BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan
makhluk yang paling
sempurna dibandingkan dengan
makhluk yang lainnya.
Manusia diberikan kelebihan
oleh Allah berupa akal dan pikiran. Akal tidak akan berkembang
tanpa adanya proses berpikir. Dan proses berpikir
tidak akan berkembang
tanpa adanya pro ses
pendidikan dan pembelajaran serta pengalaman.
Pendidikan merupakan
suatu hal yang
sangat dibutuhkan oleh
manusia, yang dapat mengembangkan
potensi baik secara jasmani dan rohani. Dari proses pendidikan
yang dijalankan maka
akan membawa manusia
itu kepada berpikir yang kritis, global dan mandiri. Kemajuan dan
perkembangan dunia sekarang ini tidak
dapat dipungkiri lagi merupakan manifestasi dari cipta, rasa dan karsa umat manusia yang diperoleh dari proses
pembelajaran dan pendidikan.
Perkembangan masyarakat
dari waktu ke
waktu terus menerus
berubah.
Kita sebagai bagian dari masyarakat
dunia tersebut, mau tidak mau dipaksa untuk ikut
dalam perubahan itu.
Sekarang ini arus
globalisasi dan informasi
telah merubah wajah
dunia semakin indah
dan berkembang. Era
ini ditandai dengan kemampuan
menguasai dan mendayagunakan arus
informasi, bersaing secara terus menerus dalam belajar dan menguasai
kemampuan menggunakan berbagai teknologi
Perkembangan
terjadi disegala bidang
baik dalam tatanan
sosial, ekonomi, budaya,
teknologi, kedokteran dan
lain sebagainya. Sesungguhnya semua
itu merupakan hasil dari proses pendidikan dan
pengajaran yang didapat dari
sekolah. Akan tetapi
sehubungan dengan kemajuan
yang ada, banyak
juga penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi disegala bidang kehidupan. Makanya ada
hal yang terpenting
untuk ditanamkan pada
siswa ialah pondasi
awal menanamkan dan membina
akhlak semaksimal mungkin.
Selama ini
bukannya tidak adanya
pendidikan akhlak pada
siswa, akan tetapi kurang berhasil. Hal ini dikarenakan
banyak faktor yang menjadi kendala, baik dari
materi, metode, upaya,
media dan faktor-faktor
lainnya. Dengan kata lain
proses pendidikan itu sendiri.
Secara keseluruhan
pendidikan di sekolah,
kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling kokoh. Ini berarti bahwa
berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung kepada
bagaimana proses yang
dialami oleh siswa sebagai anak
didik.
Di samping itu juga keberhasilan untuk
mencapai tujuan tidak lain hanya tergantung kepada
proses tet api ada
interaksi, sebagaimana diungkapkan
oleh Syaiful Bahri Djamara,
bahwa Ketika interaksi edukatif itu
berproses, guru harus dengan ikhlas
dalam bersikap dan berbuat dan mau memahami anak didik dengan Toto Suharto. dkk, Rekontruksi dan
Modernisasi Lembaga Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2005), hlm.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 1 segala
konsekuensinya. Semua kendala yang
menjadi pengambat jalannya proses interaksi
edukatif, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun bukan membiarkannya. Karena keberhasilan interaksi
edukatif lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas.
Selain
itu tugas dan
tanggung jawab guru
adalah untuk memberikan sejumlah
norma kepada anak
didik agar tahu
mana perbuatan yang
susila dan asusila, mana perbuatan yang bermoral dan
amoral. Semua norma itu mesti harus guru
berikan ketika di kelas, diluar kelaspun sebaiknya guru contohkan melalui sikap, tingkah
laku dan perbuatan.
Pendidikan dilakukan tidak
semata-mata dengan perkataan,
tetapi sikap, tingkah laku dan perbuatan.
Tugas seorang guru memang berat dan banyak.
Akan tetapi semua tugas guru itu akan
dikatakan berasil apabila ada perubahan tingka laku dan perbuatan pada anak didik kearah yang lebih baik. Maka
tentunya hal yang paling mendasar ditanamkan
adalah akhlak. Karena jika pendidikan akhlak yang baik dan berhasil ajarannya berdampak pada kerendahan hati dan
perilaku yang baik, baik terhadap sesama manusia, lingkungan dan yang paling
pokok adalah akhlak kepada Allah Swt.
jika ini semua kita perhatikan maka tidak akan terjadi kerusakan alam dan tatanan kehidupan, sebagaimana firman Allah
Swt Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), hlm.
Ibid., hlm. 35 Artinya
: Telah nampak
kerusakan di darat
dan di laut
disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).
Begitu
penting peningkatan akhlak
pada siswa, karena
salah satu faktor penyebab
kegagalan pendidikan Islam
selama ini adalah
banyaknya anak yang kurang atau
masih rendah akhlaknya.
Hal ini karena
kegagalan dalam menanamkan
dan membina akhlak.
Tidak dapat dipungkiri
bahwa munculnya tawuran,
konflik dan kekerasan
lainnya merupakan cermin
ketidakberdayaan sistem pendidikan
di negeri ini, khususnya akhlak.
Ketidak berdayaan sistem pendidikan agama di Indonesia karena
pendidikan agama Islam selama ini hanya menekankan kepada
proses pentransferan ilmu
kepada siswa saja,
belum pada proses
transformasi nilai-nilai luhur
keagamaan kepada siswa,
untuk membimbingnya agar menjadi
manusia yang berkepribadian kuat dan berakhlak mulia.
Begitu
rumit dan susah
mengajarkan serta membina
akhlak pada siswa sampai-sampai banyak
kalangan menilai bahwa
kegagalan pendidikan Islam
di Indonesia disebabkan kelalaian
guru PAI dalam mendidik akhlak. Mak a
dari itu perlu dilakukan
upaya yang tepat
oleh guru untuk
membina akhlak siswa disamping
proses belajar. Kebutuhan akhlak dalam
proses pendidikan merupakan Departemen Agama
RI, Al-Qur’an dan
Terjemahannya, (Semarang: CV.
Asy-Syifa‟, 1999), hlm.
Toto Suharto, Loc. Cit, hlm. 169 upaya
yang sangat penting dan tidak
bisa ditawar lagi.
Inilah
salah satu alasan KH. Hasyim
Asy`ari (1871-1947M) seorang
`alim terkemuka yang
bergelut di dunia
pendidikan mengarang sebuah
kitab bagi dunia
pendidikan Islam yaitu Kitab
Adab al-`Alim wa al-Muta`allim. Melihat fenomena
yang muncul pada
siswa sekarang ini
adalah kurangnya kesadaran
siswa untuk berprilaku
baik, atau berakhlak
baik kepada orang tua, guru dan teman mereka sendiri.
Seperti ketika masuk kelas siswa pada umumnya
tidak mengucapkan salam lagi, padahal mereka sudah tahu fungsi dan kegunaan salam. Kemudian saat bertemua dengan
guru, siswa masih banyak yang tidak
menyapa apalagi sampai
berjabat tangan dengan
guru, sudah berani membantah guru dan lain sebagainya.
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi