BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
Skripsi Ekonomi: Pengaruh Kepemimpinan Spiritual Pada Manajemen Karir Dan Produktivitas Dengan MeaningCalling Dan Membership Sebagai Pemediasi
Spiritualitas diakui
sebagai hal yang vital dalam
organisasi ketika telah terjadi
pergeseran dari paradigma lama ke paradigma baru dalam organisasi. Penelitian
yang dilakukan Mitroff, Denton, danAlpaslan(2008) menyatakan values based companies berdasar
Spiritualities based organization berdasarkan spiritual).
Sebuah pergeseran akan
kesadaran manajer dan karyawan
pada semua level organisasi mulai terjadi di mana mereka mencari sesuatu
yang lebih dari
pekerjaan, yaitu berupa makna,
tujuan akhir, serta pemenuhan
akan kebutuhan dalam pekerjaan mereka (Fry, 2003;Fry,Vitucci, Steve dan Cedillo., 2005 dan Fry
dan Matherly., 2006). Hal tersebut
membuktikan bahwa spiritualitas mendapatkan perhatian dalam dunia kerja, bahkan
yang lebih ideal
adalah organisasi harus
menaruh perhatian yang serius
terhadap spiritualitas(Rahmat,2011).
Ketika berbicara
mengenai spiritualitas bukanlah suatu religi seperti Islam,
Kristen, Yahudi, Budha,
dan agama lainya.
Tetapi semua itu
adalah jalan penting di mana
spiritualitas dialami dan dijalani secara historis (Mitroff et al., 2008).
Dari sudut pandang
spiritual, peran seorang
pemimpin adalah untuk memobilisasi kekuatan manusia yang
potensial dan memandu manusia di jalan
kesempurnaan merupakan tugas sangat mulia yang tidak mudah untuk dilakukan. Perkembangan spiritualitas di
tempat kerja tidak dapat diharapkan berkembang sendiri
tanpa adanya dukungan
dari pimpinan. Itu
sebabnya, wacana kepemimpinan
spiritual menjadi penting untuk dikemukakan.
Pandangan terhadap
kebutuhan akan perubahan
model kepemimpinan dinyatakan
oleh Fry (2003) bahwa,
sejak tahun 1980-an
mulai terjadi pergeseran
fokus dari teori
kepemimpinan behavioral contingency, yang mempelajari perilaku
pemimpin yang cocok
dengan situasi tertentu,
menuju kepemimpinan strategis
yang menekankan visi,
motivasi, dan pengendalian nilai-nilai
atau budaya di dalam
organisasi. Pernyataan Fry
ini didukung dengan maraknya penerbitan buku-buku teks
kepemimpinan yang mengupas tentang
kepemimpinan dan budaya
organisasi, kepemimpinan perusahaan berdasarkan
misi dan nilai-nilai,
dan artikel-artikel tentang spiritualitas
di tempat kerja dalam
jurnal-jurnal bisnis dan manajemen (Fry, 2003; Fry el al., 2005; Fry et al.,
2006 dan Avolio, Fred dan Weber., 2009). Pendapat lainnya mengenai
kepemimpinan spiritual menegaskan
bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki perasaan, keutuhan jiwa dan kemampuan
intelektual serta komitmen
pribadi dan integritas,
sebagai bentuk kecerdasan
spiritual yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi berbagai
tantangan (Pagu, 2002).
Fry (2003) adalah
peneliti pertama yang
mengintegrasikan gagasan spiritual
tempat kerja dan
kepemimpinan spiritual, yang
kemudian mengembangkan teori
kepemimpinan spiritual (Spiritual
Leadership).
Spiritual Leadership
Theory (SLT) menunjukkan bahwa
terdapat sebuah pengaruhpositif antara tempat kerja dan
kepemimpinan spiritual dengan nilai dan
sikap. Teori kepemimpinan spiritual berakar dalam hakiki model motivasi dimana
menggabungkan visi, hope/faith,
dan altruistic love yang menggambarkan efektivitaspemimpin.
Sedangkan penelitian
selanjutnya oleh Fry, et al
(2005) menyajikan penelitian kepemimpinan
spiritual dengan respondendari
pasukan angkatan udara
AS. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kepemimpinan spiritual secara
signifikan berpengaruh pada
komitmenorganisasi dan produktivitas karyawan.
Kepemimpinan spiritual bertujuan
untuk memuaskan kebutuhan dasar psikologi karyawan dari kelangsungan
hidup seperti keterpanggilan dan keanggotaan; menciptakan
penglihatan dan konsistensi
antara nilai-nilai lintas-organisasi yang
diberdayakan kelompok dan
individuyang akhirnya berkembang pada
tingkat tertinggi dari
keuntungan effisien, pertumbuhan manusia, dan kesejahteraan. Penelitian Fry et
al(2005) ini menginspirasi dan menjadi dasar
penelitian untuk masa
depan organisasi dari
kepemimpinan spiritual (Chen,
Chin-Yi,Chin-Yuan, danChun-I, 2012).
Dari berbagai penelitian (Hoog, 2001; Fry, 2003; Fry el al,
2005; Fry et al, 2006; dan Avolioet al, 2009) diketahui
bahwa pengembangan spiritualitas di tempat
kerja berpengaruh positif
terhadap sikap dan
perilaku kerja para pegawai, meliputi:
kepuasan kerja, komitmen,
motivasi, keterlibatan kerja, inovasi,
dan produktivitas. Hal-hal
tersebut sangat penting
bagi efektivitas organisasi
secara keseluruhan. Seorang
pemimpin harus mampu mengidentifikasi tujuan
dalam empat bidang
kehidupan: fisik, mental, sosial/emosional, dan
spiritual. Kemudian keempat
tujuan tersebut perlu diintegrasikan ke
dalam diri karyawan,
sehingga akhir tujuan
tersebut akan menimbulkan sebuah nilai abstrak berupa
kepuasan diri, yang pada akhirnya juga berdampak
positif bagi perkembangan
organisasi (Smith, 2001).
Dari konsep ini,
terlihat bahwa adanya
sebuah pengakuan akan
pentingnya nilai spiritualitas dalam organisasi.
Banyak orang
bekerja hanya untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi
dan status, bukan karena mencintai pekerjaan itu sendiri
dan menemukan makna hidup melalui
pekerjaannya. Menurut Fry
(2003), kepemimpinan spiritual merupakan kumpulan
nilai-nilai, sikap, dan
perilaku yang diperlukan
untuk memotivasi diri sendiri
maupun orang lain secara intrinsik, sehingga masingmasing memiliki
perasaan survival yang bersifat
spiritual melalui keanggotaan
dan keterpanggilan. Ketikafungsi
motivasi intrinsik ini
dapat bekerja dengan
baik, setiap pegawai
akan mengalami suatu
perasaan terpanggil dan
terlibat dalam suatu
organisasi yang pada
akhirnya akan meningkatkan kinerja (Fry, 2003dan Fry et al,
2005).
Melalui kepemimpinan
spiritual, suatu budaya
organisasi yang berdasarkan altruistic love(tanpa pamrih) akan
terbentuk sebagaimana yang disampaikan
Tobroni (2010) bahwa
di tengah krisis
kepercayaan kepemimpinan suatu
negara, muncul gaya kepemimpinan Spiritual.
Chen et al(2012) melakukan
penelitian tentang pengaruh kepemimpinan spritual pada produktivitas dan
manajemen karir menunjukkan pengaruh positif dengan
responden dari tiga
bidang industri yaitu
manufaktur, pelayanan, dan
keuangan-perbankan di China dan
Taiwan dengan mempertimbangkan adanya
pengaruh budaya yang
mungkin dapat mempengaruhi hasil organisasi. Penelitian
tersebut dilakukan karena melihat bahwa dalam
banyak litelatur tentang
spiritualitas mengambil subyek penelitian
di benua Eropadan
Amerika sedangkan untuk
benua Asia baru dilakukan di
India, China, dan
Taiwan (Asmosh dan Duchon., 2000; Bradbery,
Martin, Hauen, Segal, Green,
Duncan, Kodatt, Brymer, Gray
dan Tonia., 2011; Fry et al.,
2005; Karakas, 2010; Mitroff et al., 2008 dan Reave, 2005; Chen et al, 2012).
Di Indonesia setelah tahun 2000-an, semakin
banyak ahli yang meneliti tentang perlunya nilai-nilai spiritual
ditumbuhkembangkan dalam manajemen dan budaya
organisasi (Rahmat, 2011),
seperti karya Johanes
Pagu (2002) tentang
EQ dalam Kepemimpinan,
Tobroni (2010) tentang
Spiritual Kepemimpinan Problem
Solver Krisis, dan Ihsan Rahmat
(2011) tentang Manajemen Islam.
Penelitian ini merupakan
replikasi parsial dari
penelitian Chen et al (2012) yang
berfokus pada pengaruh
kepemimpinan spiritual pada manajemen karir dan produktivitas
denganmeaning/ callingdan membership sebagai pemediasi. Penelitian tersebut
bersumber pada konsep SLT (Spiritual Leadership
Theory)yang dikemukakan oleh Fry (2003).
Isu mengenai spiritualitas di
tempat kerja ini tentu sangat berarti. Hal ini dapat menjadi alternatif dari model birokrasi
yang sudah terbukti tidak efektif.
Birokrasi yang
banyak diterapkan pada organisasi
pemerintah cenderung berorientasi pada standardisasi, formalisasi,
dan sentralisasi. Manakala fungsi motivasi
ini dapat bekerja dengan baik, setiap pegawai akan mengalami suatu perasaan terpanggil, suatu bentuk hubungan
dengan tugas/pekerjaan. Melalui kepemimpinan
spiritual, suatu budaya organisasi yang berdasarkan altruistik love(tanpa pamrih) akan terbentuk. Imbasnya,
perilaku birokrasi yang rentan dengan budaya
mencari untung (rent
seeking behaviour) dapat
dihilangkan (Rahmat, 2011).
Perilaku pemimpin
yang kurang baik
akhir-akhir ini, menimbulkan terjadinya krisis kepercayaan terhadap
pemimpin (suaramerdeka.com, 12 Mei 2012). Pemimpin
yang seharusnya menjadi
pelindung, pengarah dan memotivasi bawahan
sekarang ini langka
untuk dijumpai. Banyaknya kasus korupsi yang membelit kepala daerah,selaku pemimpin
publik di daerahnya masing-masing, dari
524 kepala daerah
(propinsi, kabupaten dan
kota), 173 kepala daerah diantaranya tersangkut kasus
korupsi. Di Kemendagri tercatat, 70 %
dari mereka terbukti
bersalah dan masuk
bui (suaramerdeka.com, 12 Mei 2012). Ini
membuktikan rendahnya mental
para pemimpin. Seorang pemimpin yang baik bisa memberi contoh pada
bawahan bagaimana melayani publik dengan
baik. Atau bisa
dikatakan hakikat dari
kepemimpinan adalah suatu kegiatan memengaruhi orang lain agar
orang tersebut dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Hal
ini sama seperti
yang diungkapkan oleh
Raffey (2011), bahwa
dengan manajemen dan kepemimpinan
yang baik dapat mempengaruhi pelayanan publik.
Pemilihan pegawai negeri sipil di
lingkungan PemkabSukoharjo sebagai responden penelitian
ini didasarkan pada
kenyataan di lapangan
bahwa spiritualitas memegang
peranan penting ketika seseorang melakukan interaksi dengan
sesamanya, termasuk dalam
menjalankan pekerjaan untuk
melayani publik. Seorang
pegawai negeri sipil
dapat memberikan pelayanan
publik dengan baik
tentunya membutuhkan dukungan
dari seorang pemimpin.
Hal ini juga
dirasakan oleh pemerintah
kabupaten Sukoharjo dimana kepemimpinan
spiritual akan menunjang
peningkatan organizational outcomes.Hal
ini terlihat dari visi bupati dan wakil bupati Sukoharjo periode 2010-2015
untuk mewujudkanmasyarakat Sukoharjo
yang sejahtera, maju, dan bermatabat
didukung pemerintahan yang
profesional. Kemudian poin untuk dukungan
pemerintahan yang profesional
tertuang dalam misi membangun manajemen pemerintahan yang
profesional, bersih dan
yang berbasis pada pelayanan masyarakat(sukoharjokab.go.id). Berdasarkan
latar belakang yang
telah diuraikan mengenai
kepemimpinan spiritualitas dan pengaruhnya
terhadap hasil organisasi karyawan pada pemerintah Kabupaten Sukoharjo,
selanjutnya penelitian ini
diberi judul: PENGARUH KEPEMIMPINAN
SPIRITUAL PADA MANAJEMEN
KARIR DAN PRODUKTIVITAS DENGAN
MEANING/CALLING DAN MEMBERSHIP
SEBAGAI PEMEDIASI Pegawai Negeri Sipil Kabupaten Sukoharjo).
B.Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan, permasalahan yang dirumuskan dalam penelitianiniadalah sebagai
berikut:.
1. Apakahkepemimpinan spiritual
berpengaruhpositif padameaning/calling karyawan?.
2. Apakah kepemimpinan
spiritual berpengaruh positif pada membership karyawan?.
3. Apakahmeaning/calling berpengaruh
positif pada manajemen
karir dan produktivitas karyawan?.
4. Apakah membershipberpengaruh positif
pada manajemen karir
dan produktivitas karyawan?.
5. Apakah
meaning/callingmemediasipengaruh kepemimpinan spritualpada manajemen karir dan
produktivitas karyawan?.
6.
Apakahmembershipmemediasipengaruh
kepemimpinan spritual pada manajemen
karir dan produktivitas karyawan?.
C. TujuanPenelitian.
Penelitian ini
bertujuanuntukmengetahui pengaruh yangditimbulkan antara kepemimpinan
spriritual, meaning/calling, membership pada manajemen karir dan produktivitassebagai
berikut:.
1. Untuk mengetahui
dan menganalisis pengaruh
kepemimpinan spiritual pada meaning/calling karyawan.
2. Untuk mengetahui
dan menganalisis pengaruh
kepemimpinan spiritual padamembershipkaryawan.
3. Untuk mengetahui
dan menganalisis pengaruh
meaning/calling pada manajemen karir dan
produktivitas karyawan.
4. Untuk mengetahui
dan menganalisis pengaruh membership pada manajemen karir dan produktivitas karyawan.
5. Untuk mengetahui
dan menganalisis apakah meaning/callingmediasi pengaruh
kepemimpinan spritualpada manajemen karir dan produktivitas karyawan.
6. Untuk mengetahui dan
menganalisis apakah membershipmediasipengaruh kepemimpinan spiritual pada manajemen karir
dan produktivitas karyawan.
D.ManfaatPenelitian.
Hasil penelitianini
diharapkandapat memberikanmanfaat, baik secara praktis dan akademis,
antaralain:.
1.Manfaat Praktis.
a.Bagi Pemerintah Memberikan
gambaran baru dinamika organisasi yang menekankansoft skillmengenai spiritualitas kepada
pemimpin daerah melalui program kerja yang mampu
memberikanpandanganbaru dan pola pikir pegawai
negeri sipil untuk
bekerja dengan didasari spiritualitas kerja.
b.Bagi Organisasi Memberikan pengetahuan
mengenai kepemimpinan spiritual
pada pemimpin/ketua organisasi
danmeaning/calling dan membership.
2.Manfaat Akademis.
a. Bagi Penulis Menambah wawasan
dan khasanah ilmu
pengetahuan terkait pengembangan
sumber daya manusia khususnyamanajemen karir dan produktivitas melalui kepemimpinan
spiritual dan meaning/calling dan membershipyangdifokuskan padapegawai
negeri sipil.
b. Bagi Peneliti Lain Menjadi
bahan rujukan penelitian-penelitian yang akan datang dengan topik sejenis.
Skripsi Ekonomi: Pengaruh Kepemimpinan Spiritual Pada Manajemen Karir Dan Produktivitas Dengan MeaningCalling Dan Membership Sebagai Pemediasi
Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi