Rabu, 29 Oktober 2014

Skripsi Ekonomi: Pengaruh Dana Perimbangan, Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, Pendapatan Asli Daerah, Dan Jumlah Penduduk Terhadap Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten Tahun Anggaran 1990– 2011

   BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang.
Skripsi Ekonomi: Pengaruh Dana Perimbangan, Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, Pendapatan Asli Daerah, Dan Jumlah Penduduk Terhadap Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten Tahun Anggaran 1990– 2011
Sistem pemerintahan Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan selalu  mengalami perkembangan. Saat sekarang ini sistem pemerintahan didasarkan  pada  Undang  Undang  no.  22  tahun  1999  tentang  Otonomi  Daerah.  Sistem  pemerintahan  NKRI  dengan  berdasar  pada  UUD  1945  yang  menganut  azas  desentralisasi memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk  menyelenggarakan  otonomi  daerah.  Kewenangan  otonomi  yang  luas  adalah  keleluasaan  daerah  untuk  menyelenggarakan  pemerintahan  yang  mencakup  kewenangan  dalam  segala  bidang.  Dalam  otonomi  yang  bertanggung  jawab  dan  sebagai perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian  hak  dan  kewenangan  daerah  dalam  wujud  tugas  dan  kewajiban  yang  harus  dipikul oleh daerah.

Dalam  rangka  desentralisasi  setiap  daerah  dituntut  untuk  dapat  membiayai  diri  sendiri  melalui  sumber  sumber  keuangan  yang  dikuasainya.
Peran  Pemerintah  Daerah  dalam  menggali  dan  mengembangkan  berbagai  potensi  daerah  sebagai  sumber  penerimaan  daerah  akan  sangat  menentukan  keberhasilan  tugas  pemerintah,  pembangunan,  dan  pelayanan  masyarakat  di  daerah (Abdul Halim, 2001:8).
Pendapat  Riggs  (dalam  Sarunjang  2000:47)  menyatakan  bahwa  desentralisasi  mempunyai  dua  makna  yaitu  Pelimpahan  wewenang  (delegation)  yang  mencakup  penyerahan  tanggung  jawab  kepada  bawahan  1     untuk mengambil keputusan berdasar kasus yang dihadapi, tetapi pengawasan  tetap berada ditangan pusat. Pengalihan kekuasaan (devolution) yakni seluruh  tanggung  jawab  untuk  kegiatan  tertentu  diserahkan  penuh  kepada  penerima  wewenang.
Pendapat  yang  dikemukakan  oleh  Benyamin  Hoesein  (1993)  bahwa  otonomi daerah adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat di  bagian wilayah  nasional  suatu  negara  secara  informal  berada  di  luar  pemerintah  pusat.
Sedangkan  Philip  Mahwood  (1983)  mengemukakan  bahwa  otonomi  daerah  adalah  suatu  pemerintah  daerah  yang  mempunyai  kewenangan  sendiri  yang  keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan oleh pemerintah guna  mengalokasikan  sumber  sumber  material  yang  substansial  tentang  fungsifungsi yang berbeda.
Otonomi  Daerah  yang  memberikan  wewenang  dan  tanggung  jawab  kepada  Pemerintahan  Daerah  untuk  mengatur,  mengurus  dan  mengelola  rumah  tangganya  sendiri,  agar  dapat  berhasil  dalam  pelaksanaannya  perlu  memperhatikan 5 (lima) kondisi strategis, yaitu (Rasyid dan Paragoan dalam  Eko W. Suwardyono, et al., dalam Mulyanto, 2003: 2):  Self Regular Power,  dalam  arti  kemampuan  mengatur  dan  melaksanakan  Otonomi  Daerah  demi  kepentingan  masyarakat  di  daerahnya.  Self  Modifying  Power,  berupa  kemampuan menyesuaikan terhadap pengaturan yang telah ditetapkan secara  nasional  sesuai  dengan  kondisi  daerah.  Creating  Local  Political  Support,  dalam arti penyelenggaraan pemerintahan daerah yang mempunyai legitimasi  kuat  dari  masyarakatnya,  baik  pada  posisi  Kepala  Daerah  sebagai  eksekutif     maupun DRPD sebagai  pemegang kekuasaan legislatif.  Managing Financial  Resources, dalam arti mampu mengembangkan kompetensi dalam mengelola  secara optimal sumber penghasilan dan  keuangan guna pembiayaan aktivitas  pemerintahan,  pembangunan  dan  pelayanan  masyarakat.  Developing  Brain  Power, dalam arti membangun Sumber Daya Manusia yang handal dan selalu  bertumpu pada kapabilitas menyelesaikan masalah.
Penerapan kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia mengacu pada  UU no 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU no 25 tahun 1999  tentang Perimbangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Bagi Kabupaten Klaten,  otonomi  daerah  merupakan  tantangan  yang  sulit.  Sebagai  konsekuensi  atas  undang  undang  diatas  adalah  bahwa  daerah  harus  mampu  mengembangkan  otonomi  daerah  secara  luas,  nyata,  dan  bertanggung  jawab  dalam  memberdayakan masyarakat,  lembaga ekonomi,  politik,  hukum,  serta seluruh  potensi  masyarakat  dalam  wadah  NKRI.  Disisi  lain  kemampuan  keuangan  pemda masih sangat tergantung pada penerimaaan pada pemerintah pusat.
Daerah  yang  didasari  atas  kesadaran  bahwa  peluang  bagi  daerah  untuk  membuktikan  kemandiriannya.  Otonomi  daerah  harus  diarahkan  pada  keberhasilannya  dengan  dukungan  pendanaan  yang  memadai  melalui  perimbangan  keuangan  antara  pusat  dan  daerah.  Oleh  karena  itu,  kebijakan  pemda tidak  dapat dipungkiri lagi harus menitik  beratkan pelayanan kualitas  pelayanan  masyarakat.  Maka  melalui  pengelolaan  keuangan  daerah,  selain  berkelanjutan  untuk  meningkatkan  peran  serta  dalam  pembangunan,  juga  ditujukan bagi peningktan mutu layanan masyarakat.
   Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan bagian yang tidak terpisah  atau  terintegrasi  dengan  pengelolaan  Keuangan  Negara,  sehingga  prinsipprinsip  yang  terkandung  di  dalamnya  tidak  bisa  dilepaskan  dengan  keberadaan  undang-undang  di  bidang  keuangan  negara,  yaitu:  Undang  – Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang –  Undang  Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang – Undang  Nomor  15  Tahun  2004  tentang  Pemeriksaan  Pengelolaan  dan  Tanggung  Jawab  Keuangan  Negara.   Ketiga  Undang  –  Undang  ini  menjadi  dasar  dari  munculnya  Undang  –  Undang  Nomor  33  Tahun  2004  tentang  Perimbangan  Keuangan  antara  Pemerintah  Pusat  dan  Pemerintahan  Daerah,  Peraturan  Pemerintah  Nomor  58  Tahun  2005  tentang  Pengelolaan  Keuangan  Daerah,  serta  Peraturan  Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  13  Tahun  2006  tentang  Pedoman  Pengelolaan  Keuangan  Daerah,  yang  kemudian  dirubah  dengan  Peraturan Menteri  Dalam Negeri Nomor 59 Tahun  2007 tentang Perubahan  atas  Peraturan  Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  13  Tahun  2006  tentang  Pedoman  Pengelolaan  Keuangan  Daerah.  Khusus  terkait  dengan  Pajak  Daerah dan Retribusi Daerah, juga harus memperhatikan Undang  –  Undang  Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Berpedoman  ketentuan  perundang  –  undangan  tersebut  di  atas,  Kabupaten  Klaten  telah  menetapkan  Peraturan  Daerah  Kabupaten  Klaten  Nomor  10  Tahun  2009  tentang  Pokok  –  Pokok  Pengelolalaan  Keuangan  Daerah.  Mengingat  bahwa  pengelolaan  keuangan  daerah  diwujudkan  dalam  suatu  Anggaran  Pendapatan  dan  Belanja  Daerah  (APBD),  maka  analisis     pengelolaan  keuangan  daerah  di  Kabupaten  Klaten  juga  dilakukan  terhadap  pos-pos  APBD  dan  laporan  keuangan  daerah  secara  umum.  Dalam  hubungannya  dengan  RPJM  Daerah,  maka  kebijakan  APBD  merupakan  komitmen  politik  penyelenggara  pemerintahan  daerah  untuk  mendanai  program dan kegiatan selama kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, dengan  pendekatan prinsip  pelaksanaan   yaitu arah belanja APBD Kabupaten Klaten  akan  digunakan  sepenuhnya  untuk  mendukung  kebijakan  dan  prioritas  strategis  jangka  menengah.  Kemudian  untuk  menjamin  ketersediaan  dana,  kebijakan  pendapatan  diarahkan  untuk  mendapatkan  dan  meningkatkan  berbagai  sumber  pendapatan  yang  dapat  berlangsung  secara  berkesinambungan/berkelanjutan.  Selanjutnya  mengingat  komponen  APBD  berbeda,  maka  kebijakan  Keuangan  Daerah  akan  dirinci  berdasar  pada  masing-masing  komponen   yang  meliputi  kebijakan  pendapatan,  kebijakan  belanja, dan kebijakan pembiayaan.
Kemampuan  mengelola  keuangan  suatu  daerah  akan  sangat  mempengaruhi  keberhasilan  penyelenggaraan  Pemerintah  Daerah   termasuk  di  dalamnya  adalah  kemampuan  daerah  dalam  menggali  sumber-sumber  keuangan  yang  baik  dan  menggunakannya  secara  tepat  dan  benar.  Daerah  harus mempunyai sumber-sumber keuangan yang memadai untuk membiayai  penyelenggaraan  otonominya.  Kemampuan  Pemerintah  Daerah  dalam  membiayai  pembangunan  Daerahnya  akan  sangat  ditentukan  oleh  kapasitasnya  dalam  mengatur  berbagai  program-program  pembangunan  dalam melaksanakan berbagai fungsinya secara baik dan benar, seperti fungsi     pembangunan  (development),  fungsi  perlindungan  kepada  masyarakat  (society protection) dan fungsi pelayanan kepada masyarakat.
Besar  kecilnya  ketergantungan  terhadap  Pemerintah  Pusat  salah  satunya  dapat  dilihat  dari  Pendapatan  Asli  Daerah  (PAD).  Semakin  besar  Pendapatan  Asli  Daerah  (PAD)  maka  semakin  kecil  tingkat  ketergantungan terhadap  Pemerintah  Pusat  dan  Daerah  tersebut  semakin  mandiri.  Sumbersumber keuangan yang berasal dari PAD didapat dari Pajak Daerah dan Lainlain  PAD  yang  sah.  PAD  diharapkan  mampu  menjadi  bagian  terbesar  bagi  pergerakan  dana  penyelenggaraan  Pemerintahan  Daerah  dengan  demikian  sudah  sewajarnya  PAD  dijadikan  salah  satu  tolak  ukur  dalam  pelaksanaan  Otonomi Daerah (Mulyanto, 2003: 12) Tabel 1.1 Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Kabupaten Klaten Tahun  2000-20 Tahun Dana  perimbangan (dalam juta Rp) Lain lain  pendapatan yang  sah (dalam juta  Rp) PAD (dalam  juta Rp) Jumlah  penduduk  (dalam ribu  Jiwa) Pengeluaran  Pembangunan  (dalam juta Rp) 2000  114,93  2,40  10,59  1,257,68  121, 2001  298,09  14,30  13,81  1,265,59  320, 2002  344,39  14,57  17,51  1,271,53  364, 2003  437,35  16,83  22,28  1,277,29  483, 2004  417,52  57,33  27,17  1,281,78  495, 2005  444,14  55,06  28,62  1,286,05  579, 2006  691,46  34,06  37,87  1,293,24  729, 2007  771,82  61,27  42,54  1,296,98  866, 2008  851,60  88,46  48,34  1,300,49  1,000, 2009  841,07  95,01  46,60  1,303,91  981, 2010  128,36  116,92  58,76  1,307,56  1,044, 2011  120,80  401,02  60,29  1,310,65  1,313, Sumber : BPS Kabupaten Klaten     Pengeluaran  Pembangunan  Pemerintah  Kabupaten  Klaten  dari  tahun  2000-2011 selalu mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi terjadi dari  tahun 2010-2011. Begitu juga dari sisi Pendapatan Asli Daerah setiap tahun  dari tahun  2000-2011 PAD Kabupaten Klaten selalu mengalami  peningkatan.
Apabila  dilihat  dari  Jumlah  PAD,  untuk  menutup  biaya  pengeluaran  pemerintah, maka Kabupaten Klaten masih sangat bergantung kepada sumber  dana  yang  berasal  dari  pusat.  Sehingga  masih  diperlukan  kerja  keras  dari  Pemerintah  Daerah  Kabupaten  Klaten  untuk  menambah  sumber  sumber  Pendapatan  Asli  daerah  dari  berbagai  sumber  dan  berusaha  untuk  mengoptimalkannya  agar  tahun  tahun  berikutnya  Pendapatan  Asli  Daerah  Kabupaten Klaten dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi.
Dengan  pengoptimalan  sumber-sumber  dari  sektor  Pendapatan  Asli  Daerah yang terdiri dari pos pajak daerah, retribusi daerah, dan pos pos yang  lain  maka  kemandirian  daerah  akan  cepat  terwujud  karena  semakin  tinggi  pendapatan  daerah  dari  sektor  Pendapatan  Asli  Daerah  maka  dapat  disimpulkan  kemandirian  daerah  dapat  diwujudkan.  Untuk  itu  Pemerintah  Kabupaten  Klaten  diharapkan  untuk  menjadikan  Klaten  menjadi  Kabupaten  yang tidak bergantung kepada  dana dari pusat dari sektor Dana Perimbangan  agar menjadi Kabupaten yang tergolong mandiri.
   Tabel 1.2 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Klaten Tahun 1990 - 20 Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan (%) 1990  1,179,0 1991  1,184,619  0, 1992  1,189,964  0, 1993  1,196,501  0, 1994  1,202,742  0, 1995  1,216,009  1, 1996  1,223,439  0, 1997  1,228,640  0, 1998  1,234,113  0, 1999  1,242,711  0, 2000  1,257,682  1, 2001  1,265,595  0, 2002  1,271,530  0, 2003  1,277,297  0, 2004  1,281,786  0, 2005  1,286,058  0, 2006  1,293,242  0, 2007  1,296,987  0, 2008  1,300,494  0, 2009  1,303,910  0, 2010  1,307,562  0, 2011  1,310,650  0, Sumber : BPS Klaten Pertumbuhan penduduk  Kabupaten Klaten dari tahun 1990  sampai  2011  selalu  mengalami  peningkatan  dari  tahun  ke  tahun.  Dari  data  di  atas  dapat dilihat bahwa peningkatan jumlah penduduk paling tinggi terjadi pada  tahun 1999-2000 yang mencapai 1,20  %. Sedangkan pertumbuhan penduduk  paling rendah terjadi pada tahun 2009. Rata rata laju pertumbuhan penduduk  setiap tahunnya masih  berkisar di  bawah 1%. Itu menunjukkan sejauh ini laju  pertumbuhan  penduduk  di  Indonesia  masih  bisa  dikendalikan  terutama  jika  melihat tahun- tahun terakhir laju pertumbuhan penduduk di bawah 0,5%.
   Berdasarkan  latar  belakang  masalah  diatas,  maka  dapat  diduga  ada  beberapa  faktor  yang  mempengaruhi  nilai  pengeluaran  pembangunan  pemerintah  Kabupaten  Klaten.  Beberapa  variabel  diduga  mempunyai  pengaruh  signifikan  terhadap  nilai  pengeluaran  pembangunan  pemerintah  sehubungan  dengan  hal  tersebut  maka  penulis  dalam  penulisan  skripsi  ini  memilih  judul  “  PENGARUH  DANA  PERIMBANGAN,  LAIN-LAIN  PENDAPATAN DAERAH YANG SAH,  PENDAPATAN ASLI DAERAH,  DAN  JUMLAH  PENDUDUK  TERHADAP  PENGELUARAN  PEMBANGUNAN  PEMERINTAH  DAERAH  KABUPATEN  KLATEN TAHUN ANGGARAN 1990-2011”.
B.  Perumusan Masalah.
1.  Bagaimana  pengaruh  Dana  Perimbangan  terhadap  pengeluaran  pembangunan pemerintah daerah di Kabupaten Klaten tahun 1990-2011?.
2.  Bagaimana  pengaruh  Lain-Lain  Pendapatan  Daerah  yang  sah  terhadap  pengeluaran  pembangunan  pemerintah  daerah di  Kabupaten Klaten tqhun  1990-2011?.
3.  Bagaimana  pengaruh  Pendapatan  Asli  Daerah  terhadap  pengeluaran pembangunan pemerintah daerah Kabupaten Klaten tahun 1990-2011?.
4.  Bagaimana  pengaruh  jumlah  penduduk  terhadap  pengeluaran  pembangunan pemerintah daerah Kabupaten Klaten tahun 1990-2011?.
   C.  Tujuan Penelitian Dan Kegunaan Penelitian.
1.  Tujuan penelitian.
Adapun tujuan penelitian :.
a.  Untuk  mengetahui  pengaruh  Dana  Perimbangan  dalam  menentukan  besaran  nilai  pengeluaran  pembangunan  pemerintah  di  Kabupaten  Klaten tahun anggaran 1990 – 2011.
b.  Untuk  mengetahui  pengaruh  Lain  Lain  Pendapatan  Daerah  yang  sah dalam  menentukan  besaran  nilai  pengeluaran  pembangunan  pemerintah di Kabupaten Klaten tahun anggaran 1990 – 2011.
c.  Untuk  mengetahui  pengaruh  PAD  dalam  menentukan  besaran  nilai  pengeluaran  pembangunan  pemerintah  di  Kabupaten  Klaten  tahun  anggaran 1990– 2011.
d.  Untuk  mengetahui  pengaruh  Jumlah  Penduduk  dalam  menentukan  besaran  nilai  pengeluaran  pembangunan  pemerintah  di  Kabupaten  Klaten tahun anggaran 1990 – 2011.
2.  Kegunaan penelitian.
a.  Penelitian  ini  diharapakan  dapat  memberikan  masukan  yakni  memberikan  informasi  dan  gambaran  kepada  pembaca  mengenai  seberapa  besar  pengaruh  dari  variabel  fiskal  dan  non  fiskal  yaitu  variabel  Dana  Perimbangan,  Lain  Lain  Pendapatan  Daerah  yang  sah,  PAD,  dan  jumlah  penduduk  dalam  menentukan  besaran  nilai  Pengeluaran  Pembangunan  Pemerintah  di  daerah  Kabupaten  Klaten  dan dapat dijadikan evaluasi untuk penelitian selanjutnya.
 b.  Selain  itu,  penelitian  ini  juga  diharapkan  dapat  berguna  sebagai  langkah  pertimbangan  bagi  pemda  untuk  mengambil  keputusan  tentang langkah yang diambil dalam menentukan kebijakan fiskalnya.
Bagi  penulis  penelitian  ini  merupakan  kesempatan  untuk  mengaplikasikan  ilmu  yang  sudah  diperoleh  di  masa  kuliah  serta sebagai prasyarat untuk mendapat gelar sarjana di fakultas ekonomi.

 Skripsi Ekonomi: Pengaruh Dana Perimbangan, Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, Pendapatan Asli Daerah, Dan Jumlah Penduduk Terhadap Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten Tahun Anggaran 1990– 2011

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi