BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
Skripsi Ekonomi: Analisis Disparitas Pendapatan Dan Pengembangan Sektor Unggulan Antar Wilayah Di Kawasan Bregas Tahun 2007-2011
Dalam meningkatkan pendapatan
suatu pembangunan perekonomian di
Indonesia, tentunya diarahkan untuk mewujudkan
masyarakat yang semakin sejahtera, makmur
dan berkeadilan. Akan
tetapi kondisi geografis
dan sumberdaya alam
yang berbeda di
Indonesia menciptakan beberapa
daerah yang lebih
maju dibandingkan daerah-daerah
yang lainnya. Oleh
sebab itu pemerintah
mengeluarkan kebijakan otonomi
daerah yang mengacu
pada kebijakan pembangunan
nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan cara memanfaatkan potensi dan
sumberdaya yang ada dengan kondisi
geografis yang berbeda-beda bagi masing-masing daerah. Tentu saja proses
tersebut dilakukan agar
pembangunan dapat dirasakan
secara lebih merata.
Pemerintah harus perhatian pada
semua daerah tanpa ada perlakuan khusus
pada daerah tertentu saja. Namun hasil pembangunan saat ini terkadang masih dirasakan belum merata dan masih
terdapat kesenjangan antar daerah.
Hal yang
terpenting dalam pembangunan
daerah dengan kondisi
geografis yang berbeda-beda
seperti di Indonesia adalah bahwa daerah tersebut mampu mengidentifikasi setiap
potensi sektor-sektor potensial
yang dimilikinya kemudian
menganalisanya untuk membuat
sektor-sektor tersebut memiliki nilai tambah bagi pembangunan ekonomi menjadi
sektor unggulan daerahnya.
Tujuan utamanya adalah
meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Salah satu upaya
yang dilakukan oleh
pemerintah adalah melalui
peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Indikator keberhasilan dari pembangunan suatu daerah bisa dilihat laju pertumbuhan ekonominya. Oleh
sebab itu, setiap daerah selalu menetapkan target
laju pertumbuhan yang
tinggi didalam tujuan
dan perencanaan pembangunan
daerahnya.
Bagi kelangsungan
pembangunan ekonomi, pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan
berkelanjutan merupakan kondisi utama di setiap negara yang miskin dan berkembang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat terpenuhi lewat peningkatan output secara agregat baik
barang maupun jasa atau Produk Domestik Bruto
(PDB) setiap tahunnya.
Menurut Arsyad (1999)
tingkat pertumbuhan ekonomi
yang tinggi hanya
sedikit manfaatnya dalam memecahkan masalah
kemiskinan, masih banyak
penduduk yang memiliki pendapatan dibawah standar kebutuhan hidupnya.
Jadi pertumbuhan PDB yang cepat dan
tinggi tidak secara
otomatis langsung meningkatkan
taraf hidup masyarakatnya.
Jawa Tengah
merupakan Propinsi di
Jawa yang tidak
lepas dari permasalahan
ini. Berdasarakan peraturan
daerah Rencana Tata
Ruang Wilayah Propinsi
(RTRWP) Jawa Tengah
tahun 2003 hingga
tahun 2018, pemerintah
Propinsi Jawa Tengah
membentuk kawasan kerja
sama antar wilayah
yang dipandang dapat
dimanfaatkan sebagai upaya
pemerataan pembangunan di dalam
suatu kawasan. Keputusan pemerintah ini kemudian disetujui
oleh banyak kalangan
dengan harapan bahwa
melalui membentuk kawasan
kerjasama akan dapat
menstimulasi adanya upaya
untuk menghilangkan praktik-praktik sentralistik
yang pada satu
sisi seperti disparitas
pendapatan dianggap kurang
menguntungkan bagi daerah
dan masyarakat.
Hal ini tertuang pada Perda
Propinsi Jawa Tengah No.21 Tahun 2003 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah. Berikut adalah 8 (delapan) kawasan kerjasama antar wilayah
kabupaten/kota di Jawa Tengah: 1.
Kawasan Kedungsepur (Kendal,
Demak, Ungaran (Baca
Kabupaten Semarang), Salatiga,
Semarang dan Purwadadi).
2. Kawasan Bregas (Brebes, Tegal dan Slawi
(dibaca Kabupaten Tegal)).
3. Kawasan Tangkallangka (Batang, Pekalongan,
Pemalang dan Kajen).
4. Kawasan Wanarakuti (Juwana, Jepara, Kudus dan
Pati).
5. Kawasan Banglor (Rembang dan Blora).
6. Kawasan
Subosukowonosraten
(Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten).
7. Kawasan
Barlingmascakeb
(Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen).
8. Kawasan
Purwomanggung (Purworejo, Wonosobo,
Magelang dan Temanggung).
Perkembangan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) di kawasan strategis
dapat dilihat pada Tabel 1. Kawasana Bregas merupakan salah satu dari tiga kawasan dengan penerimaan PDRB
terbesar.
Tabel 1.1 PDRB
Kabupaten/Kota Dirinci Menurut
Pembagian Kawasan Strategis
Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Tahun
2007-2010 (Jutaan Rp) Kawasan
Strategis Tahun 2007 2008 2009
201Kedungsepur 33,909,269.31 35,611,182.60
37,246,130.38 39,506,575.0Bregas 8,998,979.31
9,451,379.50 9,940,107.71 10,416,129.1Tangkallangka 9,740,956.91
10,170,663.69 10,608,496.86 11,135,661.2Wanarakuti 18,931,433.31
19,711,323.42 20,568,264.19 21,500,418.6Banglor 3,811,815.17
4,007,175.94 4,197,645.16 4,399,335.6Subosukowonosraten 26,671,686.27
27,978,009.11 29,307,873.56 30,687,538.5Purwomanggung 10,942,617.63
11,452,643.47 11,974,227.42 12,539,786.2Barlingmascakeb 22,311,087.23
23,455,494.01 24,670,195.41 26,012,989.1Sumber: Adi Sutrisno, Tahun 201Gambar
1.1 Rata-rata Laju
Pertumbuhan Kabupaten/Kota Dirinci
Menurut Pembagian Kawasan
Strategis Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2007-2010 (Juta Rupiah) Sumber: Tabel
1.1 (data diolah) Tahun 2007-201Dari
delapan kawasan strategis
yang ada di
Jawa Tengah, menunjukkan bahwa Kawasan Bregas (Brebes,
Tegal, Slawi) merupakan salah satu
kawasan strategis yang rata-rata laju pertumbuhan ekonominya terbesar pertama
yakni sebesar 5.20
persen kemudian disusul
oleh Barlingmascakeb sebesar 5.14 persen. Namun sebagaimana yang
disebutkan Kuznets Hypothesis dalam
Todaro (2003:240), tingginya
rata-rata laju pertumbuhan
ekonomi di kawasan Bregas ini dibanding kawasan strategis
yang lain juga diikuti dengan tidak meratanya
pertumbuhan ekonomi yang
diukur dari PDRB
dan kesejahteraan masyarakat
karena pada dasarnya
terdapat adanya trade
off antara ketimpangan
pendapatan dengan laju
pertumbuhan ekonomi. Pada kesempatan kali
ini penulis mengambil
data pada tahun
2007-2011 untuk menguji
apakah pada tahun
tersebut di Kawasan
Bregas mengalami disparitas/ketimpangan pendapatan yang besar
dengan laju pertumbuhan yang tinggi sesuai
data yang disebutkan
dalam jurnal penelitian
sebelumnya.
Penambahan satu tahun dalam
penelitian ini bertujuan untuk memperbaharui data dan melihat konsistensi data laju
pertumbuhan yang sudah diolah.
Pada awal
proses pembangunan, telah
terjadi permasalahan yang sudah lama
menjadi pengetahuan umum
disetiap negara yaitu
antara pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dengan distribusi pendapatan, hal ini sudah menjadi masalah yang telah lama dan harus
dihadapi oleh setiap negara miskin dan berkembang.
Trade off atau
pertukaran antara pertumbuhan
ekonomi dengan distribusi
pendapatan dimasing-masing daerah
disuatu negara selalu terjadi.
Kuznet mengatakan bahwa
pada tahap-tahap awal
pertumbuhan ekonomi, distribusi
pendapatan cenderung memburuk,
atau bisa disebut ketimpangan antar daerah sangat tinggi. Namun,
pada tahap-tahap selanjutnya hal tersebut
akan membaik. Hipotesis
ini dikenal dengan
hipotesis “UTerbalik” Kuznet.
Sesuai dengan rangkaian
perubahan kecenderungan distribusi
pendapatan dengan ukuran
koefisien Gini dan
pertumbuhan PDB perkapita
yang akan terlihat
seperti kurva yang
berbentuk huruf U
terbalik.
Menurut Kuznet distribusi
pendapatan akan meningkat
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2000). Dengan
kata lain semakin besar ratarata laju pertumbuhan maka ketimpangan pendapatan
juga akan semakin besar.
Ketimpangan ini
juga didukung pula
oleh perbedaan potensi
antar wilayah yang dimiliki baik potensi sumber daya alam,
potensi sumber daya manusia maupun
infrastruktur yang ada
pada Kawasan Bregas.
Dengan perbedaan potensi
antar wilayah tersebut,
maka ketimpangan antar
wilayah juga akan semakin besar. Hal ini juga belum mencangkup data
PDRB daerah Bregas
yang belum dianalisis
dengan menggunakan Indeks
Williamson dan Indeks Entropy
Theil apakah terdapat ketimpangan pendapatan atau tidak dan seberapa
besar ketimpangannya, untuk
itu ketimpangan secepatnya
segera diatasi karena
dikhawatirkan ketimpangan yang
semakin besar akan menimbulkan
ketidakstabilan perekonomian.
Oleh karena itu perlu adanya upaya ketimpangan yang terjadi
tidak terlalu menyolok
atau perkembangan ketimpangan
sedapat mungkin tidak membesar. Salah
satu upaya yang
dapat dilakukan guna
mengatasi masalah disparitas
pendapatan di Bregas
adalah dengan menganalisis
adanya sektorsektor basis yang
memang memiliki keunggulan kompetitif maupun memiliki keunggulan
komparatif dengan melihat
data-data yang ada,
sehingga dapat dikembangkan
sebagai salah satu
cara mengatasi masalah
disparitas ini, termasuk didalamnya adalah dengan cara
mengetahui pusat pertumbuhan yang terdapat inventarisasi yang menunjukan ada atau tidaknya suatu fungsi (jumlah fasilitas)
pada pemukiman masing
masing. Kemampuan suatu
daerah khususnya kabupaten/kota yang
tergabung dalam Kawasan
Bregas untuk mengetahui
sektor unggulan di
daerahnya sangat penting
untuk dilakukan, mengingat
kontribusi sektor unggulan
ini terhadap perkembangan perekonomian suatu daerah yang cukup
memberikan pengaruh besar. Hal ini berkaitan pada
perkembangan perekonomian jangka
panjang suatu daerah/kawasan
strategis yang diharapkan
dapat membantu dalam
menjaga keseimbangan pendapatan
khususnya di Kawasan Bregas ini.
Permasalahan ketidakmerataan pendapatan
ini merupakan masalah yang harus dicari penyelesaiannya. Apabila
ketimpangan semakin besar, maka dapat menimbulkan
terjadinya konflik dan
dapat menjadi sarana
terjadinya kriminalitas, sehingga
apabila hal tersebut dibiarkan terus menerus maka dapat menyebabkan
ketidakstabilan didalam suatu
perekonomian. Oleh karena
itu penelitian ini
diharapkan dapat meneliti
seberapa besar ketimpangan
antar kabupaten/kota di
Kawasan Bregas. Kemudian
menentukan sektor-sektor unggulan di setiap kabupaten/kota Bregas serta
menentukan lokasi yang dapat ditetapkan menjadi
pusat pertumbuhan agar
pertumbuhan ekonomi dapat tercapai secara
optimal dan meningkatkan
pendapatan penduduk, sehingga menjadikan ketimpangan lebih rendah. Dengan
demikian perlu dianalisis lebih jauh
mengenai hal tersebut, sehingga skripsi ini mengambil judul “Analisis Disparitas
Pendapatan dan Pengembangan
Sektor Unggulan Antar Wilayah
di Kawasan Bregas Tahun 2007-2011”.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar
belakang tersebut maka
penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut:.
1. Seberapa besar tingkat ketimpangan pendapatan
antar kabupaten/kota di Kawasan Bregas?.
2. Sektor
unggulan apa saja
yang perlu dikembangkan
kabupaten/kota di Kawasan Bregas guna meningkatkan pertumbuhan
di Kawasan Bregas?.
3. Daerah manakah yang dapat dijadikan pusat
pertumbuhan perekonomian kabupaten/kota
di Kawasan Bregas?.
C. Tujuan penelitian.
Berdasarkan rumusan
masalah yang diambil
penulis maka tujuan penelitiannya adalah:.
1. Menganalisis
tingkat ketimpangan pendapatan
yang terjadi antar kabupaten
yang berada dalam Kabupaten/Kota di Kawasan Bregas.
2. Mengidentifikasi sektor-sektor
unggulan yang dapat
dikembangkan Kabupaten/Kota di
Kawasan Bregas.
3. Mengetahui
pusat pertumbuhan perekonomian
Kabupaten/Kota di Kawasan Bregas.
D. Manfaat Penelitian.
Manfaat yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:.
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai bahan informasi, dan masukan
bagi Pemerintah dalam
mengambil kebijaksanaan dalam merumuskan
strategi pengembangan pemerataan pendapatan di
kawasan kerjasama antar wilayah
sehingga menjadi lebih baik.
2. Penelitian
ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi
akademis pada bidang studi
Ekonomi Pembangunan.
3. Dengan
penelitian yang dilakukan
ini diharapkan dapat
diperoleh suatu manfaat dan dapat dipergunakan sebagai bahan
referensi dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
Skripsi Ekonomi: Analisis Disparitas Pendapatan Dan Pengembangan Sektor Unggulan Antar Wilayah Di Kawasan Bregas Tahun 2007-2011Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi