BAB I.
PENDAHULUAN.
A. LATAR BELAKANG.
Skripsi Ekonomi: Analisis Pengaruh Debt To Equity Ratio, Current Ratio, Total Asset Turnover Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Industri Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
Perusahaan didirikan oleh
pemiliknya dengan tujuan untuk meningkatkan dan
memaksimalkan keuntungan dari
pemilik perusahaan itu
sendiri. Keuntungan perusahaan tersebut dapat dinilai dari laporan
keuangan, sedangkan keuntungan pemilik
dapat dilihat dari
laba per saham
atau earning per
share.
Earning per share (EPS) adalah
ukuran untuk melihat tingkat kesejahteraan para pemegang saham atau menggambarkan tingkat
balas jasa bagi pemegang saham biasa. Kondisi
leverage dan kondisi
likuiditas perusahaan akan
mempengaruhi earning per
share perusahaan. Semakin
tinggi nilai earning
per share hal
ini menunjukkan bahwa
perusahaan semakin sehat
dan menjadi faktor
yang akan memotivasi
para investor untuk
menginvestasikan dananya ke
perusahaan (Walsh, 2004).
Perhitungan earning per
share didapat dari
membagikan pendapatan setelah
pajak dengan jumlah
saham yang beredar,
yang nantinya dapat
dilihat bagaimana kinerja
perusahaan dalam memberikan
laba kepada pemilik
saham. Earning per
share dapat memperlihatkan bagaimana
kinerja keuangan perusahaan dari
tahun ke tahun. Earning per share merupakan salah satu
cara untuk mengukur
keberhasilan pihak manajemen
dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan,
selain itu earning per share juga bisa dijadikan sebagai indikator tingkat nilai
perusahaan.
Secara umum ada
dua faktor yang
bisa mempengaruhi besar
kecilnya tingkat earning per share, yakni struktur modal dan
tingkat laba bersih sebelum bunga dan
pajak. Kedua faktor tersebut pada dasarnya sama-sama menekankan pada alternatif sumber pendanaan melalui
hutang atau modal pinjaman, dimana perubahan dalam
penggunaan hutang akan
mengakibatkan perubahan laba
per lembar saham,
dan juga mengakibatkan
perubahan harga saham
perusahaan (Brigham dan
Houston, 2010). Ada beberapa alasan
mengapa perusahaan melakukan
pendanaan melalui hutang
(Brigham dan Houston,
2010), diantaranya : 1. Karena beban dapat menjadi pengurang pajak,
pengunaan hutang akan menurunkan tagihan
pajak dan memberikan lebih banyak laba operasi perusahaan yang tersedia bagi para investornya.
2. Jika
laba operasi dinyatakan
dari aktiva ternyata
melebihi tingkat bunga
atas pinjaman, seperti
yang biasa terjadi,
maka sebuah perusahaan
dapat menggunakan hutang
untuk memperoleh aktiva, membayar bunga atas hutang, dan masih memiliki
sisa sebagai bonus bagi para pemegang
sahamnya.
Menurut Brigham dan Houston
(2010), pendanaan lewat hutang memiliki beberapa kelemahan.
Pertama, semakin tinggi
rasio hutang, maka
perusahaan tersebut akan
semakin berisiko, sehingga
semakin tinggi pula
biaya baik dari hutang maupun
ekuitasnya. Kedua, jika
sebuah perusahaan mengalami
masa sulit dan laba operasi tidak
cukup untuk menutupi beban bunga, para pemegang sahamnya
harus menutupi kekurangan
tersebut, dan jika
mereka tidak dapat melakukannya, maka
akan semakin memperbesar
resiko terjadinya kebangkrutan.
Menurut Muslich (1997),
untuk meningkatkan kualitas manajemen
dalam melakukan analisa
terhadap earning per
share, manajemen perlu
mengenali factor-factor internal
perusahaan yaitu dan
tingkat leverage, tingkat
likuiditas, tingkat aktivitas (produktivitas).
Rasio leverage
atau biasa disebut
rasio solvabilitas berfungsi
mengukur tingkat solvabilitas
suatu perusahaan. Rasio
ini menunjukan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi segala
kewajiban finansialnya seandainya perusahaan
pada saat itu dilikuidasi.
Dengan demikian solvabilitas
berarti kemampuan perusahaan
untuk membayar hutang-hutangnya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang (Sawir,
2004). Menurut Brigham
dan Houston (2010) rasio
leverage merupakan rasio
yang mengukur sejauh
mana perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang (financial
leverage). Financial leverage didefinisikan sebagai
penggunaan potensial biaya-biaya
keuangan tetap untuk meningkatkan
pengaruh perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak EBIT terhadap
EPS. Financial leverage
tidak mempengaruhi risiko
atau tingkat pengembalian yang diharapkan dari aktiva
perusahaan, tetapi leverage ini akan mendorong
risiko dari saham
biasa dan mendorong
pemegang saham untuk meminta
tingkat pengembalian yang lebih tinggi.
Jadi, financial leverage akan mempengaruhi
laba per lembar saham yang diharapkan perusahaan, risiko laba, dan
juga mempengaruhi harga
saham perusahaan (Warsono,
2003). Financial leverage
perusahaan dapat diukur
salah satunya dengan
menggunakan debt to equity ratio
(DER). Debt to
equity ratio merupakan
perbandingan hutang dan ekuitas
dalam pendanaan perusahaan
dan menunjukkan kemampuan
modal sendiri perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajibannya (Sjahrial, 2009).
Rasio likuiditas digunakan untuk
mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan
dengan melihat aktiva
lancar perusahaan relative
terhadap hutang lancarnya.
Meskipun rasio ini
tidak bicara masalah
solvabilitas atau kewajiban
jangka panjang, dan
biasanya relative tidak
penting dibandingkan dengan
rasio solvabilitas, namun
rasio likuiditas yang
jelek dalam jangka panjang
juga akan mempengaruhi
solvabilitas perusahaan (Hanafi
dan Abdul Halim, 2003). Rasio likuiditas merupakan suatu
indikator mengenai kemampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo
dengan menggunakan aktiva
lancar yang tersedia
(Syamsuddin, 2007).
Dengan demikian
perusahaan harus memberikan
perhatian lebih terhadap likuiditas
dan perusahaan harus
membuat strategi yang
bermanfaat untuk mengoptimalisasikan dan mengelola aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan agar seluruh kewajiban
lancarnya yang segera
jatuh tempo dapat
dilunasi dengan baik. Suatu
perusahaan dikatakan mempunyai
posisi keuangan jangka
pendek yang kuat apabila
(Djarwanto, 2001) : 1. Mampu memenuhi
tagihan dari kreditur
jangka pendek tepat
pada waktunya.
2. Mampu
memelihara modal kerja
yang cukup untuk
membelanjai operasi perusahaan
yang normal.
3. Mampu membayar bunga hutang jangka pendek dan
deviden.
4. Mampu memelihara credit rating yang
menguntungkan Rasio likuiditas yang
sering digunakan adalah rasio lancar (current ratio).
Current ratio
berfungsi untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya.
Aktiva lancar
merupakan aktiva yang
akan berubah menjadi
kas dalam waktu satu tahun
atau satu siklus
bisnis.rasio lancar untuk
perusahaan yang normal berkisar pada angka 2, meskipun tidak ada
standar yang pasti untuk penentuan rasio
lancar yang seharusnya. Rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio lancar yang
tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva
lancar, yang akan mempunyai pengaruh tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan. Aktiva lancar secara umum
menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap (Hanafi dan
Abdul Halim, 2003).
Rasio aktivitas dirancang untuk
mengetahui apakah perputaran aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan tersebut
tinggi atau rendah
bila dilihat dari
sudut pandang penjualan.
Untuk mengukur efisiensi
dan efektivitas pemanfaatan aktiva,
digunakanlah rasio perputaran
aktiva. Apabila perputaran
aktivanya tinggi berarti
perusahaan mampu memanfaatkan sumber dayanya dengan efisien, demikian
sebaliknya apabila perputaran
aktivanya rendah berarti
perusahaan tidak mampu
memanfaatkan sumber dayanya
dengan efisien (Dwi
Prastowo, 2005). Rasio
aktivitas salah satunya
dapat dihutang menggunakan
rasio total asset
turnover. Total asset
turnover adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur perputaran
semua activa yang
dimiliki perusahaan dan
mengukur berapa jumlah penjualan
yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva (Kasmir, 2008).
Semakin tinggi
ratio total asset
turnover berarti semakin
effisien penggunaan keseluruhan
aktiva dalam menghasilkan
penjualan. Rasio yang
tinggi menunjukkan manajemen
yang baik, sebaliknya
rasio yang rendah
harus membuat manajemen
mengevaluasi strategi, pemasaran,
dan pengeluaran modalnya.
Perusahaan dengan tingkat
penjualan yang besar
diharapkan mendapat laba
yang besar juga.
Nilai total asset
turnoveryang semakin besar menunjukkan
nilai penjualan yang juga semakin besar dan harapan memperoleh laba
yang semakin besar.
Jadi, jika nilai
total asset turnovertinggi makaakan berpengaruh
terhadap meningkatnya earning
per share dikarenakan
laba yang diperoleh perusahaan mengalamai peningkatan
(Hanafi dan Abdul Halim, 2003).
Subjek penelitian
yang digunakan adalah
perusahaan yang bergerak
di sector makanan dan
minuman (food and beverage) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perumbuhan perusahaan di
sector ini terus menerus meningkat disebabkan prospek
yang bagus. Selain
itu, hasil dari
industri makanan dan minuman
sangat digemari oleh masyarakat Indonesia dan sebagian produk yang dihasilkan
merupakan kebutuhan pokok
masyarakat sehingga investor
banyak yang berminat
untuk menjadikan perusahaan
di sector ini
sebagai target investasinya.
Menurut Sutejo
dkk (2009) debt
to equity ratio
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
earning per Share,
sedangkan menurut Pancawati
dkk (2004) debt to equity ratio
berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap earning
per share. Menurut
Sutejo dkk (2009)
current ratio berpengaruh negative dan
signifikan terhadap earning
per share sedangkan
menurut Pancawati dkk
(2004) current ratio
berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap
earning per share.
Menurut Sutejo dkk
(2009) total asset
turnover berpengaruh positif dan
signifikan terhadap earning
per share, sedangkan menurut Pancawati dkk (2004) total asset
turnover berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
earning per share.
Dapat disimpulkan dari
beberapa penelitian terdahulu
tersebut terdapat beberapa
perbedaan hasil penelitian.
Dengan demikian perlu diuji fenomena tersebut secara lebih
lanjut dengan judul “Analisis Pengaruh
Debt to Equity
Ratio, Current Ratio,
Total Asset Turnover
Terhadap Earning Per Share Pada
Perusahaan Industri Food and Beverage
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011”.
Skripsi Ekonomi: Analisis Pengaruh Debt To Equity Ratio, Current Ratio, Total Asset Turnover Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Industri Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi