BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah.
Skripsi Ekonomi: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat Untuk Memilih Tinggal Di Rumah Susun Sederhana Sewa
Rumah merupakan salah satu
kebutuhan dasar (basic needs) manusia selain pangan dan sandang, maka pemenuhan kebutuhan
akan rumah menjadi prioritas yang tidak
dapat ditangguhkan. Di sisi lain, masyarakat mempunyai kemampuan terbatas
untuk mencukupi biaya
pengadaan perumahan, karena
tidak mampu mendapatkan
lahan yang legal
di pusat kota,
maka masyarakat berpenghasilan rendah
menduduki tanah-tanah secara
illegal di sepanjang
jalur kereta api, kuburan, tebing
tinggi, pinggiran sungai
dan lahan-lahan terlantar
lainnya.
Tindakan tersebut
mengakibatkan timbulnya pemukiman
liar (squatter) yaitu lahan yang
tidak ditetapkan untuk
hunian atau penempatan
lahan yang bukan miliknya
(Budiharjo dalam Subkhan, 2008:1).
Permintaan rumah
merupakan refleksi dari
suatu penawaran yang dilakukan oleh
pengembang dalam usaha
property rumah untuk
membantu masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan tempat tinggal. Permintaan akan terjadi apabila
seorang individu mempunyai
keinginan (willing) dan
kemampuan (ability) untuk
membeli suatu barang
atau jasa (Sukirno
dalam Mahardini, 2012:2).
Peningkatan permintaan terhadap
perumahan menjadi persoalan
bagi pengembang rumah di
perkotaan di sebabkan karena ketersediaan lahan. Kondisi keterbatasan
lahan perkotaan ini
semakin berat dirasakan
terutama bagi penyediaan
rumah untuk masyarakat
golongan berpenghasilan rendah.
Sampai saat ini
kemampuan pemerintah untuk
penyediaan rumah sangat
terbatas.
Keterbatasan kemampuan
pemerintah dalam penyediaan
rumah untuk masyarakat
golongan berpenghasilan rendah
ini tanpa disadari
telah memacu munculnya
kawasan-kawasan perumahan yang
tidak tertata sehingga
menjadi kawasan kumuh.
Kecenderungan perkembangan kawasan
menjadi kumuh ini sebenarnya dapat
diantisipasi akan tetapi
usaha untuk mencegah
terjadinya penurunan kualitas
lingkungan menjadi kumuh
pada kawasan perumahan dirasakan masih kurang (Subkhan, 2008:2).
Kepadatan penduduk
di perkotaan yang
semakin meningkat menuntut adanya ketersediaan
lahan khususnya untuk
pemukiman. Namun pada kenyataannya jumlah
lahan yang tersedia
tidak sebanding dengan
tingginya populasi karena
pertumbuhan penduduk. Seiring bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan semakin tinggi pula kebutuhan akan
rumah tinggal, sementara itu ketersediaan lahan
untuk pemukiman semakin
terbatas. Hal ini
menyebabkan semakin mahalnya
harga jual tanah
dan rumah sehingga
sulit dijangkau oleh masyarakat
terutama masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.
Permasalahan pengadaan
perumahan bagi golongan
menengah bawah berawal dari masalah keterbatasan dalam
penyediaan lahan, yang berkaitan erat dengan jumlah
penduduk yang semakin
padat. Dengan semakin
banyaknya pendatang yang bermukim
di kota besar untuk mencoba mengadu
nasib, mencari kehidupan yang
lebih baik, maka
kebutuhan akan perumahan
bagi merekapun semakin meningkat (Mauliani, 2002:2).
Pembangunan perumahan dan
pemukiman merupakan upaya
untuk memenuhi salah
satu kebutuhan dasar
manusia, sekaligus juga
meningkatkan mutu lingkungan kehidupan.
Untuk meningkatkan daya
guna tanah bagi pembangunan perumahan
dan pemukiman, serta
mengefektifkan penggunaan tanah terutama di daerah berpenduduk padat,
maka perlu dilakukan penataan atas tanah
sehingga pemanfaatannya dapat dirasakan oleh masyarakat banyak.
Pembangunan rumah
susun sederhana sewa
(rusunawa) merupakan salah satu alternatif
pemecahan masalah kebutuhan
perumahan dan pemukiman terutama
didaerah perkotaan yang
jumlah penduduknya terus
meningkat.
Pembangunan rusunawa adalah salah
satu solusi dalam penyediaan pemukiman layak
huni bagi masyarakat menengah ke bawah. Rusunawa diharapkan mampu membantu masyarakat dalam menyediakan hunian
layak huni dengan harga sewa murah.
Rusunawa didesain sebagai solusi bijak untuk masyarakat menengah ke bawah dalam memperoleh rumah dengan biaya
terjangkau. Ide ini dibuat untuk mengakali keterbatasan
lahan. Rusunawa lahir
atas dasar beberapa
kebutuhan.
Salah satunya,
kebutuhan akan hunian
dengan biaya terjangkau
tetapi tidak terlalu membutuhkan lahan yang luas.
Selama ini banyak anggapan
negatif tentang rusunawa, diantaranya adalah kondisi
tempat tinggal yang
kotor, kumuh, dan
terlalu ramai. Dari
beberapa anggapan negatif
tersebut membuat banyak
orang enggan untuk
menjadi penghuni rusunawa. Namun
tidak semua rusunawa keadaannya kumuh dan tidak layak huni.
Harga rumah
dan pendapatan konsumen
sangat berpengaruh terhadap permintaan
akan kebutuhan perumahan
dengan implikasi bahwa
harga rumah menjadi prioritas utama (Taufiq dan Tandelilin
dalam Mahardini, 2012:2). Faktor lingkungan,
fasilitas dan dekatnya dengan kerabat dapat dijadikan pertimbangan individu
dalam membeli rumah
(Hidayat dalam Mahardini,
2012:2). Fungsi perumahan
akan semakin nyata
apabila semakin kompleksnya
fasilitas yang disediakan
oleh pengembang. Lokasi
yang strategis merupakan
faktor yang penting
dalam mempengaruhi permintaan
individu terhadap sebuah
tempat tinggal (Yudi dalam
Mahardini, 2012:2).
Pemerintah Kota Surakarta
memutuskan untuk membangun rusunawa yang ditujukan
untuk masyarakat berpenghasilan menengah
ke bawah. Menurut Kepala
UPTD Rumah Sewa
DPU Surakarta, Toto
Djayanto, SH tujuan
awal pembangunan rusunawa
ini adalah untuk
penataan pemukiman kumuh
dan meminimalkan bangunan yang
tak berijin. Selain itu pembangunan ini juga untuk memanfaatkan lahan hak pakai milik pemerintah
yang tersedia di Kota Surakarta.
Masih dalam
penjelasannya tentang tujuan
rumah susun di
Kota Surakarta, rusunawa
ini dibangun untuk
peremajaan kota, yang
pada penanganannya dilakukan dengan pembangunan rusunawa.
Kegiatan peremajaan kota melalui
pembangunan rumah susun berdasarkan pada pertimbangan
efisiensi pemakaian lahan.
Menurut Yudohusodo dalam Subhkan (2008:38)
peremajaan kota merupakan
upaya yang terencana
untuk mengubah atau
memperbaharui suatu kawasan
di kota, yang
pada awalnya mempunyai mutu lingkungan yang rendah
menjadi suatu tatanan sosial ekonomi yang
baru yang mampu menjadi pengembangan kota.
Tabel 1.Tingkat Hunian
Masing-Masing Blok No Blok Twin Blok Unit Hunian Total kamar yang telah dihuni 1 Begalon
2 96 192
Semanggi 2 98 193 Jurug I
1 74 74
Jurug II 1 98 95 Kerkov
1 98 7Jumlah
7 658 63Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Surakarta, 201Dari tabel
1.1 dapat diketahui
bahwa 5 blok
rusunawa yang ditawarkan hampir semua kamar di rusunawa telah dihuni,
hanya di rusunawa kerkov yang masih menyediakan
kamar kosong. Menurut
Dinas Pekerjaan Umum
Surakarta di rusunawa
kerkov sebenarnya sudah
banyak yang memesan,
tetapi belum di tempati oleh
penghuninya sehingga dibiarkan
kosong begitu saja.
Diantara rusunawa yang ada di
Surakarta rusunawa Begalon adalah rusunawa yang paling lama
dibangun, rusunawa Begalon
dulunya adalah bekas
makam, kemudian banyak
masyarakat yang mendirikan bangunan tak berijin diatas tanah tersebut, sehingga
pemerintah akhirnya membangun
rusunawa sekaligus untuk
penataan pemukiman. Rusunawa
Begalon adalah rusunawa
di Surakarta yang
paling sedikit fasilitasnya
dibandingkan dengan rusunawa
lain yang ada.
Dari semua rusunawa tersebut hanya rusunawa Jurug I yang
pembangunannya dibiayai oleh Kementrian
Perumahan Rakyat, sedangkan sisanya
pembangunannya dilakukan oleh Kementrian
Pekerjaan Umum. Walaupun
rusunawa Jurug I
dan rusunawa Jurug
II berada dalam
satu kawasan, tetapi
ada perbedaan baik
dari segi fisik bangunan
maupun fasilitas yang ada di setiap kamarnya.
Menurut Dinas
Pekerjaan Umum Surakarta
hingga saat ini
sudah banyak masyarakat yang mengantre untuk bisa menjadi
penghuni di rusunawa. Peminat rusunawa
mulai meningkat sejak pembangunan rusunawa Semanggi pada tahun 2008,
perbandingannya adalah 1:5.
Sampai saat ini
sudah ada 500
KK yang masuk
daftar tunggu (waiting
list) calon penyewa
rusunawa. Masyarakat yang berminat untuk
menempati rusunawa cukup
tinggi, saat ini
ada satu rusunawa lagi
yang sedang dibangun
di Kota Surakarta,
rusunawa tersebut dibangun
di Kampung Ngemplak,
Kelurahan Mojosongo, Kecamatan
Jebres. Rusunawa tersebut akan dibangun 2 Twin Blok. Tingginya permintaan masyarakat
terhadap rusunawa ini tidak diimbangi
dengan lahan yang tersedia, masalah ketersediaan lahan
ini menjadi kendala
tersendiri yang harus
segera diatasi oleh
Pemerintah Kota Surakarta.
Pemilihan Rusunawa
Jurug sebagai obyek
penelitian didasarkan karena Rusunawa
Jurug terletak dipinggir
kota, akses penghuni
rusunawa terhadap kendaraan
umum dan fasilitas
publik tidak menguntungkan
karena belum ada kendaraan umum
yang melintas tepat
didepan rusunawa, penghuni
rusunawa yang tidak memiliki
kendaraan pribadi harus berjalan kaki dahulu menuju jalan raya yang dilewati kendaraan umum.
Faktor -
faktor yang mempengaruhi
masyarakat untuk memilih tinggal di rusunawa, antara lain: kesesuaian harga,
pendapatan, jarak menuju tempat kerja dan jumlah
anggota keluarga. Berdasarkan
latar belakang masalah
diatas maka penelitian
ini mengambil judul
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
MASYARAKAT UNTUK MEMILIH TINGGAL
DI RUMAH SUSUN
SEDERHANA SEWA (STUDI
KASUS: RUSUNAWA JURUG SURAKARTA)”.
Skripsi Ekonomi: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat Untuk Memilih Tinggal Di Rumah Susun Sederhana Sewa
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi