Senin, 25 Agustus 2014

Skripsi Syariah:UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK PADA SISWA SMA WIDYA DHARMA TUREN MALANG


BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah Manusia  merupakan  makhluk  yang  paling  sempurna  dibandingkan  dengan  makhluk  yang  lainnya.  Manusia  diberikan  kelebihan  oleh  Allah  berupa  akal dan pikiran. Akal tidak akan berkembang tanpa adanya proses berpikir. Dan  proses  berpikir  tidak  akan  berkembang  tanpa  adanya  pro ses  pendidikan  dan  pembelajaran serta pengalaman.
Pendidikan  merupakan  suatu  hal  yang  sangat  dibutuhkan  oleh  manusia,  yang dapat mengembangkan potensi baik secara jasmani dan rohani. Dari proses  pendidikan  yang  dijalankan  maka  akan  membawa  manusia  itu  kepada  berpikir  yang kritis, global dan mandiri. Kemajuan dan perkembangan dunia sekarang ini  tidak dapat dipungkiri lagi merupakan manifestasi dari cipta, rasa dan karsa umat  manusia yang diperoleh dari proses pembelajaran dan pendidikan.
Perkembangan  masyarakat  dari  waktu  ke  waktu  terus  menerus  berubah.
Kita sebagai bagian dari masyarakat dunia tersebut, mau tidak mau dipaksa untuk  ikut  dalam  perubahan  itu.  Sekarang  ini  arus  globalisasi  dan  informasi  telah  merubah  wajah  dunia  semakin  indah  dan  berkembang.  Era  ini  ditandai  dengan  kemampuan  menguasai  dan  mendayagunakan  arus  informasi,  bersaing  secara  terus menerus dalam belajar dan menguasai kemampuan menggunakan berbagai  teknologi 

Perkembangan  terjadi  disegala  bidang  baik  dalam  tatanan  sosial,  ekonomi,  budaya,  teknologi,  kedokteran  dan  lain  sebagainya.  Sesungguhnya  semua  itu  merupakan  hasil dari proses pendidikan dan pengajaran  yang didapat  dari  sekolah.  Akan  tetapi  sehubungan  dengan  kemajuan  yang  ada,  banyak  juga  penyimpangan-penyimpangan yang terjadi disegala bidang kehidupan. Makanya  ada  hal  yang  terpenting  untuk  ditanamkan  pada  siswa  ialah  pondasi  awal  menanamkan dan membina akhlak semaksimal  mungkin.
Selama  ini  bukannya  tidak  adanya  pendidikan  akhlak  pada  siswa,  akan  tetapi kurang berhasil. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang menjadi kendala,  baik  dari  materi,  metode,  upaya,  media  dan  faktor-faktor  lainnya.  Dengan  kata  lain proses pendidikan itu sendiri.
Secara  keseluruhan  pendidikan  di  sekolah,  kegiatan  belajar  merupakan  kegiatan yang paling kokoh. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian  tujuan  pendidikan  banyak  bergantung  kepada  bagaimana  proses  yang  dialami  oleh siswa sebagai anak didik.
 Di samping itu juga keberhasilan untuk mencapai tujuan tidak lain hanya  tergantung  kepada  proses  tet api  ada  interaksi,  sebagaimana  diungkapkan  oleh  Syaiful Bahri Djamara, bahwa  Ketika interaksi edukatif itu berproses, guru harus  dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat dan mau memahami anak didik dengan   Toto Suharto. dkk, Rekontruksi dan Modernisasi Lembaga Pendidikan Islam, (Yogyakarta:  Global Pustaka Utama, 2005), hlm.
 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),  hlm. 1  segala konsekuensinya. Semua  kendala yang menjadi pengambat jalannya proses  interaksi edukatif, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun bukan  membiarkannya. Karena keberhasilan interaksi edukatif lebih   banyak ditentukan  oleh guru dalam mengelola kelas.
 Selain  itu  tugas  dan  tanggung  jawab  guru  adalah  untuk  memberikan  sejumlah  norma  kepada  anak  didik  agar  tahu  mana  perbuatan  yang  susila  dan  asusila, mana perbuatan yang bermoral dan amoral. Semua norma itu mesti harus  guru berikan ketika di kelas, diluar kelaspun sebaiknya guru contohkan  melalui sikap,  tingkah  laku  dan  perbuatan.  Pendidikan  dilakukan  tidak  semata-mata  dengan perkataan, tetapi sikap, tingkah laku dan perbuatan.
 Tugas seorang guru memang berat dan banyak. Akan tetapi semua tugas  guru itu akan dikatakan berasil apabila ada perubahan tingka laku dan perbuatan  pada anak didik kearah yang lebih baik. Maka tentunya hal yang paling mendasar  ditanamkan adalah akhlak. Karena jika pendidikan akhlak yang baik dan berhasil  ajarannya berdampak pada kerendahan hati dan perilaku yang baik, baik  terhadap  sesama manusia, lingkungan dan yang paling pokok adalah akhlak kepada Allah  Swt. jika ini semua kita perhatikan maka tidak akan terjadi kerusakan alam dan  tatanan kehidupan, sebagaimana firman Allah Swt Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,  (Jakarta: PT. Rineka  Cipta, 2005), hlm.
 Ibid., hlm. 35  Artinya  :  Telah  nampak  kerusakan  di  darat  dan  di  laut  disebabkan  Karena  perbuatan tangan manusi, supaya  Allah merasakan kepada mereka  sebahagian  dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
 Begitu  penting  peningkatan  akhlak  pada  siswa,  karena  salah  satu  faktor  penyebab  kegagalan  pendidikan  Islam  selama  ini  adalah  banyaknya  anak  yang  kurang  atau  masih  rendah  akhlaknya.  Hal  ini  karena  kegagalan  dalam  menanamkan  dan  membina  akhlak.  Tidak  dapat  dipungkiri  bahwa  munculnya  tawuran,  konflik  dan  kekerasan  lainnya  merupakan  cermin  ketidakberdayaan  sistem  pendidikan  di  negeri  ini,  khususnya  akhlak.  Ketidak  berdayaan  sistem  pendidikan agama di Indonesia karena pendidikan agama Islam selama ini hanya  menekankan  kepada  proses  pentransferan  ilmu  kepada  siswa  saja,  belum  pada  proses  transformasi  nilai-nilai  luhur  keagamaan  kepada  siswa,  untuk  membimbingnya agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan berakhlak  mulia.
 Begitu  rumit  dan  susah  mengajarkan  serta  membina  akhlak  pada  siswa sampai-sampai  banyak  kalangan  menilai  bahwa  kegagalan  pendidikan  Islam  di  Indonesia disebabkan kelalaian guru PAI dalam mendidik akhlak. Mak a  dari itu  perlu  dilakukan  upaya  yang  tepat  oleh  guru  untuk  membina  akhlak  siswa  disamping proses belajar.  Kebutuhan akhlak dalam proses pendidikan merupakan   Departemen  Agama  RI,  Al-Qur’an  dan  Terjemahannya,  (Semarang:  CV.  Asy-Syifa,  1999),  hlm.
 Toto Suharto, Loc. Cit, hlm. 169  upaya  yang  sangat penting  dan tidak  bisa ditawar  lagi.
 Inilah  salah satu alasan  KH.  Hasyim  Asy`ari  (1871-1947M)  seorang  `alim  terkemuka  yang  bergelut  di  dunia  pendidikan  mengarang  sebuah  kitab  bagi  dunia  pendidikan  Islam  yaitu  Kitab Adab al-`Alim wa al-Muta`allim.   Melihat  fenomena  yang  muncul  pada  siswa  sekarang  ini  adalah  kurangnya  kesadaran  siswa  untuk  berprilaku  baik,  atau  berakhlak  baik  kepada  orang tua, guru dan teman mereka sendiri. Seperti ketika masuk kelas siswa pada  umumnya tidak mengucapkan salam lagi, padahal mereka sudah tahu fungsi dan  kegunaan salam. Kemudian saat bertemua dengan guru, siswa masih  banyak yang  tidak  menyapa  apalagi  sampai  berjabat  tangan  dengan  guru,  sudah  berani  membantah guru dan lain sebagainya.


Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi