BAB I.
PENDAHULUAN.
1.3 Latar Belakang.
Skripsi Ekonomi: Analisis Prediksi Rasio Keuangan Terhadap Financial Distress Pada Industri Textile Dan Garment Yang Terdaftar Di Bei Tahun2008–2011
Krisis finansial
global yang terjadi
pada tahun 2008
telah menimbulkanberbagai kesulitan
terutama dalam perkembangan
dunia usaha. Indonesia juga
termasuk negara yang
merasakan dampak dari
krisis tersebut. Salah satu dampaknya yaitu ekspor Indonesia yang
mengalami masa sulit selama terjadinya
krisis finansial pada kurun waktu 2008 sampai 2011. Perusahaan sektor textile
dan garment merupakan
salah satu industri
yang terkena dampak
krisis tahun 2008. Sektor ini
menjadi menarik untuk dijadikan objek penelitian karena dari
beberapa tahun terakhir
industri tersebut cenderung mengalami
kesulitan dalam berbagai aspek
salah satunya adalah dalam aspek keuangan dan operasional perusahaan.
Hal tersebut dapat dilihat dari
kesulitan pendanaan yang disebabkan oleh kebijakan
manajemen yang dirasa
lambat dalam melakukan
diversifikasi dan membaca
pasar. Akibatnya para
pelaku domestik harus
berbagi pasar dengan perusahaan asing. Kenyataannya adalah 70% pangsa pasar saat ini
harus dipenuhi oleh pesaing
yang banyak berasal
dari negara asing
terutama produk-produk buatan
Negara Cina. Banyaknya
produk textile dari
Negara Cina membuat kelangsungan operasional perusahaan dalam
penjualannya menjadi tidak stabil di dalam negeri.
Kekhawatiran ini beralasan
karena harga produk
mereka jauh di bawah harga
textile dalam negeri
dan dari segi
kualitas tidak kalah
bagusnya.
Produk lokal harus mempertahankan kualitasnya dengan menekan biaya
serendah mungkin agar mampu bersaing
dengan produk buatan luar negeri, karena produk luar
negeri ditawarkan dengan
harga yang relatif
rendah. Perusahaan harus mempunyai
keunggulan kompetitif agar mampu bersaing dan tetap survive.
Kondisi dan perkembangan industri
tekstil di Indonesia pada tahun 2006 memiliki tingkat
konsumsi tekstil dan
produk tekstil sebesar
1 juta ton,
namun industri tekstil nasional
kehilangan peluang 49,9 persen. Pada tahun 2007 tercatat mengalami
kenaikan menjadi 1,21
juta ton dan
kehilangan pasarnya 49
persen.
Namun pada
tahun 2008 industri
tekstil mengalami kehilangan
pasar sekitar 35 persen.Padahal
tahun 2008, impor yang tercatat hanya 12 persen.Sedangkan tahun 2009 impor resmi tekstil dan produk tekstil
sebesar 20-24 persen.
Hal tersebut
telah mengakibatkan terjadinya
kesulitan keuangan pada industri ini
yang diakibatkan oleh
harga bahan baku
dan biaya produksi
yang semakin meningkat
terutama masalah mesin
tekstil yang kebanyakan
tidak digunakan karena
tidak adanya orderan
atau pesanan yang
datang. Regulasi pemerintah
di bidang fiskal,
moneter dan administrasi
serta perjanjian perdagangan semakin memperburuk sektor
industri ini. Selain dikarenakan krisis ekonomi
yang berkepanjangan, kesulitan
yang dialami juga
disebabkan oleh dihapusnya
kuota ekspor dan
produk tekstil serta
berbagai perjanjian yang tercantum dalam
Free Trade Agreement
(FTA) Asean-Cina. Sebagian
besar perusahaan pada
industri textile dan
garment mengalami kecenderungan penurunan
pendapatan bersih dan
bahkan mengalami kerugian.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat
menghasilkan profit. Jika keadaan ini terus menerus
terjadi, maka kelangsungan
usaha akan terganggu,
sebab dengan laba
yang diperoleh perusahaan
dapat membiayai operasi
perusahaan, mengembalikan pinjaman,
dan kewajiban lain
yang harus dipenuhi.
Salah satu penyebab turunnya laba adalah karena penjualan
yang semakin berkurangnya atau menurun.
Berbagai kondisi
tersebut di atas
akhirnya akan memperburuk
kondisi perusahaan textile dan garment yang tidak tertutup kemungkinan
akan mengalami kesulitan keuangan
bahkan kegagalan dalam
usahanya, meskipun sebelumnya diketahui
bahwa sektor industri
ini cukup memiliki
pangsa pasar yang
bagus di dalam negeri.
Kondisi kesulitan keuangan
menurut teori-teori yang
telah ada (financial distress) terjadi sebelum
kebangkrutan. Sehingga banyak sekali
model financial distress
perlu dikembangkan karena
dengan mengetahui kondisi kesulitan
keuangan perusahaan sejak
dini diharapkan dapat
dilakukan kebijakan untuk
mengantisipasinya. Salah satu
model prediksi kesulitan
keuangan dapat menggunakan analisis rasio keuangan dalam
laporan keuangan dan mencerminkan kinerja
keuangan perusahaan.
Kondisi financial distress perusahaan merupakan suatu konsep luas yang terdiri
dari beberapa situasi
dimana suatu perusahaan
menghadapi masalah kesulitan
keuangan.Istilah umum untuk
menggambarkan situasi tersebut
adalah kegagalan, ketidakmampuan melunasi
hutang, kinerja keuangan
yang negatif, masalah
likuiditas, dan default.
Model sistem peringatan
untuk mengantisipasi adanya
financial distress perlu
untuk dikembangkan sebagai
sarana untuk mengidentifikasi bahkan
untuk memperbaiki kondisi
sebelum sampai pada kondisi
krisis (Almilia, 2003).
Hal ini
terbukti, sesuai dengan
hasil penelitian yang
dilakukan oleh Almilia dan Kristijadi (2003) bahwa untuk
menentukan kondisi financial distress perusahaan
dapat digunakan analisis
rasio keuangan perusahaan.
Bahwa rasio profit margin, yaitu laba bersih dibagi dengan
penjualan; rasio financial leverage, yaitu hutang lancar dibagi dengan total
aktiva; rasio likuiditas, yaitu aktiva
lancar dibagi dengan
hutang lancar; dan
rasio pertumbuhan, yaitu
rasio pertumbuhan laba
bersih dibagi dengan
total aktiva keuangan
merupakan rasio yang
paling dominan dalam menentukan
financial distress suatu perusahaan.
Berbagai penelitian
telah dilakukan untuk
mengkaji manfaat yang
bisa dipetik dari
analisis rasio keuangan
terkait Financial distress
terjadi sebelum kebangkrutan. Penelitian Platt dan Platt
(2002) melakukan penelitian terhadap 24 perusahaan yang
mengalami financial distress
dan 62 perusahaan
yang tidak mengalami
financial distress, dengan
menggunakan model logit
diperoleh variabel EBITDA/sales,
current assets/current liabilities
dan cashflow growth rate
memiliki hubungan negatif
terhadap kemungkinan perusahaan
akan mengalami financial
distress. Sedangkan variabel
net fixed assets/total
assets, long term
debt/equity dan notes
payable/total assets memiliki
hubungan positif terhadap
kemungkinan perusahaanakan mengalami
financial distress.Semakin besar rasio ini maka semakin besar kemungkinan
perusahaan mengalami financial distress.
Penelitian mengenai kondisi financial distress di Indonesia telah
dilakukan oleh Luciana
(2004), Luciana dan
Meliza (2003), serta
Luciana dan Kristijadi (2003).
Penelitian yang dilakukan
oleh Luciana (2004),
memproksikan kondisi financial distress sebagai kondisi perusahaan
yang telah delisted pada tahun 1999-2002. Hasil penelitian ini memberikan bukti
bahwa rasio net income/total asset, shareholder equity/total assets, dan
total debt/total asset dapat
digunakan untuk memprediksi probabilitas
perusahaan yang mengalami delisted
memberikan bukti bahwa rasio
net income/total asset,
shareholder equity/total assets,
retained earning/total asset,
dan total debt/total asset dapatdigunakan untuk memprediksi probabilitas perusahaan yang mengalami kondisi
financial distress.
Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan
oleh Luciana dan
Kristijadi (2003), penelitian ini
membentuk 12 persamaan dari 20 rasio keuangan. Penelitian ini
memberikan bukti bahwa
dari kedua belas
persamaan regresi yang
dibentuk menunjukkan rasio-rasio
keuangan dapat digunakan
untuk memprediksikan financial distress suatu perusahaan.
Berdasarkan uraian
diatas maka peneliti
mengambil judul “Analisis Prediksi
Rasio Keuangan terhadap Financial Distress Pada Industri Textile dan Garment Yang Terdaftar Di BEI Periode
2008-2011”.
1.2 Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar
belakang masalah yang
telah diuraikan diatas
maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :.
1. Bagaimanakah
pengaruh Rasio asset
lancar terhadap hutang
lancar (CA/CL) terhadap financial distress?.
2. Bagaimanakah pengaruh Rasio laba bersih
terhadap penjualan (NI/Sales) terhadap
financial distress?.
3. Bagaimanakah pengaruh Rasio hutang lancar terhadap total aset
(CL/TA) terhadap financial distress?.
4. Bagaimanakah
pengaruh Rasio pertumbuhan
laba bersih terhadap pertumbuhan total asset (NI/TA) terhadap
financial distress?.
1.3 Tujuan Pemelitian.
Tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah :.
1. Menganalisis pengaruh Rasio asset lancar
terhadap hutang lancar (CA/CL) terhadap
financial distress.
2. Menganalisis
pengaruh Rasio laba
bersih terhadap penjualan
(NI/Sales) terhadap financial
distress.
3. Menganalisis
pengaruh Rasio hutang
lancar terhadap total
aset (CL/TA) terhadap financial distress.
4. Menganalisis
pengaruh Rasio pertumbuhan
laba bersih terhadap pertumbuhan total asset (NI/TA) terhadap
financial distress.
1.4
Manfaat Penelitian.
Manfaat dari penelitian ini:.
1. Bagi
investor, penelitian ini
dapat sebagai bahan
masukan dan bahan informasi dalam
melakukan investasi pada
perusahaan dalam rangka menghindari kebangkrutan.
2. Bagi
manajemen, penelitian ini
dapat digunakan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan
agar dapat terhindar dari kondisi financial distress.
3. Bagi
akademisi memberi ilmu
pengetahuan tentang rasio
keuangan apa saja
yang berpengaruh terhadap
kondisi financial distress
sehingga hasil penelitan
ini dapat digunakan
sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya.
Skripsi Ekonomi: Analisis Prediksi Rasio Keuangan Terhadap Financial Distress Pada Industri Textile Dan Garment Yang Terdaftar Di Bei Tahun2008–2011
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi