Senin, 27 Oktober 2014

Skripsi Ekonomi: Karakteristik Keuangan Daerah, Nonkeuangan Daerah, Dan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Di Indonesia

  BAB I.
PENDAHULUAN.
1.1.  Latar Belakang.
Skripsi Ekonomi: Karakteristik Keuangan Daerah, Nonkeuangan Daerah, Dan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Di Indonesia
Penelitian  ini  bertujuan  untuk  menguji  pengaruh  karakteristik  keuangan  dan karakteristik   nonkeuangan   (karakteristik   pemerintah   daerah,   eksekutif,   legislatif) terhadap  kinerja  penyelenggaraan    pemerintah  daearah  di  Indonesia.    Dengan dikeluarkanny a UU No 22 Tahun 1999  y ang direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 200 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.25 Tahun 1999  yang direvisi menjadi UU No.

33   Tahun   2004   tentang   Perimbangan   Keuangan   antara   Pemerintah   Pusat   dan Pemerintah   Daerah   membawa   perubahan   besar   dalam   sistem   pemerintahan   di Indonesia   yaitu   dari  sentralisasi  menjadi  desentralisasi.  Desentralisasi  melibatkan perpindahan  tingkat  dalam  pengambilan  keputusan  dan  sumber  daya  dari  pemerintah pusat  ke  pemerintah  daerah  (Babajanian,  2008).  Salah  satu  hal  y ang  mendorong perubahan   sistem   pemerintahan   tersebut   adalah   krisis   ekonomi   y ang   terjadi   di Indonesia  tahun  1997  hingga  1998  serta  krisis  ekonomi  Asia  yang  berkepanjangan pada  tahun  1990an  (Firman,  2009).  Oleh  karena  itu  dengan  adany a  desentralisasi diharapkan   dapat   meningkatkankan   kesejahteraan,   akuntabilitas   dan   transparasi (Eduardo, 2003; Pilcher, 2005; Firman, 2009).
Pelaksanaan otonomi daerah di  I ndonesia telah berjalan lebih dari satu dekade, namun   akuntabilitas   pemerintah   daerah   masih   jauh   dari   target   yang   diharapkan.
Menteri  Pendayagunaan  Aparatur  Negara  dan  Reformasi  Birokrasi,  Azwar  Abubakar dalam  Peny ampaian  Laporan  Evaluasi  Akuntabilitas  Kinerja  Pemerintah  (LAKI P)   tahun  2011  mengungkapkan  bahwa  akuntabilitas  pemerintah  daerah  masih  rendah.
Dari  pemerintah  daerah  yang  menyerahkan  LAKI P,  terdapat  92  pemerintah  daerah mendapat  nilai  agak  kurang  dan  perlu  bany ak  perbaikan mendasar  (nilai  C)  dan  tidak ada daerah  yang mendapat nilai sangat baik (A) apalagi memuaskan (AA). Pada acara tersebut  beliau  menghimbau  kepada  pimpinan  daerah  untuk  meningkatkan akuntabilitas  kinerjany a  (www.kompas.com).  Selain  itu,  pelaporan  keuangan  juga merupakan  salah  satu  masalah  y ang  signifikan  di  I ndonesia  (Sutary o  dan  Winarna, 2013).   Dari  hasil  audit BPK  tahun  2009  atas  LKPD  menunjukkan  bahwa pada  tahun 2009   hanya   4%   LKPD   seluruh   I ndonesia   yang   memperoleh   opini   wajar   tanpa pengecualian  dan  terdapat  sekitar  20%  pemerintah  daerah  yang  gagal  memenuhi tenggat  waktu  peny usunan  laporan  keuangan.  Berdasarkan  fakta  tersebut menunjukkan bahwa kinerja peny elenggaraan pemerintah daerah masih buruk.
Bhinadi   (2010)   meny ebutkan   bahwa   pelaksanaan   otonomi   daerah   belum sepenuhnya  berjalan  dengan  baik,  karena  perkembangan  ekonomi  antar  daerah  di Indonesia   masih   memperlihatkan   adanya   ketidakseimbangan   antara  pulau   Jawa dengan  pulau-pulau  lainnya  sehingga  hal  tersebut  menunjukan  bahwa  ada permasalahan   kesenjangan   antar   daerah.   Perkembangan   ekonomi   di  Pulau   Jawa dinilai jauh lebih cepat dibandingkan dengan lainnya di luar Pulau Jawa.
Adanya  desentralisasi  dan  otonomi  daerah  dapat  menjadikan  peluang  bagi pemerintah  daerah  untuk  meningkatkan  kinerja  keuanganny a  dalam  rangka mewujudakan  kemandirian  entitas  (Harianto   dan   Priy o,   2007). Suatu daerah dikatakan   mandiri   apabila   dalam   peny elenggaraan   pemerintahannya   tidak   terlalu   tergantung  dari  perolehan dana  dari pemerintah pusat, namun  dapat  didanai dari Pendapatan  Asli  Daerah  (PAD).  Direktorat  Perimbangan  Keuangan  Daerah  merilis data   bahwa   proporsi   PAD   dalam   pendapatan   daerah   masih   sangat   rendah   yaitu sebesar   7,5%,   sedangkan   81,1%   sumber   pendapatan   daerah   berasal   dari   dana perimbangan  dan  sisanya  berasal  dari  pendapatan  daerah  lain-lain  yang  sah.  Dengan melihat   fakta   tersebut   dapat   dikatakan   bahwa   pemerintah   daerah   masih   belum mandiri  dalam  mendanai  pemerintahan  daerahny a  dan  masih  sangat  bergantung  pada pemerintah  pusat.  Hal  tersebut  tidak  hanya  terjadi  di  pemerintah  daerah  Indonesia saja,  namun  tingginy a  ketergantungan  pemerintah  daerah   terhadap  dana  pemerintah pusat  juga  terjadi  di  beberapa  negara  lain,  yaitu  di  Anglophone  Afrika,  Tanzania, Ghana dan Uganda (Fjeldstad dan Kari, 2012).
Peningkatan  transparansi  pengelolaan  keuangan  pemerintah  daerah,  sistem kelembagaan  dan  sumber  daya  manusia  merupakan  usaha  dalam  mewujudkan  tata kelola  yang  baik  (Suhardjanto  dan  Yulianingtyas,  2011).  Di  sektor  pemerintahan Indonesia  disebutkan  bahwa  DPRD  (legislatif)  dan  gubernur,  bupati  atau  Walikota (eksekutif) merupakan unsur dalam penyelenggaraan pemerintahan (PP No. 71 Tahun 2010).   Sutaryo   dan   Winarna   (2013)   berpendapat   bahwa   kinerja   penyelenggaran pemerintah  merupakan  preferensi  kebijakan  y ang  diambil  eksekutif  dan  komposisi DPRD  dapat  mempengaruhi  preferensi  kebijakan  yang  diambil  oleh  eksekutif.  Oleh karena   itu   dapat   dikatakan   bahwa   DPRD   dan   gubernur,   bupati   atau   walikota mempuny ai   peran   penting   dalam   peny elenggaran   pemerintahan   daerah.   Kinerja organisasi  di  sektor  publik  lebih  kompleks  dan  multidimensi  dibandingkan  sektor   swasta,  karena  kinerja  organisasi  sektor  publik  dipengaruhi  oleh  konstitusi  dan  faktor politik (strong political) (Boy ne, 2003 dan Babajanian, 2008).
Beberapa  penelitian  terkait  kinerja  organisasi  telah  dilakukan  baik  di  sektor publik   maupun   di   sektor   swasta.   Di   sektor   publik,   penelitian   tentang   kinerja dilakukan   oleh   Sutary o   dan   Winarna   (2013),   Sumarjo   (2010),   Patrick   (2010), Johansson  (2008),  Boy ne  (2010),  Sebaa  et  al.  (2009)  serta  Hiskey  dan  Seligson (2003).  Berdasarkan  penelitian  tersebut  dijelaskan  bahwa  kinerja  pemerintah  daerah dipengaruhi oleh peran eksektutif (Boy ne, 2010;  Sebaa et al., 2009; Babajanian, 2008) serta peran DPRD (Sutaryo  dan Winarna 2013; Sumarjo 2010; Bourdeaux  dan Grace, 2008).  Sumarjo  (2010)  menyebutkan  bahwa  kinerja  pemerintah  daerah  diperngaruhi oleh  ukuran  (size)  pemerintah,  leverage  dan   intergovernmental  revenue.  Sutaryo  dan Winarna   (2013)   menguji   tentang   pengaruh   karakteristik   DPRD   terhadap   kinerja penyelenggaraan  pemerintah  daerah  di  Indonesia,  yang  meny ebutkan  bahwa  ukuran, komposisi,   masa   kerja   dan   latar   belakang   DPRD   berpengaruh   terhadap   kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.
Di  sektor  swasta  penelitian  tentang  kinerja  dilakukan  oleh  Wagner  et   al.
(1998),  Cohen  dan  Kaimenakis  (2007),  Watson  et  al.  (2011),  Adams  et  al.  (2005) serta  Agrawal  dan  Knoeber  (1996).  Watson  et  al.  (2011)  menguji  tentang  pengaruh karakteristik  manajer,  kebijakan  organisasi  terhadap  kinerja  perusahaan  kecil  di  AS dan  Meksiko,  sedangkan  Agrawal  dan  Knoeber  (1996)  dan  Wagner  et  al.  (1998), menjelaskan bahwa governance merupakan kunci keberhasilan kinerja organisasi.
  Walaupun  proses  reformasi  birokrasi  dan  pengelolaan  keuangan  daerah  telah lama  berjalan  namun  akuntabilitas  kinerja  pemerintah  daerah  masih  jauh  dari  y ang diharapkan.   Oleh   karena   itu   mengidentifikasikan   adanya   permasalahan,   hal   ini memotivasi   peneliti   untuk   melakukan   penelitian   terkait   kinerja   peny elenggaraan pemerintah daerah.
Berdasarkan  uraian  diatas  peneliti  akan  melakukan  penelitian  y ang  berjudul “Karakteristik  Keuangan  Daerah,  Nonkeuangan  Daerah  dan  Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah di Indonesia”.
1.2.  Perumusan Masalah.
Pemerintah  daerah  berperan  penting  dalam  mewujudkan  desentralisasi  dan otonomi  daerah  yang  diharapkan,  namun  setelah  beberapa  tahun  diberlakukannnya undang-undang  tentang  pemerintah  daerah,  dinilai  bahwa  kinerja  pemerintah  dalam meny elenggaran  pemerintahan  y ang  baik  masih  belum  dapat  tercapai  dimana  hal tersebut dapat dilihat dari akuntabilitas pemerintah daerah  yang masih jauh dari target dan  terdapatny a  masalah  dalam  pelaporan  keuangan  pemerintah  daera.  Atas  dasar latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan masalah seperti berikut ini.
1.  Apakah    karakteristik    nonkeuangan    daerah    (tipe    pemerintah    daerah,    letak geografis  pemerintah  daerah,  tingkat  pendidikan  kepala  daerah,  latar  belakang kepala  daerah,  ukuran  DPRD  dan  struktur  kepemimpinan  DPRD)  berpengaruh terhadap peny elenggaraan pemerintah daerah?.
  2.  Apakah   karakteristik   keuangan   (likuiditas   dan   surplustabilitas)   berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah?.
1.3.  Tujuan Penelian.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut ini.
1.  Untuk  memperoleh  bukti  empiris  tentang  pengaruh  karakteristik  nonkeuangan daerah   (tipe   pemerintah   daerah,   letak   geografis   pemerintah   daerah,   tingkat pendidikan   kepala   daerah,   latar   belakang   kepala   daerah,   ukuran   DPRD   dan struktur   kepemimpinan   DPRD)   terhadap   kinerja   penyelenggaraan   pemerintah daerah.
2.  Untuk   memperoleh   bukti   empiris   tentang   pengaruh   karakteristik   keuangan (likuiditas   dan   surplustabilitas)   terhadap   kinerja   penyelenggaraan   pemerintah Daerah.
1.4.  Manfaat Penelitian.
Adapun kegunaaan penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
1.  Pemerintah Daerah.
Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  masukan  kepada  pemerintah daerah   mengenai   pengaruh   karakteristik   keuangan   daerah   dan   nonkeuangan daerah   terhadap   kinerja   penyelenggaraan   pemerintah   daerah   dalam   rangka peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan.
2.  Bagi Penelitian Berikutnya.
Hasil   penelitian   ini   diharapkan   dapat   menjadi   masukan   dan   inspirasi   untuk mengembangkan  penelitian   y ang  lebih  luas  mengenai  karakteristik  keuangan daerah, nonkeuangan daerah dan kinerja peny elenggaraan pemerintah daerah.

 Skripsi Ekonomi: Karakteristik Keuangan Daerah, Nonkeuangan Daerah, Dan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Di Indonesia

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi