BAB I.
PENDAHULUAN.
1.1 LATAR BELAKANG.
Skripsi Ekonomi: Pengaruh Cash Ratio, Total Assets Turnover, Debt To Total Assets Dan Earnings Per Share Terrhadap Cash Dividend (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2007-2011)
Pasar modal
di Indonesia saat
ini mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Pasar
modal adalah salah
satu tempat transaksi
perdagangan saham. Di
pasar modal akan ada pertemuan antara investor dengan
perusahaan yang menjual sahamnya. Pada dasarnya, pasar modal memiliki dua fungsi
yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.
Fungsi ekonomi pasar modal adalah
menyediakan fasilitas untuk memidahkan dana dari pihak
yang memiliki kelebihan
dana kepada pihak
yang membutuhkan dana.
Fungsi keuangan pasar modal adalah
menyediakan dana yang
dibutuhkan oleh pihak-pihak lainya tanpa harus terlibat secara langsung
dalam kegiatan operasi perusahaan (Husnan, 2005).
Masyarakat Indonesia
kini telah mulai
menyadari pentingnya berinvenstasi
oleh karena itu saat ini banyak
masyarakat Indonesia yang mulai menanamkan dananya di pasar
modal. Keinginan untuk
mendapatkan keuntungan dan
penghasilan yang lebih juga
menjadi salah satu faktor utama semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia.
Saat ini
pun banyak ditemukan
lembaga-lembaga investasi yang
dapat memfasilitasi keinginan masyarakat untuk berinvestasi
walaupun memiliki keterbatasan waktu.
Salah satu sektor yang banyak diminati oleh investor di
Indonesia adalah sektor industri manufaktur
karena eksistensinya dalam
dunia bisnis di
Indonesia. Namun, dikarenakan
persaingan di dunia
bisnis yang saat
ini semakin ketat
perusahaanperusahaan yang bergerak sektor industri manufaktur dituntut
untuk beroperasi dengan tingkat efisiensi
dan efektivitas yang
cukup tinggi agar
tetap mempunyai keunggulan dan daya saing sehingga perusahaan dapat
menghasilkan laba secara optimal.
Laba yang
diperoleh perusahaan dapat
dialokasikan pada dua
komponen yaitu laba ditahan (retained earnings) dan laba yang dibagikan berupa dividen.
Laba ditahan adalah laba
dari operasi dan
menjadi tambahan penyertaan
pemegang saham. Laba ditahan
merupakan jumlah rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.
Dalam aktivitas
pasar modal, investor
(orang yang memiliki
dana) dan emiten (orang
yang membutuhkan dana),
keduanya akan bekerja
sama untuk saling menguntungkan.
Melalui pasar modal
emiten dapat memperoleh
tambahan dana bagi perusahaan tapi
harus menunggu laba
dari kegiatan operasional
perusahaan. Bagi investor
pasar modal merupakan
sarana untuk berinvestasi
dan mendapatkan keuntungan
yang optimal. Investor
tidak dapat mengetahui
secara pasti berapa
besar return dan resiko apa yang
akan diterimanya.
Bagi seorang
investor, investasi dalam
sekuritas yang dipilih
tentu diharapkan memberikan
tingkat pengembalian (return)
yang sesuai dengan
resiko yang harus ditanggung oleh
para investor. Tingkat
return menjadi faktor
utama karena return adalah
hasil yang diperoleh
dari suatu investasi
(Jogiyanto, 2000). Oleh
karena itu, sebelum
melakukan investasi seharusnya
investor melakukan analisis
dan memilih resiko yang sesuai dengan keuntungan yang akan
didapat dari suatu investasi tersebut.
Jika seorang investor berinvestasi dalam bentuk sekuritas berarti
investor tersebut berinvestasi pada
prospek perusahaan. Perusahaan
harus mampu meningkatkan
nilai perusahaan, karena dengan
gambaran nilai perusahaan yang baik maka tingkat peluang return yang diberikan
oleh perusahaan juga
akan tinggi. Apabila
perusahaan menganggap semua
investor adalah investor
rasional yang mempunyai
return ekspektasi (expected return) yang tinggi maka akan semakin banyak
investor yang akan menanamkan dananya
sehingga tujuan perusahaan
untuk memenuhi kebutuhan
dana bagi perusahaan akan
tercapai.
Salah satu
jenis sekuritas yang
paling populer di
pasar modal adalah
sekuritas saham. Saham adalah
surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu atau institusi dalam perusahaan (Ang, 1997).
Sedangkan menurut Husnan (2005), saham adalah tanda
bukti pengambilan bagian
atau peserta dalam
perusahaan terbuka (PT).
Saham yang dinilai baik adalah
saham yang mampu memberikan return realisasi yang tidak terlalu jauh dari return ekspektasi
(expected return).
Pendapatan dari
investasi saham atau
return dapat berupa
deviden dan capital gain.
Deviden merupakan penerimaan
dari perusahaan yang
berasal dari laba
yang dibagikan, sementara
capital gain merupakan
pendapatan yang diperoleh
dari selisih harga saham. Apabila selisih harga tersebut
negatif berarti investor mengalami
capital loss dan sebaliknya. Para investor seringkali
menginginkan keuntungan dengan segera sehingga mereka
lebih menginginkan keuntungan
dalam bentuk capital
gain dibandingkan dividen
(Jogiyanto, 2000).
Kebijakan dividen
merupakan sebuah keputusan yang
penting bagi perusahaan.
Melalui kebijakan
dividen akan ditentukan
seberapa besar laba
yang akan dibagikan sebagai
dividen dan berapa
jumlah laba yang
akan ditahan. Kebijakan
dividen atau besar-kecilnya dividen yang dibagikan dapat
mempengaruhi reaksi investor. Kebijakan dividen
merupkan salah satu indikator apakah seorang investor akan mempertahankan investasi
atau melepas suatu
investasi. Jika investor
menganggap dividen yang dibayarkan baik
dan sesuai dengan
return ekspektsinya maka
kemungkinan besar investor akan mempertahankan saham tersebut
namun juga sebaliknya, jika pembayaran dividen
dianggap kecil dan menurun mungkin investor akan berfikir ulang untuk terus menyimpan saham tersebut. Sedangkan bagi
investor yang baru akan membeli saham, pembayaran dividen
merupakan salah satu
informasi yang akan
dilihat dan dianalisis sebelum investor tersebut menanamkan dananya.
Pada masa
sekarang ini pembayaran
dividen oleh perusahaan
terkadang masih menjadi suatu perdebatan, karena apabila
perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi total
sumber dana intern atau internal financing.
Sebaliknya, jika
perusahaan memilih untuk
menahan laba yang
diperoleh, maka kemampuan
pemenuhan kebutuhan dana
dari sumber dana
intern akan semakin
besar dan hal
ini akan menjadikan
posisi financial dari
perusahaan yang bersangkutan semakin
kuat karena ketergantungan kepada
sumber dana ekstern
menjadi semakin kecil.
Kebijakan dividen kas sebuah
perusahaan memiliki dampak penting bagi banyak pihak
yang terlibat di
masyarakat (Suharli, 2004).
Bagi para pemegang
saham atau investor,
dividen kas merupakan
tingkat pengembalian investasi
mereka atas kepemilikan
saham yang diterbitkan
perusahaan. Bagi pihak
manajemen, dividen kas merupakan arus
kas keluar yang
mengurangi kas perusahaan.
Oleh karenanya kesempatan
untuk melakukan investasi
dengan kas yang
dibagikan sebagai dividen tersebut
menjadi berkurang. Kebijakan
dividen kas yang
cenderung membayarkan dividen dalam jumlah relatif besar akan mampu
memotivasi pemerhati untuk membeli saham
perusahaan.
Kebijakan dividen melibatkan dua
pihak yang saling bertentangan yaitu
investor dengan dividennya dan
perusahaan dengan saldo labanya. Perusahaan manapun selalu menginginkan
pertumbuhan sehingga laba
ditahan menjadi sangat
berarti bagi perusahaan
untuk dapat meningkatkan
produksi ataupun memenuhi
semua kebutuhan intern
perusahaan. Namun, dilain
pihak perusahaan juga
ingin selalu membayarkan dividen untuk meningkatkan nilai perusahaan
dan menarik investor melalui peningkatan harga saham.
Perusahaan yang
memiliki kemampuan membayar
dividen diasumsikan masyarakat
sebagai perusahaan yang
menguntungkan. Beberapa peneliti
antara lain Litner
(1956) mengemukakan bahwa
perusahaan hanya akan
menaikkan dividen bila manajemen
berkeyakinan bahwa laba perusahaan akan naik.
Bagi para investor, laporan
keuangan merupakan faktor penting untuk melakukan analisis
dan memilih suatu
investasi. Di samping
itu, laporan akuntansi
sudah cukup menggambarkan
kepada kita sejauh
mana perkembangan kondisi
perusahaan dan apa saja
yang telah dicapainya (Tandelilin, 2001). Laporan keuangan sering kali
digunakan sebagai acuan
menilai kinerja perusahaan
emiten (Horigan, 1965).
Ulupui (2006) mengatakan
bahwa laporan keuangan
dapat digunakan untuk
meprediksi kesulitan keuangan
yang dialami perusahaan,
hasil kegiatan operasional,
kinerja keuangan perusahaan
di masa yang
lalu dan yang
akan datang, juga
sebagai pedoman bagi investor
mengenai kinerja perusahaan di masa lalu dan masa mendatang.
Kegiatan menganalisis suatu
investasi melalui laporan
keuangan perusahaan emiten
disebut dengan analisis
fundamental. Menurut Jogiyanto
(2000), analisis fundamental
adalah analisis untuk
menghitung nilai intrinsik
perusahaan dengan menggunakan data
keuangan perusahaan, nilai
intrinsik perusahaan dapat
diwujudkan dengan harga
saham. Selain analisis
fundamental investor dapat
melakukan analisis teknikal.
Analisis teknikal adalah
analisis yang menggunakan
data pasar dari
suatu saham untuk menentukan
nilai saham (Jogiyanto, 2000). Jika prospek suatu perusahaan kuat
dan baik, maka
harga saham akan
mencerminkan kekuatan itu
dan meningkat seiring
dengan peningkatan kondisi
finansial suatu perusahaan,
harus diperhatikan bahwa
nilai suatu efek
ekuitas tidak hanya
ditentukan oleh tingkat
kembalian yang mungkin terjadi (expected return), namun
tingkat resiko di dalamnya (Huda, 2007).
Rasio keuangan
yang dihasilkan dari
laporan keuangan merupakan
faktor fundamental perusahaan.
Rasio keuangan ini
digunakan untuk melakukan
analisis fundamental. Bagi
perusahaan yang go
public diharuskan memberikan
laporan keuangan yang relevan
mengenai rasio-rasio keuangannya, hal tersebut tercantum dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor KEP-51/PM/1996
yang dikeluarkan pada tanggal 17 Januari 1996.
Laporan keuangan sering
kali digunakan sebagai
acuan menilai kinerja perusahaan emiten (Horigan, 1965).
Banyaknya faktor
yang menjadi pertimbangan
dalam memutuskan kebijakan dividen menyebabkan kesulitan dalam menentukan
kebijakan faktor mana yang paling dominan
dan berpengaruh terhadap Cash Dividend.
Beberapa penelitian
yang telah mengemukakan
hubungan antara variabel menajemen keuangan dan Cash
Dividend, diantaranya penelitian yang
dilakukan Teguh K (2011),
Nila Septiyanawati (2012),
Made Ayu Lisnadewanti
(2011), Erwin Jeffriansyah
(2005). Penelitian ini
akan melakukan kajian
mengenai pengaruh rasio keuangan
yang kontradiktif atau tidak konsisten dengan penelitian-penelitian terdahulu seperti Current Ratio, TATO, dan Debt to Total
Assets.
Berdasarkan hal tersebut maka
penelitian ini mengambil judul: Pengaruh
Cash Ratio, Total
Assets Turnover, Debt
To Total Assets
dan Earnings Per Share Terhadap Cash Dividend (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2007-2011).
Skripsi Ekonomi: Pengaruh Cash Ratio, Total Assets Turnover, Debt To Total Assets Dan Earnings Per Share Terrhadap Cash Dividend (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2007-2011)
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi