BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
Skripsi Ekonomi: Pengaruh book tax differences terhadap persistensi laba
Laba merupakan
salah satu pertimbangan
bagi investor untuk menanamkan dananya
pada suatu perusahaan.
Apabila perusahaan setiap tahun
selalu memperoleh laba
yang cukup besar
serta mampu membagikan deviden setiap tahunnya kepada pemegang saham,
maka perusahaan tersebut akan mampu
menarik minat investor untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut.
Pentingnya informasi tentang laba
bagi investor sering dimanfaaatkan oleh manajemen
untuk merekayasa laba
yang dilaporkan dalam
laporan keuangan, hal
ini terjadi karena
keterbatasan informasi yang
diperoleh oleh calon investor. Sedangkan manajemen yang
merupakan pihak yang membuat laporan keuangan
tersebut sangat mengetahui
kondisi perusahaan yang sebenarnya.
Akibat adanya kesenjangan tersebut maka
memungkinkan pihak manajemen untuk
merekayasa laba yang
mereka laporkan dalam
laporan keuangan. Apabila
laba yang dilaporkan
adalah hasil rekayasa
manajemen, maka laba
tersebut dinilai mempunyai
kualitas yang rendah.
Laba yang berkualitas
adalah laba yang
yang dapat mencerminkan
kelanjutan laba (sustainable earning) di masa depan yang ditentukan oleh komponen
akrual dan kas,
selain itu juga
dapat mencerminkan kinerja
keuangan perusahaan yang sesungguhnya (Wijayanti, 2006).
Kesalahan dalam prediksi
dilakukan atau tidaknya
manajemen laba oleh suatu perusahaan dapat menyebabkan
kesalahan dalam menilai kualitas laba perusahaan,
sehingga akan menyebabkan
bias dalam penilaian
kinerja perusahaan. Healy
dan Wahlen (1999) menggunakan perspektif
opertunistik menyebutkan bahwa tujuan manajer
melakukan manajemen laba adalah untuk menyesatkan stakeholder
atas kinerja perusahaan
atau untuk mempengaruhi tujuan
tertentu perusahaan didasarkan
pada angka-angka laporan
keuangan.
Hal ini
mengandung pengertian bahwa
apabila suatu perusahaan
dianggap melakukan manajemen laba
oleh perusahaan akan memberikan sinyal negatif mengenai
kinerja perusahaan tersebut.
Oleh karena itu
kesalahan model akrual dalam mendeteksi dilakukannya manajemen
laba oleh perusahaan akan mempengaruhi
penilaian stakeholder atas kinerja perusahaan.
Informasi-informasi yang
terdapat dalam laporan
keuangan yang menjadi
sumber pengambilan keputusan
oleh para penggunanya
seharusnya memberikan gambaran
kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Informasi keuangan
dikatakan lebih berguna
jika memenuhi kualifikasi
relevance dan reliability.
Informasi dikatakan relevance
jika dapat memberikan
perbedaan dalam pengambilan
keputusan, dan dikatakan reliable jika informasi tersebut dapat diversifikasi serta mengungkapkan
kebenaran serta bebas dari error dan bias. Namun, tidak jarang laporan keuangan itu
menjadi tidak relevance dan reliable karena adanya tindakan manipulasi informasi
laporan keuangan yang dilakukan dengan
menaikkan laba yang
dilaporkan dengan praktik manajemen laba.
Manajemen perusahaan melakukan hal tersebut untuk memaksimalkan laba
yang dihasilkan oleh
perusahaan sehingga kinerja
perusahaan tampak baik bagi stakeholder. Menurut Martinez
(2008), laba bersih adalah salah satu produk yang
paling penting dari
akuntansi, namun hasil
ini rentan terhadap penyesuaian diskresioner yang memiliki sedikit
atau tidak ada hubungannya dengan
kenyataan perusahaan.
Darraough (2003)
menunjukkan arti pentingnya
laba dengan menyatakan
bahwa perusahaan memberikan
laporan keuangan kepada stakeholder,
dengan tujuan untuk
memberikan informasi yang
relevan dan tepat
waktu agar berguna
dalam pengambilan keputusan,
investasi, monitoring, penghargaan
kinerja, dan pembuatan
kontrak. Agar dapat memberikan
informasi yang handal laba harus persisten. Laba yang persisten jika
laba tahun berjalan
dapat menjadi indikator
yang baik untuk
laba perusahaan di masa yang akan
datang (Fanani, 2010).
Persistensi laba
merupakan salah satu
komponen nilai prediksi
laba dalam menentukan kualitas laba, dan persistensi laba tersebut
ditentukan oleh komponen akrual
dan aliran kas
dari laba sekarang,
yang mewakili sifat transitori dan
permanen laba (Sloan,
1996). Persisitensi laba
menjadi pusat perhatian bagi para pengguna laporan
keuangan, khusunya bagi mereka yang mengharap
persistensi laba yang
tinggi. Penman (2001),
mengungkapkan bahwa laba
yang persisten adalah
laba yang dapat
mencerminkan keberlanjutan laba
(substainable earning) di masa depan.
Salah satu isu
yang berkembang mengenai
analisis peraturan perpajakan yang menarik banyak perhatian
adalah book tax differences yaitu perbedaan antara
pendapatan kena pajak
menurut peraturan perpajakan
dan pendapatan sebelum
kena pajak menurut
standar akuntansi. Peraturan perpajakan dan akuntansi memiliki tujuan yang berbeda sehingga
perbedaan tersebut muncul
hampir di semua
negara. Terjadinya fenomena
book tax differences
ini menimbulkan peluang terjadinya manajemen laba dan kualitas laba
perusahaan. Perbedaan antara
laba akuntansi dan
laba fiskal (book
tax differences) dapat
memberikan informasi mengenai
kualitas laba (Tang, 2006).
Hanlon dan
Heitzman (2010) menyebutkan
tema book tax differences sebagai
topik penelitian yang
penting dan menjanjikan di bidang
perpajakan dalam literatur internasional, alasannya
adalah perbedaan antara
laba akuntansi dan
laba fiskal merupakan
indikator yang relevan
dari kualitas laba.
Perbedaan antara laba akuntansi
dan laba fiskal (book tax differences) dapat
memberikan informasi mengenai kualitas laba
(Lev dan Nissim, 2004).
Hal ini
didasari karena karena
adanya peraturan yang
lebih ketat dalam menentukan laba
fiskal, dibandingkan dengan
laba komersial sehingga perbedaan antara laba akuntansi dan laba
fiskal dapat memberikan informasi tentang
manajemen discretion dalam proses akrual (Wijayanti, 2006).
Seida (2002) menyatakan bahwa
laba fiskal dapat digunakan sebagai benchmark untuk
mengevaluasi laba akuntansi.
Apabila angka laba
diduga oleh publik
sebagai hasil rekayasa
manajemen, maka angka
laba tersebut dinilai
mempunyai kualitas rendah,
dan konsekuensinya adalah
publik akan merespon
negatif angka laba
yang dilaporkan tersebut.
Philips, Pincus dan Rego (2003)
menemukan bahwa beban
pajak tangguhan dan
akrual secara signifikan
dapat mendeteksi manajemen
laba yang dilakukan
perusahaan dengan tujuan
menghindari kerugian dan penurunan laba.
Perbedaan antara laba akuntansi
dan laba fiskal (book tax differences) dapat memberikan
informasi tentang laba
periode sekarang. Book
tax differences dapat menggambarkan diskresi manajemen dalam
proses akrual, diantaranya
rasio laba sebelum
pajak dibagi laba
fiskal dapat mengukur konservatisma
akuntansi (Revsine et
al., 1999), semakin
besar selisih laba akuntansi dan
laba fiskal mencerminkan
red-flag bagi pengguna
laporan keuangan (Palepu et al., 2000), dan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal dapat mendeteksi core expenses (Penman,
2001).
Persistensi laba
digunakan untuk menilai
kualitas laba karena persistensi
laba mengandung unsur
nilai predictive value
sehingga dapat digunakan pengguna laporan keuangan untuk
mengevaluasi kejadian-kejadian di masa
lalu, sekarang dan masa depan. Besarnya perbedaan laba akuntansi dengan laba kena pajak dianggap sebagai sinyal
kualitas laba. Semakin besar perbedaan yang
terjadi, semakin rendah
kualitas laba yang
artinya akan semakin rendah persistensinya Jonas dan
Blanchet (2000). Terkait dengan hal ini,
Hanlon (2005) menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki perbedaan
temporer kena pajak
besar cenderung memiliki
pre-tax income yang
tidak persisten. Ia
juga membuktikan bahwa
perusahaan-perusahaan tersebut memiliki
komponen akrual yang
menyebabkan pre-tax income menjadi kurang persisten di masa mendatang.
Laba yang
dihasilkan perusahaan terdiri
dari dua komponen,
yaitu komponen akrual dan
komponen arus kas. Komponen akrual mewakili sifat transitori laba dan komponen arus mewakili sifat permanen laba.
Komponen transitori merupakan
komponen yang hanya
berpengaruh pada periode tertentu,
terjadinya tidak persisten
atau terus-menerus, dan
mengakibatkan angka laba/rugi
yang dilaporkan dalam
laporan laba/rugi befluktuasi (Wijayanti,
2006). Apabila laba
yang dihasilkan perusahaan
sebagian besar dari
komponen akrual maka
akan menyebabkan persistensi
laba semakin rendah.
Hanlon (2005)
mengungkapkan bahwa terdapat
pengaruh perbedaan antara laba akuntasi dengan laba fiskal terhadap persistensi laba. Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal dapat
dibagi menjadi tiga yaitu, large positive
book tax differences, large negative
book tax differences, dan small book
tax differences. Hasil
penelitian Hanlon (2005)
menyimpulkan bahwa perusahaan
dengan large positive
(negative) book tax
differences signifikan secara statistik mempunyai persistensi laba
lebih rendah daripada perusahaan dengan
small book tax differences.
Hasil penelitian
Wijayanti (2006) menyimpulkan
bahwa perusahaan dengan
large positive (negative)
book tax differences
signifikan secara statistik
memiliki persistensi laba
akuntansi yang lebih
rendah dari perusahaan dengan small book tax differences.
Hasil penelitian
Wiryandari dan Yulianti
(2009) menyimpulkan bahwa perusahaan dengan book tax differences besar akan memiliki laba
dari satu periode ke periode ke depan
yang kurang persisten dibanding perusahaan dengan
book tax differences kecil. Hasil
penelitian Djamaluddin, dkk (2008) menyimpulkan
bahwa perusahaan dengan large positive
(negative) book tax differences tidak
terbukti secara statistik
mempunyai persistensi laba akuntansi
lebih rendah dari perusahaan dengan small book tax differences dan juga meyimpulkan bahwa perusahaan dengan large positive (negative) book tax
differences tidak signifikan
secara statistik mempunyai
persistensi laba lebih rendah yang disebabkan oleh komponen
akrualnya daripada perusahaan dengan
small book tax differences.
Penelitian ini
mereplikasi penelitian Hanlon
(2005) dan Wijayanti (2006), yaitu menguji apakah book tax
differences berpengaruh secara negatif terhadap persistensi
laba. Dengan kata
lain, semakin besar
book tax differences,
maka persistensi laba
semakin rendah. Penelitian
ini menguji apakah
perusahaan dengan large
postive (negative) book
tax differences mempunyai
persistensi laba lebih
rendah dibandingkan dengan
perusahaan dengan small book tax
differences.
Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian
sebelumnya adalah selain periode
tahun penelitiannya yang
berbeda, penelitian ini hanya fokus
pada large positive
(negative) book tax
differences dengan small
book tax differences.
Penelitian ini tidak
memperluas pengaruh akrual
dan arus kas dalam persistensi
laba. Selain itu,
dalam penelitian juga
tidak memperluas peranan
book tax differences
sebagai penentu kualitas
laba terhadap reaksi pasar,
dikarenakan harga saham
belum mampu mencerminkan
laba masa depan berdasakan tingkat perbedaan antara laba
akuntansi dan laba fiskal. Hal ini dapat
diartikan bahwa investor
belum mampu membedakan
komponen laba dalam menentukan persistensi laba (Wijayanti, 2006).
Penelitian ini
menggunakan sampel perusahaan
manufaktur yang terdaftar
dalam Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun
2008-2011. Pemilihan perusahaan
dalam penelitian ini
dikarenakan perusahaan manufaktur
tidak dipengaruhi secara
langsung oleh regulasi
pemerintah, dimana salah
satu komponen regulasi pemerintah
yaitu pajak, serta
untuk memudahkan mengklasifikasi item-item
yang akan diungkapkan.
Selain itu, perusahaan manufaktur dianggap dapat menggeneralisasi
kareakteristik perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta.
Berdasarkan uraian
latar belakang diatas,
maka penelitian ini
diberi judul “PENGARUH
BOOK TAX DIFFERENCES
TERHADAP PERSISTENSI LABA“.
Skripsi Ekonomi: Pengaruh book tax differences terhadap persistensi laba
Download lengkap Versi PDF
file nya tidak bisa di download.. boleh minta link baru? terimakasih sebelumnya
BalasHapus