanakannya  ibadah  salat.  Hal  ini  dimaksudkan  agar  salat  tidak  dilaksanakan di sembarang waktu tanpa adanya alasan yang jelas. Tetapi tanda  –tanda waktu salat yang termaktub di dalam al-Quran hanya disebutkan secara  umumnya saja, sebagaimana termaktub dalam surat An Nisa ayat 103.
 “Sesungguhnya  salat  itu  adalah  kewajiban  yang  ditentukan  waktunya  atas  orang-orang  yang  beriman.”  (QS.  an-Nisa’  [4]  :  103).
  Secara  etimologi  salat  berasal  dari  kata  shala.  Yusholu,  salatan.  Yang  mengandung  arti  do’a.  lihat  A.W.Munawir.  Kamus  al-Munawir  Arab  Indonesia  Terlengkap.  Pustaka  Progresif:  Surabaya. 1997. hlm: 792. Sedangkan salat menurut thermenologi adalah suatu ibadat yang terdiri  dari perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan tertentu yang di mulai dengan takbiratul ihrom  dan disudahi dean salam dengan disertai syarat-syarat yang telah ditentukan, lihat Muslich Shabir.

Bimbingan Salat Lengkap. Mujahiddin: Semarang. 2001, hlm:  Departemen Agama RI,  Al-Qur’an dan Terjemahnya,  Bandung: Diponegoro, 2008, hlm.
 “Laksanakan  salat  dari  sesudah  matahari  tergelincir  sampai  gelap  malam dan (dirikanlah pula salat) subuh, Sesungguhnya salat  subuh  itu disaksikan (oleh malaikat)”. (QS. Al-Isra’ : 78)  Ayat ini menerangkan waktu-waktu salat  yang lima. tergelincir matahari untuk  waktu salat Zhuhur dan Ashar, gelap malam untuk waktu Magrib dan Isya.
 “Maka  sabarlah  engkau  (  Muhammad  )  atas  apa  yang  mereka  katakan,  dan  bertasbihlah  dengan  memuji  Tuhanmu,  sebelum  terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah  pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di  siang  hari, agar engkau merasa tenang”,(QS Thaha: 130 “..dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan  petang)  dan  pada  bahagian  permulaan  daripada  malam.
Sesungguhnya  perbuatan-perbuatan  yang  baik  itu  menghapuskan  (dosa)  perbuatan-perbuatan  yang  buruk.  Itulah  peringatan  bagi  orang-orang yang ingat.” (QS. Huud ayat 114)  Ibid  ,hlm: 290   Ibid , hlm: 321   Ayat  tersebut  hanya  menyatakan  bahwa  salat  adalah  kewajiban  yang  telah  ditentukan  waktunya,  tetapi  pad a  ayat-ayat  di  atas  tidak  disebutkan  kapan waktu pelaksanaannya dan berapa jumlah  waktu salat  tersebut.  Secara  umum  ayat  tersebut  sangat  bersifat  kontradiktif,  sehingga  menimbulkan  perbedaan  pemahaman  terhadap  teks  ayat  tersebut.  Ada  yang  menyebutkan  bahwa  waktu salat dalam sehari semalam ada tiga waktu, dan pendapat yang  lain  memahami  bahwa  salat dalam  sehari  semalam  ada  lima  waktu.  Kendati  demikian pada hakekatnya baik yang tiga maupun yang lima tetap sama yakni  lima waktu. Hanya saja tentang kapan waktunya itu yang berbeda.
Di Indonesia,  yang lebih berkembang adalah lima waktu. Dimana  pemahaman tentang  ayat di  atas  diperjelas dengan  hadits  Nabi  dari  Jabir ra,  yang  diriwayatkan oleh  Ahamad, An Nasay dan  At Turmudzi,  yaitu sebagai  berikut ”Bahwasannya  Nabi  SAW.  Didatangi  oleh  malaikat  Jibril  lalu  berkata  Jibril  kepada  Nabi  SAW.:  berdirilah  dan  bershlatlah.
Maka  Nabi  melaksanakan  salat  Zuhur  ketika  matahri  telah  tergelincir.  Kemudian  Jibril  dating  kepada  Nabi  di  waktu  ashar  dan berkata: berdirilah dan bersalatlah. Maka nabi melaksanakan  shlat  ashar  di  ketika  bayangan  tiap-tiap  sesuatu  telah  menjadi  sama.  Kemudian  Jibril  dating  di  waktu  Magrib  dan  berkata:  berdirilah  dan  laksanakan  salat.  Maka  Nabi  SAW  melaksanakan  salat  magrib  di  ketika  matahari  telah  terbenam.  Kemudian  malaikat Jibril dating kepada Nabi pada waktu isya dan berkata:  berdirilah  dan  bersalatlah.  Maka  Nabi  SAW  mengerjakan  salat  isya  diketika  terbenam  syafak.  Kemudian  Jibril  datang  kepada  Nabi  SAW  di  waktu  fajar  dan  berkata;  berdiri  dan  bersalatlah.
Maka Nabi SAW bersalat fajar ketika fajar telah bersinar atau dia  berkata:  Diketika  fajar  telah  cemerlang.  Kemudian  Jibril  datang  kepada Nabi  SAW pada asok harinya. Jibril datang kepada Nabi SAW  di  waktu  Zuhur  dan  berkata:  berdirilah  dan  bersalatlah.
Maka  Nabi  SAW  bersalat  Zuhur  di  ketika  di  ketika  bayangan  sesuatu  telah  sama.  Kemudian  Jibril  datang  kepada  Nabi  SAW  pada waktu ashar dan berkata: berdirilah dan bersalatlah. Maka  nabi  mengerjakan  salat  ashar  di  ketika  bayangan  sesuatu  telah  menjadi  dua  kali  lebih  panjang.kemudian  Jibril  dating  kepada  Nabi  SAW  pada  waktu  magrib  di  waktu  kemarin  juga,  tidak  berbeda. Kemudian jibril dating kepada nabi bersalat isya ketika  telah lewat separo malam atau sepertiga malam. Kemudian jibril  dating  kepada  Nabi  SAW  untuk  salat  fajar  diketika  cahaya  telah  terang  sekali  dan  berkata:  berdiri  dan  bershlatlah.  Maka  Nabi SAW bersalat fajar. Kemudian jibril berkata: antara dua waktu ini,  itulah waktu salat”. (HR. Imam Ahmad dan Nasai dan Thirmidhi)  Dari  uraian hadits di atas dapat diperinci dengan  ketentuan-ketentuan  waktu salat sebagai berikut: 1.  Waktu Zuhur  Maktabah Syamilah, Musnad Ahmad, Juz. 29, Hal,   Muhammad  hasbi  ash-Shidieqy.  Mutiara  Hadits.  Semarang:  Pustaka  Rizki  Putra.  Buku  ke-3. 2003. hlm: 147   Dalam  hadits  tersebut  dikatakan  bahwa  Nabi  Muhammad  SAW  salat Zuhur  saat matahari tergelincir dan disebutkan pula ketika bayang-bayang  sama panjang dengan dirinya.
2.  Waktu Ashar Dalam  hadits  bahwa  Nabi  melakukan  salat  Ashar  pada  saat  panjang  bayang-bayang  sepanjang  dirinya.  Dan  juga  disebutkan  masih  dalam  hadits di atas, saat panjang bayang-bayang dua kali panjang dirinya.
3.  Waktu Magrib Dimulai sejak matahari terbenam sampai terbenam syafak  4.  Waku Isya Dimulai  sejak  terbenam  syafak   sampai  tengah  malam  atau  sampai  terbit  fajar.
5.  Waktu Subuh Sejak terbit fajar  sampai terbit matahari  Dalam bahasa Indonesia artinya mega merah, yaitu bias cahaya matahari yang dipantulkan  oleh  partikel-partikel  yang  berada  di  angkasa  pada  senja  hari.  Hilangnya  mega  merahini  sebagi  pertanda masuknya awal waktu isya yang menurut imam Syafi’I manakala matahari berkedudukan  -  di bawah horizon dan menurut Imam Abu Hanifah  manakala matahari  bekedudukan  -  di  bawah  horizon.  Sementara  menurut  hasil  penelitian  jawatan  angkatan  alut  bahwa  mega  merah  dikatakan hilang pada kedudukan matahari -  di bawah ufuk sebelah barat.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi