BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kenakalan siswa
merupakan masalah yang sangat penting dan menarik untuk dibahas dan diteliti karena seseorang
yang namanya siswa merupakan bagian dari
generasi muda dan merupakan tumpuan harapan bagi masa depan bangsa
dan Negara serta
agama. Untuk mewujudkan
semuanya dan demi kejayaan
bangsa dan Negara serta agama, maka
sudah barang tentu menjadi kewajiban dan
tugas kita semua
baik orang tua,
pendidik (guru) dan pemerintah untuk
mempersiapkan generasi muda
menjadi generasi yang tangguh, berwawasan
atau berpengetahuan yang
luas dan mempunyai keagungan
akhlak serta kedalaman
spiritual dengan jalan
membimbing, mendidik, mengajar,
melatih dan mengarahkan
sehingga menjadi warga Negara yang
baik dan bertanggung
jawab secara moral.
Dengan proses pembimbingan dan mengarahkan generasi muda
yang tangguh dan memiliki wawasan atau
pengetahuan yang luas saja tidaklah cukup rasanya, akan tetapi semuanya haruslah dilengkapi dengan adanya
penanaman jiwa keberagamaan dan
pengalaman keberagamaan yang tinggi sehingga akhirnya menjadi sebuah kepribadian utama. Dan
berkaitan dengan hal ini maka Winarno Surakhmad mengatakan: “Adalah suatu
fakta di dalam
sejarah pembangunan umat
yang akan memelihara keberlangsungan hidupnya untuk
senantiasa menyerahkan dan mempercayakan hidupnya
di dalam tangan
generasi yang lebih
muda.
Generasi muda
itulah yang kemudian
memikul tanggung jawab
untuk tidak saja
memelihara kelangsungan hidup
umatnya tetapi juga meningkatkan harkat
hidup tersebut. Apabila
generasi muda yang seharusnya menerima
tugas penulisan sejarah
bangsanya tidak memiliki kesiapan
dan kemampuan yang
diperlukan oleh kehidupan
bangsa itu, niscaya
berlangsung kearah kegersangan
menuju kepada kekerdilan
dan akhirnya sampai pada kehancuran.
Karena itu, kedudukan angkatan muda dalam
suatu masyarakat adalah vital bagi masyarakat itu.
Kalau
kita lihat pendapat
di atas mengandung
arti bahwa tanggung jawab dari generasi muda (siswa) di masa yang
akan datang sangatlah berat, yaitu mempertahankan kelangsungan
hidup dan meningkatkan
harkat hidup umat
manusia. Untuk itu
adanya upaya-upaya pendidikan
dan pembinaan moral
(akhlak) terhadap siswa
sebagai generasi penerus
suatu bangsa sangatlah
wajar dan mutlak
diperlukan dengan kepribadian
yang memiliki budi
pekerti dan akhlak
yang mulia sebagai
bekal hidup dimasa
yang akan datang. Yang sudah pasti tantangan dan
hambatan untuk membangun sebuah kemajuan atau
peradaban baru lebih
besar dari saat
ini. Sebab apabila
dari pribadi generasi
muda telah memiliki
budi pekerti dan
akhlak yang mulia, maka
kelangsungan hidup suatu
bangsa akan dapat
di pertahankan. Namun sebaliknya,
apabila para siswa memiliki akhlak yang rendah atau rusak, maka akan terjadilah kerusakan terhadap
kelangsungan hidup bangsa itu.
Dewasa ini
tuntutan akan pendidikan
semakin meningkat. Hal
ini merupakan dorongan yang sangat kuat untuk membangun ilmu
pengetahuan dan tekhnologi
yang semakin maju
untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang sedemikian
rupa, maka tidak
dapat dielakkan lagi
kalau pendidikan memegang peran penting dalam menghadapi era
yang moderen saat ini.
Winarno Surakhmad, Psikologi Pemuda, (Bandung,
1997), hal: 12-13 Setiap orang
menyadari bahwa harapan
di masa yang
akan datang terletak pada putra putrinya, sehingga hampir
setiap orang berkeinginan agar putra putrinya
kelak menjadi orang
yang berguna. Oleh
karena itu perlu pembinaan
yang terarah bagi putra putrinya sebagai generasi penerus bangsa, sehingga
mereka dapat memenuhi
harapan yang di
cita-citakan. Pembinaan dan pengembangan generasi muda dilakukan
secara nasional, menyeluruh dan terpadu. Pembinaan dan pengembangan generasi muda merupakan tanggung jawab
bersama antara orang
tua, keluarga, masyarakat,
pemuda dan pemerintah serta di tunjukkan untuk
meningkatkan kualitas generasi muda.
Pendidikan nasional yang di
laksanakan di Indonesia merupakan upaya pemerintah dalam
rangka membangun manusia
Indonesia agar berkualitas tinggi
secara lahir maupun
batinnya, pelaksanaan pendidikan
nasional erat sekali
kaitannya dengan perkembangan
sumber daya manusia,
agar potensi dasar yang dimiliki oleh manusia Indonesia
dapat bermanfaat secara maksimal bagi
kepentingan Bangsa dan Negara.
Hal ini sebagaimana dikemukakan
dalam pembukaan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 3, yang berbunyi sebagai berikut:
Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak
serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis dan
serta bertanggung jawab.
Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Delpin,
2003), hlm.8 Namun demikian,
pendidikan yang berlansung
selama ini masih dianggap kurang
bermakna bagi pengembangan
pribadi dan watak
peserta didik. Hal
ini dibuktikan dengan
adanya berita di
televisi atau koran,
yang telah menampilakan banyaknya
kasus-kasus sosial kemasyarakatan yang telah terjadi
yang cenderung membahayakan
kepentingan bersama. Contohnya seperti
adanya geng motor,
perkelahian antar pelajar
dan lain sebagainya dimana pelakunya semua adalah siswa Hal di
atas menunjukkan bahwa
perubahan zaman yang
ditandai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan
teknologi selalu mengakibatkan perubahan
sosial, dengan semakin
canggihnya teknologi komonikasi, transportasi
dan sistem informasi
membuat perubahan masyarakat
semakin melaju dengan
cepat dan tidak
terkontrol. Dalam menghadapi
situasi yang demikian
siswa sering kali
memiliki jiwa yang
lebih sensitif, yang
pada akhirnya tidak
sedikit para siswa
yang terjerumus terhadap
hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai moral, norma
agama, norma sosial serta norma hidup
dimasyarakat oleh karena itu siswa akan cenderung mempunyai tingkah laku yang tidak wajar dalam arti melakukan
tindakan yang tidak pantas.
Bentuk-bentuk kenakalan
siswa itu berbeda,
dalam hal ini
Zakiyah Daradjat menyatakan: Di
negara kita persoalan ini sangat menarik perhatian, kita dengar anak belasan tahun berbuat jahat,
menganggu ketentraman umum misalnya:
mabuk-mabukan, kebut kebutan dan main-main dengan wanita.
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1990),
hlm: 111 Apa yang
menimbulkan kenakalan siswa
tersebut? Barangkali jawaban pertanyaan inilah yang dapat dipakai
sebagai landasan berpijak untuk menemukan berbagai
aternatif pemecahannya. Dalam
bukunnya “Kesehatan Mental”
mengemukakan beberapa faktor
yang menyebabkan timbulnya kenakalan siswa adalah sebagai berikut: 1. Kurang pendidikan 2. Kurang pengertian orang tua tentang
pendidikan 3. Kurang teraturnya
pengisian waktu 4. Tidak stabilnya
keadaan sosial, politik dan ekonomi 5.
Banyaknya film dan buku-buku bacaan yang tidak baik 6. Menyusutnya moral dan mental orang dewasa 7. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik 8. Kurangnya perhatian masyarakat dalam
pendidikan anak.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi