Senin, 10 November 2014

Skripsi Ekonomi: Pengaruh book tax differences terhadap persistensi laba

  BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang.
Skripsi Ekonomi: Pengaruh book tax differences terhadap persistensi laba
Laba  merupakan  salah  satu  pertimbangan  bagi  investor  untuk  menanamkan  dananya  pada  suatu  perusahaan.  Apabila  perusahaan  setiap  tahun  selalu  memperoleh  laba  yang  cukup  besar  serta  mampu  membagikan  deviden setiap tahunnya kepada pemegang saham, maka perusahaan tersebut  akan mampu menarik minat investor untuk menginvestasikan dananya pada  perusahaan tersebut.

Pentingnya informasi tentang laba bagi investor sering dimanfaaatkan  oleh  manajemen  untuk  merekayasa  laba  yang  dilaporkan  dalam  laporan  keuangan,  hal  ini  terjadi  karena  keterbatasan  informasi  yang  diperoleh  oleh  calon investor. Sedangkan manajemen yang merupakan pihak yang membuat  laporan  keuangan  tersebut  sangat  mengetahui  kondisi  perusahaan  yang  sebenarnya. Akibat adanya  kesenjangan tersebut maka memungkinkan pihak  manajemen  untuk  merekayasa  laba  yang  mereka  laporkan  dalam  laporan  keuangan.  Apabila  laba  yang  dilaporkan  adalah  hasil  rekayasa  manajemen,  maka  laba  tersebut  dinilai  mempunyai  kualitas  yang  rendah.  Laba  yang  berkualitas  adalah  laba  yang  yang  dapat  mencerminkan  kelanjutan  laba  (sustainable earning)  di masa depan yang ditentukan oleh komponen akrual  dan  kas,  selain  itu  juga  dapat  mencerminkan  kinerja  keuangan  perusahaan  yang sesungguhnya (Wijayanti, 2006).
  Kesalahan  dalam  prediksi  dilakukan  atau  tidaknya  manajemen  laba  oleh suatu perusahaan dapat menyebabkan kesalahan dalam menilai kualitas  laba  perusahaan,  sehingga  akan  menyebabkan  bias  dalam  penilaian  kinerja  perusahaan. Healy dan  Wahlen (1999) menggunakan perspektif opertunistik  menyebutkan bahwa tujuan manajer melakukan manajemen laba adalah untuk  menyesatkan  stakeholder  atas  kinerja  perusahaan  atau  untuk  mempengaruhi  tujuan  tertentu  perusahaan  didasarkan  pada  angka-angka  laporan  keuangan.
Hal  ini  mengandung  pengertian  bahwa  apabila  suatu  perusahaan  dianggap  melakukan manajemen laba oleh perusahaan akan memberikan sinyal negatif  mengenai  kinerja  perusahaan  tersebut.  Oleh  karena  itu  kesalahan  model  akrual dalam mendeteksi dilakukannya manajemen laba oleh perusahaan akan  mempengaruhi penilaian stakeholder atas kinerja perusahaan.
Informasi-informasi  yang  terdapat  dalam  laporan  keuangan  yang  menjadi  sumber  pengambilan  keputusan  oleh  para  penggunanya  seharusnya  memberikan  gambaran  kinerja  perusahaan  yang  sesungguhnya.  Informasi  keuangan  dikatakan  lebih  berguna  jika  memenuhi  kualifikasi  relevance  dan  reliability.  Informasi  dikatakan  relevance  jika  dapat  memberikan  perbedaan  dalam pengambilan keputusan, dan dikatakan  reliable  jika informasi tersebut  dapat diversifikasi serta mengungkapkan kebenaran serta bebas dari error dan  bias.  Namun, tidak jarang laporan keuangan itu menjadi tidak  relevance  dan  reliable  karena adanya tindakan manipulasi informasi laporan keuangan yang  dilakukan  dengan  menaikkan  laba  yang  dilaporkan  dengan  praktik  manajemen laba.
  Manajemen perusahaan melakukan hal tersebut untuk memaksimalkan  laba  yang  dihasilkan  oleh  perusahaan  sehingga  kinerja  perusahaan  tampak  baik bagi stakeholder. Menurut Martinez (2008), laba bersih adalah salah satu  produk  yang  paling  penting  dari  akuntansi,  namun  hasil  ini  rentan  terhadap  penyesuaian diskresioner yang memiliki sedikit atau tidak ada hubungannya  dengan kenyataan perusahaan.
Darraough  (2003)  menunjukkan  arti  pentingnya  laba  dengan  menyatakan  bahwa  perusahaan  memberikan  laporan  keuangan  kepada  stakeholder,  dengan  tujuan  untuk  memberikan  informasi  yang  relevan  dan  tepat  waktu  agar  berguna  dalam  pengambilan  keputusan,  investasi,  monitoring,  penghargaan  kinerja,  dan  pembuatan  kontrak.  Agar  dapat  memberikan informasi yang handal laba harus persisten. Laba yang persisten  jika  laba  tahun  berjalan  dapat  menjadi  indikator  yang  baik  untuk  laba  perusahaan di masa yang akan datang (Fanani, 2010).
Persistensi  laba  merupakan  salah  satu  komponen  nilai  prediksi  laba  dalam menentukan  kualitas laba, dan persistensi laba tersebut ditentukan oleh  komponen  akrual  dan  aliran  kas  dari  laba  sekarang,  yang  mewakili  sifat  transitori  dan  permanen  laba  (Sloan,  1996).  Persisitensi  laba  menjadi  pusat  perhatian bagi para pengguna laporan keuangan,  khusunya bagi mereka yang  mengharap  persistensi  laba  yang  tinggi.  Penman  (2001),  mengungkapkan  bahwa  laba  yang  persisten  adalah  laba  yang  dapat  mencerminkan  keberlanjutan laba (substainable earning) di masa depan.
  Salah  satu  isu  yang  berkembang  mengenai  analisis  peraturan  perpajakan yang menarik banyak perhatian adalah  book tax differences  yaitu  perbedaan  antara  pendapatan  kena  pajak  menurut  peraturan  perpajakan  dan  pendapatan  sebelum  kena  pajak  menurut  standar  akuntansi.  Peraturan  perpajakan dan akuntansi  memiliki tujuan yang berbeda sehingga perbedaan  tersebut  muncul  hampir  di  semua  negara.  Terjadinya  fenomena  book  tax  differences  ini menimbulkan peluang terjadinya manajemen laba dan kualitas  laba  perusahaan.  Perbedaan  antara  laba  akuntansi  dan  laba  fiskal  (book  tax  differences)  dapat  memberikan  informasi  mengenai  kualitas  laba  (Tang,  2006).
Hanlon  dan  Heitzman  (2010)  menyebutkan  tema  book tax differences  sebagai  topik  penelitian yang penting  dan menjanjikan  di  bidang perpajakan dalam  literatur  internasional,  alasannya  adalah  perbedaan  antara  laba  akuntansi  dan  laba  fiskal   merupakan  indikator  yang  relevan  dari  kualitas  laba.
Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book tax differences)  dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba  (Lev dan Nissim, 2004).
Hal  ini  didasari  karena  karena  adanya  peraturan  yang  lebih  ketat  dalam  menentukan  laba  fiskal,  dibandingkan  dengan  laba  komersial  sehingga  perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal dapat memberikan informasi  tentang manajemen discretion dalam proses akrual (Wijayanti, 2006).
Seida (2002) menyatakan bahwa laba fiskal dapat digunakan sebagai  benchmark  untuk  mengevaluasi  laba  akuntansi.  Apabila  angka  laba  diduga    oleh  publik  sebagai  hasil  rekayasa  manajemen,  maka  angka  laba  tersebut  dinilai  mempunyai  kualitas  rendah,  dan  konsekuensinya  adalah  publik  akan  merespon  negatif  angka  laba  yang  dilaporkan  tersebut.  Philips,  Pincus  dan  Rego  (2003)  menemukan  bahwa  beban  pajak  tangguhan  dan  akrual  secara  signifikan  dapat  mendeteksi  manajemen  laba  yang  dilakukan  perusahaan  dengan tujuan menghindari kerugian dan penurunan laba.
Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book tax differences)  dapat  memberikan  informasi  tentang  laba  periode  sekarang.  Book  tax  differences  dapat menggambarkan diskresi manajemen dalam proses  akrual,  diantaranya  rasio  laba  sebelum  pajak  dibagi  laba  fiskal  dapat  mengukur  konservatisma  akuntansi  (Revsine  et  al.,  1999),  semakin  besar  selisih  laba  akuntansi  dan  laba  fiskal  mencerminkan  red-flag  bagi  pengguna  laporan  keuangan  (Palepu et al., 2000), dan  perbedaan antara laba akuntansi dan laba  fiskal dapat mendeteksi core expenses (Penman, 2001).
Persistensi  laba  digunakan  untuk  menilai  kualitas  laba  karena  persistensi  laba  mengandung  unsur  nilai  predictive  value  sehingga  dapat  digunakan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi kejadian-kejadian  di masa lalu, sekarang dan masa depan. Besarnya perbedaan laba akuntansi  dengan laba kena pajak dianggap sebagai sinyal kualitas laba. Semakin besar  perbedaan  yang  terjadi,  semakin  rendah  kualitas  laba  yang  artinya  akan  semakin rendah persistensinya Jonas dan Blanchet (2000). Terkait dengan hal  ini, Hanlon (2005) menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki  perbedaan  temporer  kena  pajak  besar  cenderung  memiliki  pre-tax  income    yang  tidak  persisten.  Ia  juga  membuktikan  bahwa  perusahaan-perusahaan  tersebut  memiliki  komponen  akrual  yang  menyebabkan  pre-tax  income  menjadi kurang persisten di masa mendatang.
Laba  yang  dihasilkan  perusahaan  terdiri  dari  dua  komponen,  yaitu  komponen akrual dan komponen arus kas. Komponen akrual mewakili sifat  transitori laba dan  komponen arus mewakili sifat permanen laba. Komponen  transitori  merupakan  komponen  yang  hanya  berpengaruh  pada  periode  tertentu,  terjadinya  tidak  persisten  atau  terus-menerus,  dan  mengakibatkan  angka  laba/rugi  yang  dilaporkan  dalam  laporan  laba/rugi  befluktuasi  (Wijayanti,  2006).  Apabila  laba  yang  dihasilkan  perusahaan  sebagian  besar  dari  komponen  akrual  maka  akan  menyebabkan  persistensi  laba  semakin  rendah.
Hanlon  (2005)  mengungkapkan  bahwa  terdapat  pengaruh  perbedaan  antara laba akuntasi dengan laba  fiskal terhadap persistensi laba. Perbedaan  antara laba akuntansi dengan laba fiskal dapat dibagi menjadi tiga yaitu, large  positive book tax differences,  large negative book tax differences, dan  small  book  tax  differences.  Hasil  penelitian  Hanlon  (2005)  menyimpulkan  bahwa  perusahaan  dengan  large  positive  (negative)  book  tax  differences  signifikan  secara statistik mempunyai persistensi laba lebih rendah daripada perusahaan  dengan small book tax differences.
Hasil  penelitian  Wijayanti  (2006)  menyimpulkan  bahwa  perusahaan  dengan  large  positive  (negative)  book  tax  differences  signifikan  secara    statistik  memiliki  persistensi  laba  akuntansi  yang  lebih  rendah  dari  perusahaan dengan small book tax differences.
Hasil  penelitian  Wiryandari  dan  Yulianti  (2009)  menyimpulkan  bahwa perusahaan dengan  book tax differences besar akan memiliki laba dari  satu periode ke periode ke depan yang kurang persisten dibanding perusahaan  dengan  book tax differences  kecil. Hasil penelitian Djamaluddin, dkk (2008)  menyimpulkan bahwa perusahaan dengan  large positive (negative) book tax  differences  tidak  terbukti  secara  statistik  mempunyai  persistensi  laba  akuntansi lebih rendah dari perusahaan dengan small book tax differences dan  juga meyimpulkan bahwa perusahaan dengan  large positive (negative) book  tax  differences  tidak  signifikan  secara  statistik  mempunyai  persistensi  laba  lebih rendah yang disebabkan oleh komponen akrualnya daripada perusahaan  dengan small book tax differences.
Penelitian  ini  mereplikasi  penelitian  Hanlon  (2005)  dan  Wijayanti  (2006), yaitu menguji apakah book tax differences berpengaruh secara negatif  terhadap  persistensi  laba.  Dengan  kata  lain,  semakin  besar  book  tax  differences,  maka  persistensi  laba  semakin  rendah.  Penelitian  ini  menguji  apakah  perusahaan  dengan  large  postive  (negative)  book  tax  differences  mempunyai  persistensi  laba  lebih  rendah  dibandingkan  dengan  perusahaan  dengan small book tax differences.
Perbedaan  penelitian  ini  dengan  penelitian  sebelumnya  adalah  selain  periode  tahun  penelitiannya  yang  berbeda,  penelitian  ini  hanya  fokus  pada  large  positive  (negative)  book  tax  differences  dengan  small  book  tax    differences.  Penelitian  ini  tidak  memperluas  pengaruh  akrual  dan  arus  kas  dalam  persistensi  laba.  Selain  itu,  dalam  penelitian  juga  tidak  memperluas  peranan  book  tax  differences  sebagai  penentu  kualitas  laba  terhadap  reaksi  pasar,  dikarenakan  harga  saham  belum  mampu  mencerminkan  laba  masa  depan berdasakan tingkat perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal. Hal  ini  dapat  diartikan  bahwa  investor  belum  mampu  membedakan  komponen laba dalam menentukan persistensi laba (Wijayanti, 2006).
Penelitian  ini  menggunakan  sampel  perusahaan  manufaktur  yang  terdaftar  dalam  Bursa  Efek  Indonesia  (BEI)  tahun  2008-2011.  Pemilihan  perusahaan  dalam  penelitian  ini  dikarenakan  perusahaan  manufaktur  tidak  dipengaruhi  secara  langsung  oleh  regulasi  pemerintah,  dimana  salah  satu  komponen  regulasi  pemerintah  yaitu  pajak,  serta  untuk  memudahkan  mengklasifikasi  item-item  yang  akan  diungkapkan.  Selain  itu,  perusahaan  manufaktur dianggap dapat menggeneralisasi kareakteristik perusahaan yang  terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Berdasarkan  uraian  latar  belakang  diatas,  maka  penelitian  ini  diberi  judul  “PENGARUH  BOOK  TAX  DIFFERENCES  TERHADAP  PERSISTENSI LABA“.

 Skripsi Ekonomi: Pengaruh book tax differences terhadap persistensi laba

Download lengkap Versi PDF

1 komentar:

  1. file nya tidak bisa di download.. boleh minta link baru? terimakasih sebelumnya

    BalasHapus

pesan skripsi