BAB II TRANSAKSI JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM
A. Akad 1.
Pengertian Akad Akad berasal dari
bahasa arab ang berarti: perjanjian, kontrak.
M. Ali
Hasan menambahkan arti akad sebagai perikatan, dan permufakatan .
Dalam kamus bahasa Arab akad yang
berasal dari kata al-‘Aqd jamaknya al-‘Uqudmenurut bahasa mengandung arti
al-Rabtb. al-Rabtbyang berarti, ikatan,
mengikat .
Selanjutnya akad menurutbahasa juga mengandung
arti al-Rabthu wa al-syadduyakni ikatan
yang bersifat indrawi (hissi) seperti mengikat sesuatu dengan tali atau ikatan yang bersifat ma’nawi
seperti ikatan dalam jual beli.
Menurut
Mustafa al-Zarqa’ dalam kitabnya al-Mad}kal al-Fiqh al-’Amm, bahwa yang
dimaksud al-Rabtbyang dikutib oleh Ghufron A. Mas’adi yakni ; “Menghimpun atau mengumpulkan dua
ujung tali dan mengikatkan salah satu
pada yang lainnya hingga keduanya bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang satu.” Ahmad Warsun Munawwir, al-Munawwir Kamus
arab-Indonesia, h. 314 M.Ali Hasan,
Berbagai Transaksi dalam Islam (Fiqih Muamalah), h. 101 Abd. bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus Arab,
Indonesia, Inggris, Cet. III, h. 112 Ibid.,
h. 95 Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah
Kontekstual,h. 75 15 16 Menurut
pendapat ulama Syafi’iyah, Malikiyah dan Hanabilah, akad adalah segala sesuatu yang dikerjakan
seseorang berdasarkan keinginan sendiri,
seperti wakaf, talak, pembebasan atau sesuatu yang pembentukannya membutuhkan keinginan dua orang, seperti jual
beli, sewa menyewa, perwakilan dan gadai.
Taufiq mendefinisikan akad adalah apa yang
menjadi ketetapan seorang untuk
mengerjakannya yang timbulhanya dari satu kehendak atau dua kehendak.
Definisi
akad menurut Ibnu ‘Abidin sebagaimana yang telah dikutib oleh Nasrun Haroen. yakni akad: Pertalian ijab
(pernyataan melakukan ikatan) dan qabul
(pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh pada obyek perikatan Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy definisiakad
ialah : perikatan antara ijab dengan
qabul secara yang dibenarkansyara’ yang menetapkan keridhaan kedua belah pihak.
Wahbah Al Juhailli dalam kitabnya al-Fiqh
Al-Islami wa adillatuh yang dikutib oleh Rachmat Syafei mendefinisikan akad,
adalah: Ikatan antara dua perkara, Baik
ikatan secara nyata maupun ikatan secara maknawi, dari satu segi maupun dari dua segi.
Taufiq,
Nadhariyyatu al-Uqud al-Syar’iyyah, h. 99 Nasrun Haroen, Fiqh Mu’amalah, Cet. III, h.97
T.M. Hasbi As-Siddieqy, Pengantar Fiqh
Mu’amalah, Cet 2, h. 21 9 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Cet. III, h.
43 17 2.
Dasar Hukum Akad Adapun
dasar-dasar akad diantaranya : Firman
Allah dalam Al Qur’an Surat Al Maidah ayat 1 yakniArtinya : “hai orang-orang
yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu”.
3. Rukun dan Syarat Akad a.
Rukun akad Jumhur ulama
menyatakan rukun akadterdiri atas: 1). pernyataan untuk mengikatkan diri (sigat al-’aqd),
2).pihak yang berakad, 3). objek akad.
Sedangkan menurut ulama madzab hanafi rukun
akad hanya satu, yaitu: sigat al-’aqd.
Sedangkan
objek dan pihak yang berakad bukan termasuk
rukun melainkan syarat akad. Hal ini menurut ulama mazhab hanafi esensi dari suatu akad adalah penyataan
(sigat al-’aqd).
Menurut
ahli-ahli hukum Islam kontemporer, rukun yang membentuk akad ada empat yakni : 1). para pihak yang membuat akad 2). pernyataan kehendak dari para pihak 3). Obyek akad Departemen Agama, al- Qur’an dan Terjemahan,
h. 106 11 Abdul Aziz Dahlan, “akad”, Ensiklopedi Hukum
Islam, Cet. I, hal 64, 12 Ibid., h. 64 18 4).
Tujuan akad.
b. Syarat Akad Secara umum syarat akad ada 8, yaitu: 1). Pihak-pihak yang melakukan akad telah
cakap bertindak hukum (mukalaf), jika
belum cakap bisa diwakili oleh walinya 2).
Objek akad itu diakui oleh syarat 3).
Akad itu tidak dilarang oleh syara‘ 4).
Akad-akad yang dilakukan itu memenuhi syarat-syarat khusus dengan akad yang bersangkutan. Artinya disamping
memenuhi syarat umum harus juga memenuhi
syarat khususnya 5). Akad itu bermanfaat
6). Ijab tetap utuh dan shahih sampai
terjadinya kabul 7). Ijab dan kabul itu
dilakukan dalam satu majlis, yaitu: suatu keadaan yang menggambarkan proses suatu transaksi 8). Tujuan akad itu jelas dan diakui syara‘ .
Berkenaan
dengan ijab dan kabul dalam satu majlis, Az-Zarqo mengemukakan bahwa majlis itu dapat berbentuk
tempat (tempat dilangsungkannya suatu
akad), dan dapat juga berbentuk keadaan selama proses berlangsungnya akad.
4. Jenis-jenis Akad 13 Syamsul
Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, h. 12 14
Abdul Aziz Dahlan, “Akad”, Ensiklopedi
Hukum Islam, Cet. I, hal. 65-66 15 Abdul Aziz Dahlan, “akad”, Ensiklopedi Hukum
Islam, cet. I, hal. 65-66 19 Ulama fiqih mengemukakan bahwa akad bila
dilihat dari segi keabsahannya menurut
syara‘, maka akad terbagi menjadi 2: a. Akad S}ah}ih}, yaitu: akad yang telah
memenuhi rukun dan syaratnya.
Akibat hukum yang ditimbulkan adalahmengikat
para pihak yang telah berakad.
Menurut Hanafiyah dan Malikiyah akad ini
dibagi lagi menjadi 2 macam: 1) Akad Na<fiz(sempurna untuk dilaksanakan),
yaitu akad yang dilangsungkan dengan
memenuhi rukun dan syaratnya dan tidak ada penghalang untuk melaksanakannya.
2) Akad
Mauq<uf, yaitu akad yang dilakukan oleh seorang yang cakap bertindak hukum tetapi tidak memiliki
kekuasaan untuk melangsungkan dan
melaksanakan akad itu. Seperti: akad yang dilakukan anak kecil yang telah mumayyiz,
dalam kasus ini akad baru sah secara
sempurna dan memiliki akibat hukum apabila jual beli itu diizinkan oleh wali anak kecil tersebut.
b. Akad
Tidak S}ah}ih} (Akad yang tidakmemenuhi syarat dan rukun akad) 5. Macam-macam
Akad Macam-macam akad dalam fiqih sangat
beragam, tergantung dari aspek mana
melihatnya. Seperti dalam kitab Mazhab Hanafi sejumlah akad disebutkan menurut urutan adalah sebagai
berikut : al-Ija>rah,
al-Istisna, al-ba‘i ’, al-Kafalah, al-Hiwalah,
al-Wakalah, alSulh, al-Syarikah, al-Mud}a>rabah, al-Hibah,
al.-Rahn, al-Muza>ra‘ah, 20 al-Mu‘a>malah (al-musaqat), al-Wadi>‘ah, al-‘Ariyah,
al-Qismah, alWasoya, al-Qard}.
Dari macam-macam akad di atasdapat digolongkan
menjadi 2 bentuk Jika dilihat dari segi
transaksi bisnis, yaitu: akad Tabarru‘, dan Tija>rah.
a. Akad Tabarru‘ Tabarru‘berasal dari kata
Birrdalam bahasa arab yaitu kebaikan.
Akad tabarru‘ (grautuitous countract)adalah
segala macam perjanjian yang menyangkut
non-for profit (transaksi nirlaba). Transaksi ini secara harfiah bukan transaksi bisnis komersil.
Tabarru‘ sendiri dibagi menjadi 3,yaitu: 1)
Meminjamkan harta: qord}, Rahn, Hiwalah 2) Meminjamkan jasa: wadi>’ah, wakalah,
Kafalah 3) Memberikan sesuatu: Hibah,
wakaf, danS}odaqoh b. Akad Tija>rah Akad
Tija>rohatau Mu‘awadah (compensation al contract) adalah segala
macam perjanjian yang menyangkut for Profit Transaction.
akad ini dilakukan dengan tujuan bisnis
komersil (tujuan untuk mencari keuntungan
dengan cara bisnis). Akad tijarohsecara garis besar di bagi menjadi 2 bila dilihat dari tingkat kepastian
hasil yang diperoleh, Yaitu: 1) Natural Certainty Contracts 16 Bambang
Sugeng, Analisa Terhadap Akad di BMT Safinah Klaten,Tesis UII Yogayakarta, h.100 17
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisa
Fiqih dan Keuangan, h. 66 21 Adalah kontrak atau akad dalam bisnis yang
memberikan kepastian pembayaran, Baik
dalam segi jumlah (amount)maupun waktu (timing)
nya. dalam akad ini kedua belah pihak saling mempertukarkan aset yang dimilikinya, karena
itu objek objek penukarannya (Baik
barang maupun jasa) harus ditetapkan diawal akad dengan pasti, Baik jumlahnya, mutu,
harga, dam waktu penyerahannya.
Dalam
praktek akad ini ada 2 bentuk: 1). Akad jual beli, 2) akad sewa menyewa.
a) Akad
jual beli (al-ba‘i). Secara umum ada 5 bentuk: 1)
al-ba‘i Naqdam, 2) Muajjal, 3)
Taqsit}, 4) Salam, 5)
Istisna‘ .
b) Akas
sewa menyewa. Terdiri 2 bentuk: ija>roh, dan
ija>roh muntahia
bittamlik(IMBT).
2)
Natural Uncertainty Contracts 18 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisa Fiqih
dan Keuangan, h. 51 19 Ibid.,h. 72 22 adalah
kontrak atau akad dalam bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan (retrun), Baik dalam segi
jumlah (amount) maupun waktu(timing)nya . Akad ini ada 5 bentuk: a)
Musyarokah 1) Wujud 2)
‘Inan 3) Abdan 4) Muafad}ah 5)
Mud}a>rabah b) Muza>ra‘ ah c)
Musaqah d) Mukhabarah
Skema Akad 20 Ibid.,h. 52 21 Ibid.,
h. 75 Adiwarman A. Karim, Bank Islam
Analisa Fiqih dan Keuangan, h. 71 23 Akad Musyarokah
Muzara‘ah Musaqah mukhabarah Natural Certainty Contracts Natural Uncertainty Contracts Murabaha Salam Istisna
Ijarah Qard Wadiah
Wakalah Kafalah Rahn Hibah
Waqaf Tijarah
Tabarru‘ 24 B. JUAL
BELI (BA‘I) 1. Pengertian Jual Beli
(al-ba‘i) Jual beli berasal dari kata البيع artinya menukar atau
menjual.
Dalam
bahasa Arab al-ba‘i terkadang digunkan untuk pengertian lawannya, yakni kata asy-syirayang berarti beli).
Sedangkan
pengertian jual beli menurut syara’
adalah pertukaran harta atas dasar yang rela, atau memindahkan milik dengan ganti rugi yang dapat
dibenarkan.
Menurut mazhab Syafi’i, jual beli dalam arti
bahasa adalah tukar menukar yang
bersifat umum sehingga masih bisa ditukar dengan barang yang lain, seperti menukar uang dengan pakaian atau
berupa barang yang bermanfaat suatu
benda. Seperti akad ija<rah, dengan demikian akad ija<rah termasuk dalam
arti jual beli menurut bahasa atau juga berupa sikap dan tindakan tertentu.
Namun
mazhab Syafi’i menambahkan bahwa dalam arti jual beli itu mengandung unsur muaw<wadah, artinya tukar
menukar sesuatu yang bersifat materi.
Dengan adanya unsur muaw<wadah tersebut maka saling membalas dengan perbuatan yang baik, seperti
menjawab salam bukan termasuk jual beli
meskipun dalam arti bahasa, sehingga yang menamakan 23 Ibrahim
M. al-Jamal, Fiqh Wanita, h. 490 24 Nasrun Harun, Fiqih Muamalah, h. 111 25 Sayyid
Sabiq, Fiqih Sunnah Juz 12, h. 47-48 26 Ibnu Abidin M.Amien, Raddu Al-Mukhtar, h. 42 25 jual
beli menurut bahasa itu hanyaberlaku untuk benda yang dapat ditukarkan.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi