Rabu, 12 November 2014

Skripsi Ekonomi: Analisis Pengaruh Sumber Dana Perimbangan Terhadap Realisasi Belanja Langsung Provinsi Jawa Tengah

  BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
kripsi Ekonomi: Analisis Pengaruh Sumber Dana Perimbangan Terhadap Realisasi Belanja Langsung Provinsi Jawa Tengah 
Indonesia  mengalami  reformasi  sektor  publik  yang  disertai  adanya  tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan pengungkapan seluruh  aktivitas  dan  kerja  financial  Pemerintah  Daerah  kepada  pihak-pihak  yang  berkepentingan  (Mardiasmo,  2002).  Dalam  pelaksanaan  otonomi  daerah  provinsi  Jawa  Tengah  sejak  2001  diberlakukan  sesuai  dengan  UndangUndang  Nomor  44  Tahun  1999  dan  prinsip-prinsip  pemberian  Otonomi  Daerah dalam UU No.22 Tahun 1999 yaitu Penyelengaraan Otonomi Daerah  yang  kemudian  digantikan  oleh  UU  No.32  tahun  2004  tentang  Pemerintah  Daerah dan UU No.25 Tahun 1999 yang kemudian diperbaharui  dengan UU  No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat  dan Daerah. Dengan adanya peraturan tersebut menyebabkan perubahan yang  mendasar mengenai pengaturan hubungan pusat dan daerah, khususnya dalam  bidang administrasi pemerintahan maupun dalam hubungan keuangan antara  Pemerintah Pusat dan Daerah, menentukan bahwa konsentrasi daerah otonom  berada di kabupaten/kota dan bukan di provinsi.

Dalam  UU  No.33  tahun  2004  disebutkan  Dana  Perimbangan  adalah  dana  yang  bersumber  dari  pendapatan  APBN  yang  dialokasikan  kepada  Daerah  untuk  mendanai  kebutuhan  Daerah  dalam  rangka  pelaksanaan    Desentralisasi.  Dana  Perimbangan  bertujuan  untuk  menciptakan  keseimbangan  keuangan  antara  Pemerintah  Pusat  dan  Daerah  dan  antara  Pemerintahan  Daerah.  Perimbangan  keuangan  antara  Pemerintah  dan  Pemerintahan  Daerah  adalah  suatu  sistem  pembagian  keuangan  yang  adil,  proporsional,  demokratis,  transparan,  dan  efisien  dalam  rangka  pendanaan  penyelenggaraan Desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi,  dan  kebutuhan  daerah,  serta  besaran  pendanaan  penyelenggaraan  Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Menurut  Peraturan  Pemerintah Nomor  55  Tahun  2005,  Dana  Perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH)  dari penerimaan pajak dan  SDA,  Dana  Alokasi  Umum  (DAU)  dan  Dana  Alokasi  Khusus  (DAK) merupakan sumber pendanaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi,  yang  alokasinya  tidak  dapat  dipisahkan  satu  dengan  yang  lain  mengingat  tujuan  masing-masing  jenis  penerimaan  tersebut  saling  mengisi  dan  melengkapi.  Dana  Bagi  Hasil  (DBH)  adalah  dana  yang  bersumber  dari  pendapatan  APBN  yang  dibagi  hasilkan  kepada  Pemerintah  Daerah  berdasarkan angka persentase  tertentu dengan memperhatikan potensi daerah  penghasil  untuk  mendanai  kebutuhan  daerah  dalam  rangka  pelaksanaan  desentralisasi.   Dana Bagi Hasil merupakan dana perimbangan yang strategis  bagi  daerah-daerah  yang  memiliki  sumber‐sumber  penerimaan  pusat  di  daerahnya,  meliputi  penerimaan  pajak  pusat  yaitu  pajak  penghasilan  perseorangan  (PPh  perseorangan),  Pajak  Bumi  dan  Bangunan  (PBB),  Bea  Perolehan  Hak  atas  Tanah  dan  Bangunan  (BPHTB),  dan  penerimaan  dari    sumber  daya  alam  (Minyak  Bumi,  Gas  Alam,  Pertambangan  Umum,  Kehutanan dan Perikanan).  Dana Alokasi Umum bertujuan untuk pemerataan  kemampuan  keuangan  antar  daerah  melalui  penerapan  formula  yang  mempertimbangkan  kebutuhan  belanja  pegawai,  kebutuhan  fiskal,  dan  potensi  daerah.  Kebutuhan  daerah  dicerminkan  dari  luas  daerah,  keadaan  geografis, jumlah penduduk, tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat  di daerah, dan tingkat pendapatan masyarakat di  daerah. Sedangkan kapasitas  fiskal dicerminkan dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil Pajak, dan  Sumber  Daya  Alam.  Dana  Alokasi  Khusus  dimaksudkan  untuk  mendanai  kegiatan  khusus  yang  menjadi  urusan  daerah  dan  merupakan  prioritas  nasional,  sesuai  dengan  fungsi  yang  merupakan  perwujudan  tugas  kepemerintahan  di  bidang  tertentu,  khususnya  dalam  upaya  pemenuhan  kebutuhan  sarana  dan  prasarana  pelayanan  dasar  masyarakat.  Melalui  penyempurnaan  prinsip-prinsip,  mekanisme,  dan  penambahan  persentase  beberapa  komponen  dana  perimbangan  diharapkan  daerah  dapat  meningkatkan  fungsi  pemerintahan  daerah  sebagai  ujung  tombak  dalam  memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Sumber-sumber Pendapatan Daerah yang diperoleh dan dipergunakan  untuk membiayai penyelenggaran urusan Pemerintah Daerah. Kawedar, dkk  (2007) mengatakan bahwa belanja daerah dirinci menurut urusan Pemerintah  Daerah,  organisasi,  program,  kegiatan,  kelompok,  jenis,  obyek  dan  rincian  obyek  belanja.  Belanja  daerah  dipergunakan  dalam  rangka  mendanai  pelaksanaan  urusan  pemerintah  yang  menjadi  kewenangan  Provinsi  atau    Kabupaten/Kota  yang  terdiri  dari  urusan  wajib,  urusan  pilihan  dan  urusan  yang penanganannya dalam bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama  antara  Pemerintah  Pusat  dan  Pemerintah  Daerah.  Belanja  penyelenggaran  urusan  wajib  diprioritaskan  untuk  melindungi  dan  meningkatkan  kualitas  kehidupan  masyarakat  dalam  upaya  memenuhi  kewajiban  daerah  yang  diwujudkan  dalam  bentuk  peningkatan  pelayanan  dasar,  pendidikan,  kesehatan,  fasilitas  sosial  dan  fasilitas  umum  yang  layak  serta  mengembangkan  sistem  jaminan  sosial.  Dalam  rangka  memudahkan  penilaian  kewajaran  biaya  suatu  program  atau  kegiatan,  belanja  menurut  kelompok belanja terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung.
Permasalahannya  terletak  pada  perbedaan  cara  pandang  antara  pusat  dan  daerah  tentang  dana  perimbangan.  Bagi  pusat,  dana  perimbangan  dijadikan  instrument  horizontal  imbalance  untuk  pemerataan  atau  mengisi fiscal  gap.  Bagi  daerah,  dana  perimbangan  dimaksudkan  untuk  mendukung kecukupan.  Permasalahan  timbul  mengingat  dana  perimbangan  juga  dinikmati  oleh  pemerintah  provinsi,  sementara  konsentrasi  otonomi  daerah  memilih  kabupaten/kota  dan  bukan  provinsi,  maka  penelitian  tentang  bagaimana  ekspektasi  pemerintah  provinsi  terhadap  dana  perimbangan  menjadi  penting.  Hal  ini  dapat  dilihat  dari  bagaimana  pemerintah  provinsi  menempatkan  dana  perimbangan  dalam  rangka  membiayai  pengeluaranpengeluarannya.
  Penelitian  ini  mengacu  pada  penelitian  yang  telah  dilakukan  oleh  Ulum (2004) yaitu Analisis atas dana perimbangan dan pengaruhnya terhadap  belanja  daerah  provinsi  di  Indonesia,  sedangkan  penulis  sekarang  meneliti  tentang  pengaruh  sumber  dana  perimbangan  terhadap  Realisasi  Belanja  Langsung  menggunakan  periode  tahun  2010  hingga  2012  dengan  sampel  kabupaten/kota  di  Jawa  Tengah,  relatif  lebih  khusus  daripada  peneliti  terdahulu.  Karena sehubungan dengan adanya kebijakan otonomi daerah, hal  penting  yang harus diperhatikan adalah ketersediaan dana untuk membiayai  tugas  dan  kewajiban  yang  makin  bertambah.  Tingginya  Sumber  Dana  Perimbangan merupakan penentu keberhasilan otonomi daerah, selain faktor  kualitas  aparat  pemerintah  daerah  dan  tingkat  pendidikan  masyarakat  yang  tinggi.  Oleh  karena  itu,  kondisi  kabupaten  dan  kota  di  Jawa  Tengah  secara  umum berpotensi untuk lebih maju dibandingkan dengan daerah lain dengan  adanya  penyelenggaraan  otonomi  daerah  dengan  titik  berat  pada  daerah  kabupaten dan kota.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan  penelitian  tentang  “Analisis  Pengaruh  Sumber  Dana  Perimbangan  Terhadap Realisasi Belanja Langsung Provinsi Jawa Tengah”.
  B.  Rumusan Masalah.
Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai  berikut:.
1.  Apakah  Sumber  Dana  Perimbangan  (Dana  Bagi  Hasil,  Dana  Alokasi  Umum  dan  Dana  Alokasi  Khusus)  berpengaruh  terhadap  Realisasi Belanja Langsung?.
2.  Manakah  di  antara  ketiga  Sumber  Dana  Perimbangan  tersebut  yang  mempunyai  pengaruh  signifikan  terhadap  Realisai  Belanja  Langsung  yang paling besar?.
C.  Tujuan Penelitian.
Tujuan  Penelitian  ini  adalah  untuk  membuktikan  secara  empiris  pengaruh  Sumber  Dana  Perimbangan  terhadap  Realisasi  Belanja  Langsung Pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dari tahun 2010 hingga 2012.
D.  Manfaat Penelitian.
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:.
1.  Bagi kalangan akademisi Penelitian ini dapat sebagai referensi dalam penelitian akademisi tentang  kontribusi  empiris  pada  pengaruh  Dana  Perimbangan  terhadap  realisasi belanja  langsung  Kabupaten/Kota  di  Jawa  Tengah  dan  dapat  menjadi  bahan penelitian lainnya yang sejenis.

  2.  Bagi kalangan Praktisi Penelitian  ini  dapat  menjadi  acuan  untuk  para  praktisi  dalam  mengembangkan  penelitian  selanjutnya  yang  berkaitan  dengan  bidang  kajian ini.   
Skripsi Ekonomi: Analisis Pengaruh Sumber Dana Perimbangan Terhadap Realisasi Belanja Langsung Provinsi Jawa Tengah 

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi