Senin, 24 November 2014

Skripsi Ekonomi: Analisis Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Di Wilayah Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2012

  BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
Skripsi Ekonomi: Analisis Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Di Wilayah Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2012
Perbankan  syariah merupakan  bagian  dari  sistem  perbankan  di  Indonesia. Pemerintah  telah  mengatur  perbankan  syariah  dalam  Undang-Undang  No.  21 tahun  2008.  Keberadaan  perbankan  syariah  merupakan  salah  satu  wujud perkembangan ekonomi Islam di Indonesia. Salah satu motivasi positif berdirinya bank  syariah  di  Indonesia adalah  keinginan  untuk  menerapkan  pirnsip-prinsip Islam  dalam  berbisnis/ muamalah (Adhib  dan  Malik,  2011).  Izza  (2002) mengatakan  bahwa  konsep  perbankan  syariah  merupakan  hal  yang  baru  di Indonesia. Bank Syariah pertama di Indonesia adalah Bank Muamalat Indonesia.

Perkembangan Bank Syariah di Indonesia tersaji dalam Tabel 1.1 berikut : Tabel 1.1. Jaringan Kantor Perbankan Syariah 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Bank Umum Syariah - Jumlah Bank 3 3 5 6 11 11 - Jumlah Kantor 349 401 581 711 1.215 1.401 Unit Usaha Syariah (UUS) - Jumlah Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS 20 26 27 25 23 24 - Jumlah kantor 20 26 27 25 23 336 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah - Jumlah Bank 105 114 131 138 150 155 - Jumlah Kantor 105 185 202 225 286 364 Total Kantor 637 782 1.024 1.223 1763 2.101 Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia (2011) Berdasarkan Tabel 1.1, hingga akhir 2011 terdapat 11 Bank Umum Syariah yang  berdiri.  Jumlah  ini  mengalami  peningkatan  dari  tahun  2006  yang  hanya   terdapat  3  bank  saja.  Unit  Usaha  Syariah  menunjukkan  pertambahan  yang fluktuatif.  Jumlah  Bank  Konvensional  yang memiliki  Unit  Usaha  Syariah mengalami penurunan pada tahun 2009 dan 2010. Kemudian, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah pada akhir tahun 2011 mencapai 155 bank, dengan jumlah kantor 364 kantor. Perkembangan jumlah BPRS selalu meningkat sejak tahun 2006.
Tabel 1.2. Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (dalam juta rupiah) Keterangan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Total Aset 896.017 1.215.916 1.693.332 2.123.581 2.738.745 3.520.417 Pembiayaan 615.469 890.709 1.256.610 1.586.919 2.060.437 2.675.930 Dana Pihak Ketiga 521.152 717.858 975.815 1.250.603 1.603.778 2.095.333 Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia (2011) Tabel  1.2  menjelaskan  perkembangan  BPRS  dari  aspek  kegiatan  usaha.
Secara  statistik  volume  usaha  BPRS  menunjukkan perkembangan  yang menggembiarakan.  Aset  yang  dimiliki  oleh  BPRS  tahun  2006-2011  terus mengalami  peningkatan.  Rata-rata  pertumbuhan  asetnya  mencapai  31,5%.  Dana yang berhasil dihimpun oleh BPRS pada akhir tahun 2011 sebesar Rp 2 triliun dan berhasil  disalurkan  sebesar  Rp  2,6  triliun.  Rata-rata  pertumbuhan  DPK  dan Pembiayaan BPRS tahun 2006-2011 yakni 32% dan 34%. Menurut data statistik perbankan  syariah  2011,  dari  segi  profitabilitas,  BPRS  memperoleh  keuntungan tahun 2011 sebesar 101 miliar rupiah dan ROA sebesar 2,39%. Pencapaian tahun sebelumnya yakni tercatat laba sebesar 83,9 miliar dan ROA sebesar 3,49%.
  Tabel 1.3. Rasio Keungan BPRS Rasio 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 CAR na na 34.72% 30.28% 29.98% 27.46% 23.49% ROA 4.05% 3.79% 3.21% 2.76% 5.00% 3.49% 2.67% ROE 11.21% 9.82% 11.21% 14.77% 21.55% 14.29% 18.95% NPF 10.90% 8.30% 8.11% 8.38% 7.03% 6.50% 7.05% FDR 122.41% 118.10% 124.08% 128.78% 126.89% 128.47% 127.26% BOPO 70.63% 77.33% 76.58% 80.85% 64.69% 78.08% 76.31 Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2011, Bank Indonesia Berdasarkan  segi  kelembagaannya,  Perbankan  Syariah  terdiri  dari  Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah  (BPRS)  (Ascarya  dan  Diana,  2005 b ).  Pada  Penelitian  ini  akan memfokuskan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). BPRS merupakan BPR  yang  menggunakan  prinsip  Syariah.  Fungsi  BPRS  tidak  berbeda  dengan BPR Konvensional. Letak perbedaan keduanya yaitu pada operasionalnya, BPRS menggunakan  sistem  syariah  yang  tidak  menerapkan  sistem  bunga,  melainkan bagi hasil.
Tabel 1.4. Pembiayaan BPRS Berdasarkan Golongan Pembiayaan (dalam jutaan rupiah) Golongan Pembiayaan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Usaha Kecil dan Menengah 273.212 380.079 575.028 657.359 833.076 1.115.962 1.547.205 Selain UKM 144.072 235.359 315.044 599.291 753.843. 944.475 1.128.725 Total 417.284 615.471 890.072 1.256.650 1.586.919 2.060.437 2.675.930 Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2011, Bank Indonesia Tabel 1.4 di atas menggambarkan Pembiayaan BPRS berdasarkan Golongan Pembiayaannya.  Terdapat  2  golongan  pembiayaan  yakni  Usaha  Kecil  dan Menengah (UKM) dan Selain UKM. Nilainya selalu meningkat dari tahun 2005   hingga  2011.  Pembiayaan  pada  UKM  selalu  lebih besar  dari  non  UKM.  Pada akhir tahun 2011 tercatat pembiayaan yang di salurkan sebesar 1,5 triliun rupiah.
Sedangkan pembiayaan non UKM pada akhir 2011 sebesar 1,2 triliun rupiah.
Fungsi BPRS sebagai Bank Pembiayaan Rakyat adalah sebagai badan usaha yang menghimpun  dan  menyalurkan  dana  masyarakat.  Berdasarkan  PP  No.
71/1992  tentang  BPR,  BPR  memberikan  jasa  perbankan  bagi  masyarakat golongan  ekonomi  lemah/  pengusaha  kecil.  Sebagian  besar  pembiayaan disalurkan untuk UMK. Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah 2012, total pembiayaan BPRS di Jawa Tengah mencapai 217 miliar rupiah untuk UKM dan 105 miliar rupiah untuk  non UKM. Statistik juga mencatat Total Aset  BPRS di Jawa Tengah sebesar 444,4 miliar rupiah, meningkat dari tahun sebelumnya 311,9 miliar  rupiah.  DPK  yang  berhasil  dihimpun  sebesar  298,3  miliar  rupiah,  tahun sebelumnya  tercatat  197,5  miliar  rupiah.  Ketiga  indikator  tersebut  menunjukkan adanya peningkatan yang menggembirakan.
Terdapat  7  Bank  Pembiayaan  Rakyat  Syariah  yang  berada  di  wilaya  Eks Karesidenan  Surakarta.  Ketujuh  BPRS  tersebut  tersebar  di  beberapa  wilayah kabupaten  yaitu  Klaten,  Surakarta,  Sukoharjo,  dan  Sragen.  Perkembangan kegiatan usaha tiap-tiap  wilayah menunjukkan  adanya perkembangan dari tahun 2009  hingga  2012.  Masih  sedikitnya BPRS  yang  terdapat  di  Eks  Karesidenan Surakarta  menyebabkan  sedikitnya  data  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini.
Perkembangan Aset, DPK, dan Pembiayaan dapat dilihat pada Tabel 1.5 berikut ini :   Tabel 1.5. Perkembangan Total Aset, DPK, Pembiayaan BPRS di Eks Karesidenan Surakarta (dalam jutaan rupiah) Keterangan 2009 2010 2011 2012 Total Aset 34.951 63.912 87.545 147.050 Total DPK 23.754 33.684 44.754 85.068 Total Pembiayaan 22.716 45.460 64.277 108.790 Sumber : Bank Indonesia Solo, 2013 Tabel  di atas  menunjukkan  perkembangan  tiga  variabel  yang  menjadi indikator  kegiatan  usaha  BPRS.  Ketiga  variabel  tersebu  selalu  menunjukkan pertumbuhan dari tahun ke tahun. Meskipun tergolong baru, namun pertumbuhan yang  dicatat  cukup  menggembirakan,  rata-rata  pertumbuhan  Total  Aset  sebesar 62,6%. Pertumbuhan Total Aset tertinggi pada tahun 2010 sebesar 82,8%. Hal ini disebabkan pada tahun 2010 bertambah satu wilayah yaitu Sukoharjo. Pada tahun 2009  tercatat  hanya  terdapat  3  wilayah  yang  memiliki  BPRS  yaitu  Klaten, Surakarta,  dan  Sragen.  Rata-rata  pertumbuhan  Dana  Pihak  Ketiga  (DPK)  juga tinggi, mencapai angka 50,8%. Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2012 mencapai 90%.  Rata-rata  pertumbuhan  pada  Total  Pembiayaan  yang  disalurkan  BPRS sebesar 70,3%. Hal ini menunjukkan pertumbuhan pembiayaan yang tinggi.
Suseno  (2008;  31),  menyatakan  bahwa  efisiensi  merupakan  akar permasalahan kesehatan dan pertumbuhan perbankan. Hasilnya diharapkan dapat mengungkap  kinerja,  pertumbuhan  serta  kesehatan  bank.  Analisis  efisiensi perbankan baik  syariah  maupun  konvensional  telah  banyak  dilakukan.  Namun, studi  yang  menganalisis  Bank  Pembiayaan  Rakyat  Syariah  masih  sangat  jarang dilakukan.  Oleh  karena  itu,  Studi  ini  akan  menganalisis  perkembangan  efisiensi pada  Bank  Pembiayaan  Rakyat  Syariah.  Efisiensi  sering  digunakan  karena merupakan  jawaban  atas  kesulitan-kesulitan  dalam  menghitung  ukuran-ukuran   kinerja  perbankan. Berdasarkan  uraian  tersebut,  maka  melatar  belakangi penelitian ini dengan  judul “Analisis  Efisiensi  Bank  Pembiayaan Rakyat Syariah di Wilayah Eks Karesidenan Surakarta”.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan  latar  belakang dapat  dirumuskan  permasalahan  penelitian sebagai berikut yaitu :.
1. Bagaimana efisiensi  Bank  Pembiayaan  Rakyat  Syariah  di wilayah  Eks Karesidenan Surakarta tahun 2012 ?.
2. Variabel apa saja yang menjadi faktor penentu efisiensi dan inefisiensi Bank Pembiayaan  Rakyat  Syariah  di  wilayah  Eks  Karesidenan  Surakarta  tahun 2012 ?.
C. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian  yang ingin dicapai adalah :.
1. Untuk  mengetahui efisiensi Bank  Pembiayaan  Rakyat  Syariah di wilayah Eks Karesidenan Surakarta tahun 2012.
2. Untuk  mengetahui variabel  apa  saja  yang  menjadi  penentu  efisiensi  dan inefisiensi  Bank  Pembiayaan  Rakyat  Syariah  wilayah  Eks  Karesidenan Surakarta tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seperti :.
1. Manfaat praktis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi seperti : a. Memberikan informasi sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam hal  pengambilan  kebijakan baik  oleh  BPRS  terkait  maupun pemerintah dan Bank Indonesia untuk meningkatkan kinerja BPRS.
b. Studi  empiris  tentang  efisiensi  BPRS  di  wilayah  Eks  Karesidenan Surakarta tahun 2012..
2. Manfaat teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya pengembangan ilmu ekonomi dalam bidang moneter khususnya perbankan syariah.

 Skripsi Ekonomi: Analisis Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Di Wilayah Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2012

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi