Kamis, 28 Agustus 2014

Skripsi Syariah:STUDI KOMPARATIF HISAB GERHANA BULAN DALAM KITAB AL-KHULASHAH AL-WAFIYYAH DAN EPHEMERIS


 BAB I PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena gerhana sudah sering  didengar, bahkan fenomena ini sering  dibicarakan dan kehadirannya dikaitkan dengan pertanda zaman atau pertanda  sesuatu yang menyeramkan. Akibatnya bila melakukan sesuatu yang dianggap tidak biasa ketika fenomena ini terjadi, akan mendapat musibah yang besar.
 Gerhana merupakan padanan kata  eclipse  (dalam bahasa inggris) atau  ekleipsis (dalam bahasa yunani) atau eklipsis (dalam bahasa latin).
 Sedangkan  dalam bahasa arab dikenal dengan  istilah  kusuf  atau  khusuf   .  Pada dasarnya  istilah  kusuf  dan  khusuf  dapat  digunakan  untuk  menyebut  gerhana  matahari  atau  gerhana  bulan.  Hanya  saja,  kata  kusuf  lebih  dikenal  untuk  menyebut  gerhana matahari, sedangkan kata khusuf  untuk gerhana bulan.
 Kusuf  berarti  menutupi,    menggambarkan  adanya  fenomena  alam  bahwa (dilihat dari bumi)  bulan  menutupi matahari, sehingga terjadi gerhana  matahari.  Sedangkan  khusuf  berarti  memasuki,    menggambarkan  fenomena  alam bahwa bulan memasuki bayangan bumi, hingga terjadi gerhana bulan.
 Zaman  dahulu gerhana merupakan fenomena alam yang ditakuti oleh  masyarakat.  Hal  ini  bisa  dilihat  dari  penamaan  gerhana  dengan  kata  eclipse (gerhana)  yang  berasal  dari  bahasa  yunani  Ekleipsis  (peninggalan),  yang   Kementrian  Agama  RI,  Islam  Untuk  Disiplin  Astronomi,  Jakarta:  Direktorat  Jenderal  Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000, hlm 76.

Abis Bisri, et al, Kamus Al-Bisri, Surabaya: Pustaka Progresif, Cet ke 1, 1999, hlm 84.
 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek,  Yogyakarta: Buana Pustaka,  2008, Cet ke 3, hlm 187.
menunjukkan betapa orang-orang zaman dahulu takut terhadap fenomena ini,  yaitu  sewaktu  matahari  ataupun  bulan  lenyap  dari  pandangan  mata,  tampak  benda langit itu sungguh-sungguh meninggalkan manusia. Mereka menyangka  fenomena gerhana merupakan tanda-tanda  kurang baik atau bencana.
 Zaman  Rasulullah SAW pun fenomena gerhana ini diyakini masyarakat sebagai suatu  pertanda  akan  lahir  atau  meninggalnya  seseorang.  Namun  keyakinan  ini  dibantah oleh hadits yang diriwayatkan Bukhari yang berbunyi “Asbagh telah bercerita kepada kami bahwasanya ia berkata: Ibnu  Wahab  telah  bercerita  kepada-ku,  ia  berkata:  telah  bercerita  kepada-ku  Umar  dari  Abdur  Rahman  bin  Qasim  bahwa  ia  telah  bercerita  kepada-nya  dari  ayah-nya.  Dari  Ibnu  Umar  r.a,  bahwasanya Umar mendapat berita dari Nabi SAW: sesungguhnya  matahari  dan  bulan  tidak  mengalami  gerhana  karena  kematian  atau hidupnya seseorang, tapi keduanya merupakan tanda diantara  tanda-tanda  kebesaran  Allah.  Jika  kalian  melihat  keduanya  (gerhana), maka shalatlah.” Hadits  di atas dapat  dimengerti  bahwasanya terjadinya gerhana bukan  karena kematian atau hidupnya seseorang, melainkan sebagai salah satu tanda  kebesaran  Allah,  sehingga  bisa  direnungkan  kembali  tanda  keMahabesaranNya sebagai penguasa dan pemelihara langit yang tak pernah lengah.
 Disampaikan  oleh  Shofiyulloh  pada  waktu  “Kajian  Ilmiah  Falakiyah”  para  ahli  hisab  PWNU Jawa Timur  di P.P. As-Sunniyyah  Kencong Jember  yang dilaksanakan tanggal 29  -  31  Agustus 2003. Dan bisa di akses di http://lubanghitam.com// (di akses tanggal 7 maret 2010).
 Imam  Abi  „Abdillah  Muhammad  bin  Ismail  ibnu  Ibrahim  bin  al-Mughirah  bin  Bardazabah  al Bukhari  al  Jafii,  “Shahih  al-Bukhari”,  Juz  1, Beirut,  Libanon:  Daar  al-Kitab  al-„alamiyyah, t.t, hlm 316.
 Berbeda dengan zaman modern sekarang, fenomena gerhana tidak lagi  ditakuti manusia, malah dijadikan  sebagai  ajang observasi dan kajian ilmiah,  hal ini disebabkan fenomena gerhana dapat dijelaskan dengan sempurna  dan logis sebagai suatu fenomena langit yang  mana semua benda langit berada di  sekitar Matahari dan di terangi olehnya, masing-masing mempunyai bayangan  yang menjulur ke dalam ruang angkasa, menjauhi matahari.
 Secara  umum,  fenomena  gerhana  adalah  suatu  peristiwa  jatuhnya  bayangan benda langit ke benda langit lainnya, yang kadangkala benda langit  tersebut  menutupi  seluruh  piringan  matahari,  sehingga  benda  langit  yang  kejatuhan bayangan benda langit lainnya, tidak bisa menerima sinar matahari  sama sekali. Dan kadangkala benda langit tersebut menutupi sebagian piringan  matahari,  sehingga  benda  langit  yang  kejatuhan  bayangan  benda  langit  lainnya, hanya bisa menerima sebagian sinar matahari.
 Dalam ilmu falak, gerhana hanyalah merupakan kejadian terhalangnya  sinar  matahari  oleh  bulan  yang  akan  sampai  ke  permukaan  bumi  (gerhana  matahari). Atau terhalangnya sinar matahari oleh bumi yang akan sampai ke  permukaan  bulan  pada  saat  bulan  purnama  (gerhana  Bulan).  Semua  ini  memang merupakan kebesaran dan kehendak Tuhan semesta.
 Ilmu  astronomi,  mengartikan  fenomena  gerhana  dengan  tertutupnya  arah  pandangan  pengamat  ke  benda  langit  oleh  benda  langit  lainnya  yang   Shofiyulloh, Loc. Cit.
 Shofiyulloh, Loc. Cit.
 Badan  Hisab  dan  Rukyat  Dep.  Agama,  Almanak  Hisab  Rukyat,  Jakarta:  Proyek  Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm 20.
 lebih dekat dengan pengamat.
 Menurut Cecep Nurwendaya / Widya Sawitar, fenomena  gerhana adalah peristiwa  yang sangat  wajar dan biasa terjadi.  Hal  ini dilihat dari sifat  Bulan  yang mengedari Bumi, sementara Bumi mengedari  Matahari.  Bumi  dan  Bulan  sama-sama  tidak  memancarkan  cahaya  sendiri,  hanya  mendapat  cahaya  utamanya  dari  Matahari.  Dengan  demikian,  akan  dimengerti  kalau  Bumi  dan  Bulan  memiliki  bayang-bayang,  baik  bayangbayang  utama  yang  disebut  umbra  maupun  bayang-bayang  samar  atau  penumbra  .  Jadi  dapat  dimaklumi  juga  apabila  permukaan  Bumi  terkena  bayang-bayang  Bulan,  terjadilah  gerhana  Matahari,  Atau  sebaliknya,  jika  Bulan memasuki bayang-bayang Bumi, maka akan terjadi gerhana Bulan.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi