BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Allah Swt
telah menciptakan benda-benda
langit sebagai petunjuk
bagi umat manusia.
Contohnya seorang nelayan
bisa mengetahui arah
mata angin dengan melihat rasi bintang, sehingga ia tidak
pernah tersesat walaupun berada di tengah lautan,
dan umat Islam
menggunakan hilal atau
Bulan muda sebagai patokan untuk memulai awal bulan ( hijriah ).
Manusia menggunakan Matahari sebagai ukuran
waktu pada waktu siang hari. Ketika
bayang-bayang benda yang
terkena sinar Matahari
bergerak memendek, orang-orang
jaman dahulu mulai keluar rumah untuk bekerja baik itu berburu
maupun bercocok tanam,
dan ketika bayangan
bergerak memanjang, orang-orang
mulai kembali ke
rumah mereka karena
hal tersebut merupakan pertanda bagi mereka bahwa Matahari akan
segera tenggelam.
Kebutuhan manusia untuk mengetahui ukuran waktu
yang tepat semakin lama semakin
berkembang. Manusia mulai
menciptakan berbagai alat
untuk mengukur waktu, seperti jam
pasir, jam air dan sundial (jam matahari). Alat alat tersebut
diciptakan agar manusia
bisa mengetahui ukuran
waktu yang tepat sehingga
mereka bisa mengatur kegiatan mereka dengan lebih teratur.
Sundial (jam
matahari) merupakan alat
pengukur waktu yang menggunakan
bayangan Matahari sebagai acuannya. Alat ini biasanya berbentuk sebuah lempengan (terkadang alat ini juga
berbentuk cekungan ) yang di atasnya terdapat
gambar garis-garis waktu dan di tengahnya di tancapkan sebuah gnomon untuk memunculkan bayangan Matahari. Dengan
melihat bayangan gnomon yang jatuh
di bidang dial
(lempengan) seseorang bisa
mengetahui ukuran waktu.
Dikarenakan sundial menggunakan Matahari
sebagai acuannya, alat ini hanya bisa di
gunakan pada waktu siang hari.
Sundial
memiliki bentuk yang
bermacam-macam, namun secara
umum sundial bisa dikategorikan ke dalam tiga jenis yaitu
equatorial sundial, horizontal sundial,
dan vertikal sundial.
Equatorial sundial merupakan
jenis sundial yang paling
sederhana dan yang paling mudah untuk dibuat.
Sundial jenis ini memiliki gnomon
yang tegak lurus
terhadap bidang dialnya
sehingga bidang dialnya
di posisikan miring
dan sejajar dengan
ekuator supaya gnomonnya
bisa sejajar dengan poros Bumi .
Horizontal
sundial merupakan jenis
sundial yang sering
digunakan sebagai ornamen
hiasan di taman.
Bentuk horizontal sundial
yang artistik dan elegan dapat
menambah keindahan taman.
Karena bentuknya yang berupa
plat datar yang
diatasnya terdapat gnomon
yang miring sejajar
dengan poros Bumi, Gnomon adalah suatu peralatan yang digunakan
untuk mengetahui tinggi matahari. Alat ini
terbuat dari sepotong kayu yang tegak lurus pada bidang horizontal. Panjang
kayu ini sudah diketahui sehingga sudut
tinggi matahari dapat diketahui. Lihat Muhyiddin Khazin , kamus Ilmu Falak, Jogjakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm.
27..
Rene R.
J. Rohr, Sundial” History Theory And Practice”, New York: Dover publication, hlm. 46 sehingga mudah untuk ditempatkan. Sundial
ini sering diletakkan di atas sebuah meja yang biasanya terbuat dari batu yang
diletakkan di tengah taman.
Sundial yang
berjenis vertikal sundial
jarang ditemukan hal
ini dikarenakan pembuatan sundial
jenis ini cukup rumit. Berbeda dengan
horizontal dan equatorial
Sundial yang hanya bisa ditempatkan
sejajar dengan equator dan sejajar
dengan horizon, vertikal
sundial bisa di tempatkan
menghadap ke semua arah. Yang
membedakan hanyalah dalam
segi pembuatan hour
line atau garis waktu.
Sebuah sundial
akan bisa bekerja dengan benar ketika
gnomonnya sejajar dengan poros
Bumi, dengan kata lain gnomon tersebut harus menghadap ke arah Utara atau Selatan sejati. Gnomon sundial yang sejajar dengan poros bumi akan menghasilkan
sudut bayangan yang
tetap sehingga bayangan
tersebut juga akan menunjukkan
waktu yang tetap pada setiap harinya.
Umat
Islam melaksanakan kewajiban ibadah salat lima waktu berdasarkan kedudukan Matahari, contohnya salat dzuhur
yang dimulai ketika Matahari telah tergelincir dari kedudukan puncaknya atau
ketika panjang bayangan suatu benda sama dengan
tinggi benda tersebut.
Salat ashar yang
dimulai ketika bayangan suatu benda memiliki panjang dua kali dari
tinggi benda yang sebenarnya. Oleh karena itu,
sundial sebagai alat
pengukur waktu yang
berpatokan kepada Ibid. hlm.
Ibid,
hlm 53 Laurence E Jones, Sundial And
Geometri, Glastonbury: North American Sundial Society, 2005 hlm. 6 kedudukan Matahari sering digunakan oleh umat
Islam untuk menentukan waktu salat .
Seiring
dengan berkembangnya zaman
para ilmuwan telah
menemukan alat baru
untuk mengukur waktu
yang saat ini
dikenal dengan istilah
jam mekanik, akan
tetapi penemuan tersebut
tidak serta merta
menggantikan posisi sundial.
Dengan ditemukannya jam
mekanik fungsi sundial
justru menjadi bertambah,
pada mulanya sundial
hanya bisa digunakan
sebagai alat pengukur waktu namun sekarang sundial
pun bisa digunakan untuk menentukan arah mata angin, dengan kata lain, dengan bantuan jam
mekanik dan Matahari, sundial bisa diubah
menjadi kompas.
Jika
sebuah sundial bisa
digunakan untuk menentukan
arah mata angin, maka sundial
juga bisa digunakan untuk menentukan arah kiblat yang merupakan salah satu hal yang penting bagi umat Islam,
akan tetapi dalam buku-buku yang membahas tentang
penentuan arah kiblat
penulis belum pernah
menemukan metode penentuan
arah kiblat dengan
menggunakan sundial sebagai
alat bantunya, padahal
dalam pandangan penulis
penggunaan sundial sebagai
alat untuk menentukan
arah kiblat jauh
lebih efisien dibandingkan
dengan alat-alat yang selama ini sering di gunakan .
Sulaiman
Rasjid, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004, Cet XXXVII, hlm.61 Metode penentuan arah kiblat yang sering
digunakan pada saat ini ada dua macam ,
pertama metode yang
menggunakan arah utara
geografis dan yang
ke dua ialah metode dengan
menggunakan bayangan-bayang kiblat atau sering juga disebut
dengan metode rosdul
kiblat. Adapun langkah-langkah penggunaan
ke dua metode tersebut ialah
sebagai berikut: 1. Langkah-langkah yang menggunakan utara
geografis a. Menghitung arah kiblat
suatu tempat b. Menentukan arah
utara geografis dengan
bantuan kompas atau
tongkat istiwa atau teodolit.
c.
Menarik arah kiblat
berdasarkan arah geografis
pada poin b
dengan menggunakan rubu’ atau
busur derajat atau segitiga atau teodholit.
2.
Langkah-langkah yang menggunakan bayang-bayang kiblat a. Menghitung arah kiblat suatu tempat.
b.
Menghitung saat Matahari membentuk bayangan setiap benda tegak tepat mengarah ke ka’bah.
c.
Mengamati bayangan benda tepat pada saat yang di maksud pada poin b d.
Mengabadikan bayang-bayang tersebut sebagai arah kiblat.
Penentuan
arah kiblat dengan
menggunakan bayang-bayang kiblat
hanya dapat dilakukan satu kali
dalam sehari, hal ini dikarenakan pergerakan Matahari yang
hanya akan melewati
garis kiblat satu
kali dalam sehari
yaitu pada waktu yang telah
di hitung tersebut.
Sama dengan penggunaan
bayang bayang kiblat, Maskufa, Ilmu Falaq, Jakarta: GP Press, 2009,
hlm. 135.
Ibid. penggunaan
tongkat istiwa untuk menentukan arah utara geografis juga hanya bisa dilakukan
satu kali dalam
sehari sehingga penentuan
arah kiblatnya pun
hanya bisa dilakukan
satu kali dalam
sehari. kompas dapat
menentukan arah utara berkali-kali dalam
sehari, akan tetapi
arah yang ditunjukkan
oleh kompas bukanlah
arah utara geografis
melainkan arah utara
magnetik, sehingga keakuratan
kompas dalam menunjukkan
arah utara masih
perlu dikoreksi. Alat lain yang dapat digunakan untuk
menunjukkan arah utara secara lebih tepat dan dapat
digunakan berkali-kali salah
satunya ialah teodholit,
akan tetapi dalam penggunaan teodolit
tidak sesederhana alat-alat
yang sebelumnya, selain
itu ukuran teodolit yang cukup
besar menyebabkan alat tersebut tidak mudah untuk dibawa
kemana-mana. Berdasarkan alasan-alasan
di atas, penulis
berpendapat bahwa penggunaan
alat-alat di atas sebagai media untuk menentukan arah kiblat walaupun sudah cukup efektif namun masih belum
cukup efisien Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, penulis bermaksud
melakukan studi tentang
”Metode Penentuan Arah
Kiblat dengan menggunakan
equatorial sundial” guna meneliti
cara menggunakan sundial sebagai alat untuk menentukan arah
kiblat serta untuk
mengetahui bagaimana akurasi
metode penentuan arah kiblat dengan
menggunakan metode tersebut.
Dalam penelitian ini
penulis menggunakan equatorial
sundial karena sundial
jenis ini merupakan jenis dasar yang
paling mudah untuk di buat dan di gunakan.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi