Selasa, 28 Oktober 2014

Skripsi Ekonomi: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kacamata Di Kota Surakarta Tahun 2013

  BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  LATAR BELAKANG MASALAH.
Skripsi Ekonomi: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kacamata Di Kota Surakarta Tahun 2013
Pada  era  Orde  Baru,  ekonomi  merupakan  tujuan  utama  mekanisme  kebijakan  pemerintah.  Titik  sentral  pada  faktor  ekonomi  didukung  oleh  perkembangan  sektor  formal  dengan  berbagai  pengembangan  industri  di  berbagai bidang.  Namun pada kenyataannya industrialisasi memicu urbanisasi  yang  kemudian  melahirkan  problem  ketenagakerjaan.  Urbanisasi  sebagai  gejala yang sangat menonjol di Indonesia, tidak hanya mendatangkan dampak  positif, tetapi juga dampak negatif.  Sebagian  tenaga kerja  telah tertampung di  sektor  formal,  namun  sebagian  lainnya  yang  tidak  punya  bekal  ketrampilan  (non skills) tidak dapat tertampung dalam lapangan kerja formal yang tersedia.

Tenaga  kerja  yang  tidak  tertampung  di  sektor  formal  pada  umumnya  tetap  berstatus  mencari  pekerjaan  dan  melakukan  pekerjaan  apa  saja  untuk  menopang  hidupnya  (Harsiwi,  2002:1).  Sektor  formal  yang  tumbuh  dengan  pesat tidak mampu menampung banyaknya tenaga kerja.  Inilah yang menjadi  titik balik lahirnya sektor informal.
Pembangunan  ekonomi  tidak  hanya  bergantung  terhadap pengembangan industrialisasi dan  program-program pemerintah, namun juga  tidak lepas dari peran sektor informal yang merupakan katup pengaman dalam    pembangunan  ekonomi.  Masyarakat  ekonomi  sektor  informal  merupakan  masyarakat  yang  masuk  dalam  kelompok  usaha  sendiri  dengan  jenis  kesempatan  kerjayang  kurang  terorganisir,  tidak  terdaftar  secara  resmi.
Definisi sektor informal sendiri menurut Sethurman (dari ILO) adalah sebagai  berikut  :  sektor  informal  terdiri  dari  unit-unit  usaha  berskala  kecil  yang  menghasilkan  dan  mendistribusikan  barang  dan  jasa  dengan  tujuan  pokok  menciptakan  kesempatan  kerja  dan  pendapatan  bagi  diri  sendiri,  dan  dalam  usahanya itu sangat dihadapkan oleh berbagai kendala, seperti faktor modal,  baik  fisik  maupun  manusia  (ilmu  pengetahuan)  dan  ketrampilan.  Sementara Todaro (2000:322)  mengungkapkan  karakteristik khas sektor informal  sangat  bervariasi dalam bidang kegiatan produksi barang dan jasa berskala kecil, unit  produksi  dimiliki  secara  perorangan  atau  kelompok,  banyak  menggunakan  tenaga  kerja  (padat  karya)  dan  teknologi  yang  digunakan  relatif  sederhana.
Para pekerjanya sendiri biasanya tidak memiliki pendidikan formal, umumnya  mereka  tidak  memiliki  keterampilan  khusus  dan  sangat  kekurangan  modal  kerja.  Oleh karena  itu,  produktivitas dan pendapatan mereka cenderung lebih  rendah dari kegiatan bisnis yang ada di sektor formal.
Penelitian  Endang  Hariningsih  dan  Rintar  Agus  Simatupang  (2008) menyatakan  bahwa,  sektor  informal meskipun banyak kekurangannya  namun  keberadaannya  diperlukan  dan  mampu  berbicara  banyak  di  dalam  aspek  perekonomian.  Dari  segi  keamanan  sektor  informal  dapat  berfungsi  sebagai  katub  pengaman  yang  bisa  membantu  mengurangi  tindak  kriminal  dengan    memberikan kesibukan kerja.Pada umumnya sektor informal sering  dianggap  lebih mampu bertahan hidup  (survive)  dibandingkan sektor usaha  yang  lain.
Hal tersebut dapat terjadi karena sektor informal relatif lebih independent atau  tidak  tergantung  pada  pihak  lain,  khususnya  menyangkut  permodalan  dan  lebih  mampu  beradaptasi  dengan  lingkungan  usahanya.  Menurut  penelitian Rosetyadi Aristyan dan Fitrie Arianti (2013),  faktor yang paling berpengaruh  dalam  sektor  informal  khususnya  berdagang  adalah  modal,  lama  usaha,  dan  jam kerja.  Ketiga variabel ini dinilai sebagai variabel  yang paling mendasar  dalam  hal  berdagang  dan  indikator  dalam  menentukan  keberhasilan  suatu  sektor usaha perdagangan.
Lapangan  kerja  formal  merupakan  prioritas  utama  bagi  para  tenaga  kerja.  Namun  karena  krisis  ekonomi  yang  melanda  sehingga  banyak  terjadi  Pemutusan  Hubungan  Kerja  (PHK)  pada  sektor  ini.  Untuk  itu  perlu  dikembangkan lapangan kerja informal yang justru menjadi penyelamat bagi  masalah  ketenagakerjaan  yang  dihadapi.  Salah  satu  kota  yang  mempunyai  mobilitas  cukup  tinggi  adalah  kota  Surakarta.  Banyak  sekali  pembangunan  infrastruktur  dan  fasilitas  untuk  masyarakat,  seperti  ;  gedung  perkantoran,  mall, taman kota, dan ruang publik yang memungkinkan terjadinya sosialisasi  antar  masyarakat.  Sehingga  menjadikan  masyarakat  kota  Surakarta  mempunyai  mobilitas  yang  tinggi  baik  di  bidang  formal  maupun  informal.
Berikut  adalah  tabel  mata  pencaharian  penduduk  per  kecamatan  di  Kota  Surakarta.
  Tabel 1.1 Penduduk per Kecamatan Menurut Mata Pencaharian  di Kota Surakarta Tahun 200Mata  Pencaharian Kec.
Laweya n Kec.
Sereng an Kec.
Pasar  Kliwon Kec.
Jebres Kec.
Banjar sari Jumlah Petani  50  0  0  84  344  47Buruh Tani  40  0  0  0  412  45Pengusaha  996  1.089  2.506  1.721  3.087  9.39Buruh Industri  14.980  5.258  10.433  16.519  21.316  68.55Buruh Bangunan  12.486  3.135  7.134  16.012  19.579  58.34Pedagang  5.700  4.259  8.029  5.047  10.491  33.52Angkutan/ Transportasi  2.744  1.928  4.909  2.748  6.315  18.64PNS/TNI/POLRI  5.056  1.614  2.848  8.025  9.392  26.93Pensiunan  3.705  907  4.376  3.680  6.934  19.60Lain-lain  42.263  32.150  32.602  49.061  37.935  194.01Sumber: BPS Kota Surakarta Sektor  informal  menurut  data  dari  tabel  1.1  diatas  adalah  petani  sendiri,  buruh  tani,  pengusaha,  buruh  bangunan,  pedagang,  dan  angkutan/transportasi  dengan  jumlah  119.651  orang,  lebih  besar  dari  dari  jumlah  penduduk  yang  menggeluti  sektor  formal  yaitu  buruh  industri  dan  PNS/TNI/POLRI  dengan  jumlah  96.458  orang.  Dapat  diartikan  bahwa  pada  tahun  2009  bahwa penduduk Kota Surakarta yang bekerja di  sektor informal  lebih besar daripada sektor formal. Berdasarkan data diatas dapat  disimpulkan    bahwa  masyarakat  Surakarta  banyak  yang  menggantungkan  hidupnya  di  sektor  informal.  Sektor  perdagangan  mempunyai  andil  besar  yaitu  dengan  jumlah 33.526 orang.  Hal ini  juga menggambarkan bahwa keberadaan sektor  perdagangan  mempunyai  pengaruh  yang  cukup  signifikan  terhadap  pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta.
Sektor perdagangan juga berperan besar  terhadap pertumbuhan usaha  kecil  dan  menengah  yang  banyak  dijalankan  masyarakat  bermodal  kecil seperti  yang  akan  digambarkan  dalam  tabel  dibawah.  Berikut  adalah  tabel  jumlah UKM dari sektor usaha Kota Surakarta.
Tabel 1.2 Jumlah UKM Berdasarkan Sektor Usaha di Kota  Surakarta Tahun 200No  Jenis Usaha  Jumlah ( unit )  Persentase ( % ) 1  Sektor Perdagangan  26.815  49,12  Sektor Aneka Usaha  22.390  41,03  Sektor Pertanian  1.248  2,24  Sektor Non Pertanian  4.129  7,5Jumlah  54.582  100,0Sumber : Dinkop UMKM Kota Surakarta Menurut  tabel  1.2  diatas  dapat  diketahui  bahwa  pada  tahun  2009  mayoritas  jumlah  UKM  berdasar  sektor  usaha  yang  ada  di  Kota  Surakarta  didominasi oleh sektor perdagangan dengan jumlah 26.815 unit atau 49,12%,  kemudian disusul sektor aneka usaha dengan jumlah 22.390 unit atau 41,02%.
  Kemudian sektor non-pertanian sebanyak 4.129 unit atau 7,57%, dan sisanya  sektor pertanian sebanyak 1.248 atau 2,29%.
Salah satu  aspek  perdagangan yang cukup menarik  di Kota Surakarta  adalah  pedagang  kacamata.  Terdapat  puluhan  pedagang  kacamata  yang  beragam,  mulai  dari  optik  sampai  pedagang  kaki  lima  yang  tentunya  menawarkan  harga  yang  variatif.  Pedagang  kacamata  merupakan  salah  satu  kelompok  dari  berbagai  macam  sektor  informal  di  Surakarta  yang  perlu  dibina,  dibimbing  dan  diarahkan  untuk  meningkatkan  taraf  hidupnya  dan  mampu  meningkatkan  pendapatannya.  Pedagang  kacamata  mempunyai kontribusi  dalam  menyediakan  lapangan  kerja  informal  selain  juga  keberadaan  mereka  sangat  diperlukan  oleh  masyarakat.  Usaha  ini   memang cukup menarik dilihat dari sudut pandang kemandirian dalam menciptakan  lapangan kerja serta menyediakan  barang dan jasa dengan harga bervariatif  dalam lingkup usaha yang  mencegah  timbulnya persaingan usaha yang tidak  sehat  dan  pengangguran.  Banyak  faktor-faktor  yang  diduga  mempengaruhi  pendapatan  pedagang,  termasuk  diantaranya  adalah  modal  berdagang,  jam  berdagang,  lama usaha berdagang,  pengambilan kredit, dan kepemilikan alat  komputer.  Untuk  itulah,  dengan  diketahuinya  pengaruh  dari  lima  variabel tersebut  terhadap  pendapatan  pedagang,  diharapkan  mereka  dapat  mengembangkan usahanya dengan mengambil kebijaksanaan yang tepat.
  Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka  dilakukan penelitian  dengan  topik  ”Analisis  Faktor-Faktor  Yang  Mempengaruhi  Tingkat Pendapatan Pedagang Kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013  ’’.
B.  PERUMUSAN MASALAH.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka  penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :.
1.  Apakah  variabel  modal  berpengaruh  signifikan  terhadap  pendapatan  pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013 ?.
2.  Apakah  variabel  jam  berdagang  berpengaruh  signifikan  terhadap  pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013?.
3.  Apakah variabel lama usaha berpengaruh  signifikan  terhadap pendapatan  pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013 ?.
4.  Apakah  variabel  pengambilan  kredit  berpengaruh  signifikan  terhadap  pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013?.
5.  Apakah  variabel  kepemilikan  alat  pengecekan  mata  dengan  komputer  berpengaruh  signifikan  terhadap  pendapatan  pedagang  kacamata  di  Kota  Surakarta Tahun 2013 ?.
6.  Apakah  variabel  modal,  jam  berdagang,lama  usaha,  pengambilan  kredit,  dan  kepemilikan  alat  komputer  berpengaruh  signifikan  terhadap  pendapatan  pedagang  kacamata  di  Kota  Surakarta  Tahun  2013  secara  bersama-sama ? .
  C.  TUJUAN PENELITIAN.
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan :.
1.  Untuk  mengetahui  pengaruh  modal  terhadap  pendapatan  pedagang  kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013.
2.  Untuk  mengetahui  pengaruh  jam  berdagang  terhadap  pendapatan  pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013.
3.  Untuk  mengetahui  pengaruh  lama  usaha  terhadap  pendapatan  pedagang  kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013.
4.  Untuk  mengetahui  pengaruh  pengambilan  kredit  terhadap  pendapatan  pedagang kacamata di Kota Surakarta Tahun 2013.
5.  Untuk  mengetahui  pengaruh  kepemilikan  alat  pengecekan  mata  dengan  komputer  terhadap  pendapatan  pedagang  kacamata  di  Kota  Surakarta Tahun 2013.
6.  Untuk  mengetahui  pengaruh  faktor  modal,  jam  berdagang,  lama  usaha,  pengambilan  kredit,  dan  kepemilikan  alat  komputer  berpengaruh  secara  bersama-sama terhadap pendapatan pedagang kacamata di Kota Surakarta  Tahun 2013.
D.  MANFAAT PENELITIAN.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :.
1.  Bagi Ilmu Pengetahuan.
Penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  kontribusi  dan  manfaat  secara  akademik.  Menambah  informasi,  pengetahuan,  dan  referensi  bagi  penelitian lebih lanjut di sektor informal khususnya bidang perdagangan.
2.  Bagi Masyarakat.
Hasil  penelitian  diharapkan  memberikan  manfaat  bagi  masyarakat,  terutama  pedagang  untuk  mengembangkan  potensi,  mengembangkan  manajemen usaha dalam rangka meningkatkan keuntungan yang diperoleh  serta mengembangkan usahanya.
3.  Bagi Pedagang.
Memberikan  manfaat  dan  motivasi  bagi  pedagang  kacamata  di  Kota  Surakarta  untuk  lebih meningkatkan usahanya dalam  rangka peningkatan pendapatan yang diperoleh serta pengembangan usaha.
4.  Bagi Penulis.
Untuk  melengkapi  tugas-tugas  dan  memenuhi  syarat  guna  mencapai  gelar sarjana ekonomi, serta meningkatkan kemampuan penulis di bidang  karya ilmiah.

 Skripsi Ekonomi: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kacamata Di Kota Surakarta Tahun 2013

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi