Kamis, 14 Agustus 2014

Skripsi Syariah:TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI BIBIT LELE DENGAN SISTEM HITUNGAN DAN TAKARAN DI DESA TULUNGREJO KEC. SUMBERREJO KAB. BOJONEGORO


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Hukum-hukum mengenai muamalah telah dijelaskan oleh Allah di dalam  Al-Qur’an  dan  dijelaskan  pula  oleh  Rasulullah  dalam  as-sunnah  yang  suci.
 Adanya  penjelasan  itu  perlu,  karena  memang  manusia  memang  sangat  membutuhkan  keterangan  tentang  masalah  muamalah  dari  dua  sumber  tersebut,  dan  juga  manusia  memang  membutuhkan  makanan  untuk  memperkuat kondisi tubuh, membutuhkan pakaian, tempat tinggal, kendaraan  dan  lainnya  yang  digolongkan  sebagai  kebutuhan  primer  dan  kebutuhan  sekunder manusia dalam hidupnya.
  Para ulama telah bersepakat bahwa perdagangan adalah suatu kegiatan  perekonomian  yang  dihalalkan  (diperbolehkan)  oleh  syari‘at  Islam.  Hal  ini  didasarkan pada firman Allah SWT dalam surat al- Baqarah ayat 275Saleh al- Fauzan, Al-Mulakhkhasul Fiqhi, Terj. Abdul Hayyie al-Kattani dkk, Fiqih Seharihari, (Depok: Gema Insani, 2006), 364.

  Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit J-ART, 2005), 47.
 “orang-orang yang  Makan  (mengambil)  riba  tidak  dapat  berdiri  melainkan  seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit  gila.  Keadaan  mereka  yang  demikian  itu,  adalah  disebabkan  mereka  berkata  (berpendapat),  Sesungguhnya  jual  beli  itu  sama  dengan  riba, Padahal  Allah  telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah  sampai  kepadanya  larangan  dari  Tuhannya,  lalu  terus  berhenti  (dari  mengambil  riba),  Maka  baginya  apa  yang  telah  diambilnya  dahulu  (sebelum  datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali  (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka  kekal di dalamnya.” Demikian juga firman-Nya dalam surat an-Nisa>’ ayat 29 “Hai  orang-orang  yang  beriman, janganlah  kamu  saling  memakan  harta  sesamamu  dengan  jalan  yang  batil,  kecuali  dengan  jalan  perniagaan  yang  Berlaku  dengan  suka  sama-suka  di  antara  kamu. dan  janganlah  kamu  membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” Islam memberikan  kebebasan  kepada  manusia  untuk  berinteraksi  antar  sesama  dalam  berbagai  bidang  kehidupan,  termasuk  dalam  bidang  ekonomi.
 Melalui kegiatan ekonomi, manusia dapat menopang kelangsungan hidupnya.
  Ibid., 83.
  Karenanya,  ekonomi  merupakan  salah  satu  kegiatan d{aruri (primer)  yang  harus dilakukan manusia.
  Kegiatan  manusia  dalam  bidang  ekonomi  bermacam-macam  jenisnya yaitu  mulai dari  jual  beli,  sewa  menyewa,  barter,  kerjasama  dalam  permodalan,  gadai,  dan  seterusnya. Hal  ini  menuntut  manusia  untuk  selalu  bersikap kreatif dalam segala aspek kehidupan terutama dalam bidang ibadah  dan muamalah  dengan  tidak  melanggar  ketentuan  syariat  Islam.  Karena  dengan  sikap  yang  demikian  maka  manusia  akan  saling  hidup  rukun,  damai  dan sejahtera karena tidak merugikan kepentingan orang lain.
 Dalam  aspek  muamalah, Allah  dan  Rasul-Nya  telah  memberikan  ketentuan dan aturan-aturan dalam bidang muamalah sehingga umat manusia  dapat  memahami  perbuatan-perbuatan  yang  diperintahkan,  dibolehkan  dan  dilarang, dengan begitu manusia tidak terperosok kedalam lubang kesesatan.
 Ketika  manusia  mengikuti  aturan-aturan  yang  telah  ditentukan  oleh  agama  Islam maka manusia akan mendapatkan rahmat dari Allah SWT.
 Secara  kodrati  manusia  tidak  bisa  hidup  sendiri,  tapi  perlu  adanya  interaksi dengan makhluk lain guna memenuhi hajat hidup dan kehidupanya.
 Hal  ini  lazim  dikenal  dengan  istilah  “manusia  sebagai  makhluk  yang  hidup  berkelompok”,  artinya  kehidupan  manusia  merupakan  himpunan  atau   M.  Quraish  Shihab, Wawasan  al-Qur’an:  Tafsir  Maudlu‘i  atas  berbagai  Persoalan  Umat,  (Bandung: Mizan, 2000), 402.
  kesatuan  manusia  yang  hidup  bersama  dan  menimbulkan  hubungan  timbal  balik.
  Jika  kegiatan-kegiatan  muamalah  tersebut  berhubungan  dengan  upaya  saling  tolong-menolong  dalam  hal  kebajikan  dan  bukan  dalam  hal  berbuat  dosa  dan  pelanggaran,  maka  hal  tersebut  sangat  dianjurkan  oleh  Allah.
 Sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an Surat Al-Maidah: 2Artinya:“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan  takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.Dan  bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”  (Q.S. Al-Maidah: 2).
 Islam memberikan kemudahan dalam kehidupan, sebagaimana dalam AlQur’an dan dalam Al-Qawa’idul Fiqhiyyah dibawah ini “Dan  sempurnakanlah  takaran  dan  timbangan  dengan  adil.  Kami  tidak  memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya.Dan  apabila  kamu  berkata,  Maka  hendaklah  kamu  Berlaku  adil,  Kendatipun  ia  adalah  kerabat(mu),  dan  penuhilah  janji  Allah.  Yang  demikian  itu  diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. (Al-An’am: 152).”   Soerjono Soekanto dan Soleman b. Tanek,Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: CV. Rajawali,  Cetakan III, 1986), 2.
  Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 106.
  Ibid., 149.
  Dalam Al-Qawa’idul Fiqhiyyah: “Suatu kesusahan mengharuskan adanya kemudahan َ Menolak  kerusakan  lebih  diutamakan  daripada  menarik  kemaslahatan, dan  apabila berlawanan antara mafsadah dan maslahah, didahulukan yang menolak  mafsadah.
  Islam melihat konsep jual beli itu sebagai suatu alat untuk menjadikan  manusia  itu  semakin  dewasa  dalam  berpola  pikir  dan  melakukan  berbagai  aktivitas, termasuk aktivitas ekonomi. Pasar sebagai tempat aktivitas jual beli  harus  dijadikan  sebagai  tempat  pelatihan yang  tepat  bagi  manusia  sebagai  khalifah di  muka  bumi. Maka  sebenarnya  jual  beli  dalam  Islam merupakan  wadah  untuk  memproduksi  kafilah-kafilah yang  tangguh  di  muka  bumi.
 Abdurrahman  bin  ‘Auf  adalah  salah  satu  contoh  sahabat  Nabi  yang  lahir  sebagai  seorang mukmin  yang  tangguh  berkat  hasil  pendidikan  di  pasar.
 Beliau  menjadi  salah  satu  orang  kaya  yang  amanah  dan  juga  memiliki  kepribadian ihsan.
  Rahmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 273.
  Abdul Mudjib, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih, (Jakarta: Kalam Mulia, Cetakan Ketujuh, 2008),  39.
  Allah menjadikan bumi itu sebagai tempat untuk bertahan hidup, tempat  untuk  mencari  rezki,  dan  Allah  menjadikan  bumi  sebagai  tempat  tinggal  manusia yang di bumi itu Allah telah memudahkan dalam kehidupan.
 Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Mulk : 15, yaitu Artinya:”Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah  di  segala  penjurunya  dan  makanlah  sebahagian  dari  rezki-Nya,  dan  hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi