Senin, 27 Oktober 2014

Skripsi Ekonomi: Pengaruh Free Cash Flow Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Utang

 BAB I.
PENDAHULUAN.
A.Latar Belakang Masalah.
 Skripsi Ekonomi: Pengaruh Free Cash Flow Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Utang
Salah  satu  tujuan  perusahaan  adalah  meningkatkan  nilai  perusahaan  dengan  cara  memaksimalkan  kemakmuran  pemegang  saham.  Namun  pihak  manajemen  atau  manager  perusahaan  sering  mempunyai  tujuan  lain  yang  bertentangan  dengan  tujuan  utama  tersebut,  sehingga  timbul  konflik  antara  manajer  dan  pemegang  saham  atau  yang  dikenal  sebagai  konflik  keagenan  (agency conflict).

Menurut  teori  keagenan,  konflik  ini  terjadi  karena  adanya  perbedaan  kepentingan antara principal (pemegang saham) dan agent (manager). Di satu  sisi agentdipekerjakan  oleh principaluntuk  memaksimumkan  kesejahteraan  pemegang  saham,  namun  di  sisi  lain  manajer  juga  berusaha  untuk  memaksimumkan kesejahteraan manajer sendiri.
Menurut  Jensen  (1986)  permasalahan  keagenanan  ditelusuri  dari  beberapa  kondisi,  seperti  penggunaan  aliran  kas  bebas (free  cash  flow) pada  aktivitas  yang  tidak  menguntungkan,  peningkatan  kekuasaan  manajer  dalam  melakukan  investasi  yang  berlebihan  dan  konsumsi  berlebihan  yang  mengutamakan keuntungan pribadi  manajer.  Biaya  yang  ditimbulkan  sebagai  hasil dari aktivitas untuk mengurangi konflik keagenan disebut sebagai biaya  keagenan (agency cost).
Ada  beberapa  cara  untuk  mengurangi agency  cost.  Dua  diantaranya  adalah  dengan  meningkatkan  kepemilikan  manajerial  dan  pendanaan  dengan   utang.  Menurut  Crutchley  dan  Hansen  (1989)  dengan  meningkatnya  kepemilikan  manajerial  berarti  semakin  mendekatkan  kepentingan  manajer  dengan  kepentingan  pemegang  saham.  Dengan  demikian  dapat  mengurangi  monitoring  costyang  dikeluarkan  pemegang  saham  untuk  memonitor  pula  pengawasan oleh kreditur terhadap manajer sehingga  membuat manajer lebih  berhati-hati  dalam  penggunaan  utang  dan  mengurangi  tindakan perquisites.
Hal  ini  berarti perusahaan dengan free cash flowyang tinggi akan cenderung  memiliki  utang  yang  tinggi  pula  sebagai  alat  pemonitor  konflik  keagenan.
Namun  penggunaan  utang  juga  akan  meningkatkan  risiko  kebangkrutan.
Sehingga  perusahaan  yang  memiliki  tingkat  kepemilikan  manajerial  yang  tinggi  cenderung  akan  melakukan  trade-off dengan  kebijakan  utang  guna  menyelamatkan investasi mereka dari risiko bisnis kebangkrutan.
Dana yang diperoleh dari kreditur disebut utang sedangkan dana  yang  diperoleh  dari  pemilik  disebut  modal.  Kebijakan  utang  perusahaan  ini  sering  kali  menjadi  penyebab  konflik  antara  manajemen  dan  pemegang  saham.
Konflik  tersebut  meliputi  dari  mana  sumber  utang  tersebut  didapatkan  dan  bagaimana  utang  yang  diperoleh  tersebut akan diinvestasikan.  Hal  ini  terjadi  dikarenakan  adanya  pemisahan  antara  fungsi  kepemilikan  dan  fungsi  pengelolaan  perusahaan  sehingga  menyebakan  timbulnya  perbedaan  kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham.
Akibat  dari  perbedaan  kepentingan  inilah  maka  terjadi  konflik  yang  sering  disebut agency  conflict yang  menimbulkan agency  cost sebagai  biaya  atas mekanisme pengawasan untuk mengurangi agency conflict. Menurut teori keagenan yang dikemukakan Jensen dan Meckling (1976), beberapa alternatif  untuk mengurangi agency cost yaitu: (1) dengan menurunkan agency cost dari free  cash  flow  karena  akan  mengurangi  sumber-sumber  pemborosan,  khususnya  aliran  kas  di  bawah  kontrol  manajemen,  (2)  meningkatkan  pendanaan  dengan  utang,  (3)  dengan  meningkatkan  kepemilikan saham  oleh  manajemen, dan (4) investor institusional sebagai monitoring agents. Konflik  antara manajer dengan pemegang saham telah menjadi subjek penelitian yang  menarik bagi para peneliti.
Dalam  penelitian  Anafoni  (2011)  mengemukakan  bahwa  ketika  para  pemegang saham kesulitan untuk memonitor pengelola perusahaan, maka aset  perusahaan  bisa  saja  digunakan  untuk  kepentingan  pengelola daripada  untuk  memaksimalkan  kepentingan  pemegang  saham.  Salah  satu  cara  untuk  mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberikan sebagian kepemilikan  perusahaan  kepada  pengelola.  Hal  ini  akan  menjadikan  para  manajer  lebih  berhati-hati dalam pengambilan setiap keputusan, karena dari setiap keputusan  yang  dibuat  para  manajer  juga  akan  turut  menanggung  risiko  dari  keputusan  tersebut.  Dengan  demikian,  manajemen  akan  berusaha  untuk  menciptakan  kinerja  yang  lebih  baik.  Cara  ini  juga  dapat  membantu  untuk  menyelaraskan  antara kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham.
Menurut  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Bachtiar  (2007),dalam  perusahaan  yang  berbentuk  perseroan  terbatas  terdapat  sifat limited  liability (tanggung  jawab  pemilik  sebesar  modal  yang  disetor).  Hal ini  dapat  memicu  perusahaan  untuk  menggunakan  rasio  utang  yang  terlalu  tinggi  karena  ingin  menggeser risiko finansial ke arah kreditur. Sifat limited liabilitytersebut akan  mengakibatkan  pemilik  akan  menikmati  seluruh  manfaat  dari  investasi  yang   berhasil  setelah  dikurangi  bunga,  apabila  investasi  gagal  kreditur  akan  ikut  menanggung  kerugian.  Karena  itu,  apabila  kreditur  memberi  kredit  pada  perusahaan yang memiliki tingkat utang yang terlalu tinggi, mereka juga akan  menetapkan  tingkat  bunga  yang  tinggi  untuk  mengamankan  kredit  yang  mereka  berikan.  Dari  pernyataan-pernyataan  di  atas  penulis  menyimpulkan  bahwa  kebijakan utang  dipengaruhi  oleh  tingkat  kepemilikan  manajemen  terhadap saham perusahaan.
Jensen  (1986)  mendefinisikan free  cash  flow atau  aliran  kas  bebas  adalah  kas  perusahaan  yang  dapat  didistribusikan  kepada  kreditur  atau  pemegang saham yang tidak diperlukan sebagai modal kerja. Keberadaan free  cash  flow dapat  menimbulkan  konflik  kepentingan  antara  pemegang  saham  dan  pihak  manajemen.  Konflik  ini  terjadi  karena  pihak  manajemen  berkeinginan  untuk  menginvestasikan  dana  tersebut  ke  dalam  proyek-proyek  yang  dapat  mendatangkan  keuntungan,  sehingga  pihak  manajemen  akan  mendapatkan  insentif  dari  investasi  tersebut. Di pihak  lain,  pemegang  saham  menginginkan free cash flow tersebut dibagikan kepada para pemegang saham  sebagai dividen.
Menurut  Damayanti  (2006),  investasi  yang  dilakukan  pihak  manajemen  dengan menggunakan free cash flow tersebut tidak akan  menjadi  masalah  jika  investasi  tersebut  berhasil,  yang  akan  menjadi  masalah  apabila  investasi tersebut gagal. Untuk  mengatasi dugaan  pemborosan free cash flow  oleh  pihak  manajemen  dapat  dilakukan  dengan  pembentukan  utang.
Pembentukan  utang  bisa  mengurangi  keinginan  manajer  untuk  menggunakan  free cash flow guna membiayai kegiatan-kegiatan yang tidak optimal dan tidak   mendatangkan  keuntungan.  Utang  akan  mengurangi  tingkat free cash  flow, karena perusahaan harus membayar bunga utang tersebut secara periodik.
Keberadaan free  cash  flow dapat  menimbulkan  konflik  kepentingan  antara pemegang saham dan pihak manajemen. Penelitian mengenai pengaruh  struktur  kepemilikan  saham  dengan  kebijakan  utang  sudah  sering  dilakukan.
Struktur  kepemilikan  saham  terbagi  dua  yaitu  kepemilikan  manajerial  dan  kepemilikan institusional. Penelitian ini menggunakan kepemilikan manajerial  sebagai  unsur  struktur  kepemilikan  saham.  Penelitian  oleh  Jaggi  dan  Gul (1999)  mengemukakan,  ada  atau  tidaknya  kepemilikan  saham  yang  dimiliki  oleh  manajer  dapat  mempengaruhi  kebijakan  perusahaan.  Kepemilikan  manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham,  sehingga  manajer  sebagai  agen  akan  memperoleh manfaat  langsung  dari  keputusan yang diambil serta menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari  pengambilan  keputusan  yang  salah.  Dengan  demikian,  maka  kepemilikan  saham  oleh  manajemen  merupakan  insentif  bagi  para  manajer  untuk  meningkatkan  kinerja  perusahaan  dan  manajer  akan  menggunakan  utang  secara optimal sehingga akan meminimumkan agency cost.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara  variabel free cash flowdan kepemilikan  manajerial terhadap kebijakan  utang  guna  mengetahui struktur  kepemilikan  yang  dapat  meminimumkan agency  cost.  Namun  tidak  sedikit  pula  yang  menunjukkan  hasil  yang  bertentangan.
Hal  ini  yang  mendorong  penulis  untuk  melakukan  penelitian  lebih  lanjut  dengan  judul:  Free  Cash  Flowdan  Kepemilikan  Manajerial.
B.Rumusan Masalah.
Berdasarkan  uraian  latar  belakang  tersebut  maka  permasalahan  yang  akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:.
11.Apakah free cash flowmemiliki pengaruh terhadap kebijakan utang dalam  mengurangimasalah keagenan?.
12.Apakah  kepemilikan  manajerial  memiliki  pengaruh  terhadap  kebijakan  utang dalam mengurangi masalah keagenan?.
C.Tujuan Penelitian.
Sesuai  dengan  rumusan  masalah  yang  menjadi  fokus  penelitian  ini,  maka tujuan dari penelitian ini adalah:.
1. Mengetahui bagaimana pengaruh free cash flowterhadap kebijakan utang.
2. Mengetahui  bagaimana  pengaruh  kepemilikan  manajerial  terhadap  kebijakan utang.
D.Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan, seperti:.
1. Dalam  bidang  akademis,  diharapkan  dapat  memberikan kontribusi  dalam  penelitian  di  bidang  keuangan  terutama  yang  berkaitan  dengan free  cash  flow, kepemilikan manajerial dan pengaruhnya terhadap kebijakan utang.
2. Bagi pihak-pihak  yang  berkepentingan seperti  manajer  perusahaan, untuk  membantu  mengetahui  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  pertimbangan  pembuatan  keputusan  peningkatan  ataupun  pengurangan  proporsi   kebijakan utang.

 Skripsi Ekonomi: Pengaruh Free Cash Flow Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Utang

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi