Rabu, 12 November 2014

Skripsi Ekonomi: Pengaruh Workplace Bullying Pada Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, Dan Niat Untuk Berpindah Dengan Strain Sebagai Variabel Mediasi

  BAB I.
PENDAHULUAN.
A. LATAR BELAKANG.
Skripsi Ekonomi: Pengaruh Workplace Bullying Pada Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, Dan Niat Untuk Berpindah Dengan Strain Sebagai Variabel Mediasi
Pembangunan  perekonomian  di  Indonesia  tidak  bisa  lepas  dari  proses  transformasi  struktural  yang  terjadi  dalam  beberapa  tahun  terakhir.  Proses  transformasi ini tercermin dalam pergeseran struktur ekonomi yang berawal dari  sektor  primer  dari  waktu  ke  waktu  mulai  bergeser  ke  sektor  sekunder  dan  dari  sektor  sekunder  menuju  ke  sektor  tersier.  Dengan  kata  lain,  aktivitas  ekonomi  yang  pada  mulanya  berbasiskan  sumber  daya  alam  (seperti  pertanian  dan  pertambangan/penggalian)  kontribusinya  bagi  perekonomian  nasional  dirasa  sudah jauh menurun, dan mulai tergantikan dengan perkembangan sektor industri  (industri pengolahan/manufaktur, listrik, gas, air, dan bangunan) dan sektor jasajasa  (perdagangan,  hotel,  restoran,  transportasi  dan  komunikasi,  perbankan,  pemerintahan dan jasa-jasa lainnya) dalam perekonomian (Ayu, 2010).

Industri manufaktur telah tumbuh menjadi sektor penopang utama dalam  perekonomian  di  berbagai  negara,  termasuk  Indonesia.  Industri  manufaktur  diharapkan  mampu  memberi  kontribusi  yang  besar  terhadap  Produk  Domestik  Bruto  (PDB).  Namun  semenjak  krisis  ekonomi  pada  tahun  1998,  industri  manufaktur  sebagai  sektor  vital  dalam  perekonomian  Indonesia  justru  terus  menunjukkan  kinerja  yang  semakin  merosot  (Wibowo,  2008).  Kurang  kondusifnya lingkungan usaha memiliki implikasi besar terhadap  penurunan daya  saing  ekonomi  nasional,  terutama  bagi  sektor  industri  manufaktur  yang  merupakan  salah  satu  motor  bagi  pertumbuhan  ekonomi.  Menurut  International  Institute  for  Management  Development  (IMD)  dalam  World  Competitiveness    Report  2004  dalam Wibowo (2008),  daya saing  (competitiveness)  perekonomian  Indonesia hanya  berada pada urutan ke-58 dari 60 negara yang diteliti.  Keadaan  ini mendorong perusahaan-perusahaan  yang bergerak di sektor manufaktur untuk  segera mempercepat kinerja mereka dengan meningkatkan produktivitasnya.
Industri manufaktur  yang dikenal sebagai sektor padat modal senantiasa  berorientasi  untuk  mampu  meningkatkan  produktivitas  semaksimal  mungkin,  namun  dengan  menggunakan  sumber  daya  yang  seminimal  mungkin,  termasuk  sumber  daya  manusia  yang  dimiliki  oleh  perusahaan.  Pada  situasi  ini  terdapat  interaksi  yang  cukup  rawan  akan  terjadi  konflik,  dimana  perusahaan  cenderung  menuntut  kinerja  karyawan  yang  sebaik  mungkin  tanpa  memikirkan  keadaan  personal  karyawannya.  Sims  dan  Sun  (2012)  telah  mengamati  interaksi  lingkungan  kerja  ini  pada  karyawan  manufaktur  di  China,  dimana  tuntutan  perusahaan  agar  karyawannya,  terutama  yang  masih  berusia  muda,  agar  dapat  bekerja dengan maksimal meskipun penuh dengan tekanan, mampu memunculkan  perlakuan kasar atau bullying dari supervisor ke bawahannya.
Undang-undang  tenaga  kerja  di  Indonesia  secara  umum  telah  mendefinisikan  hak  dan  kewajiban  yang  sama-sama  dimiliki  baik  oleh  pekerja  maupun  penyedia  pekerjaan.  Beberapa  diantaranya  adalah  Undang-Undang  Republik Indonesia  Nomor 21  Tahun 1999 tentang Pengesahan  ILO Convention  No.111  Concerning  Discrimination  in  Respect  of  Employment  and  Occupation  (Konvensi  ILO  Mengenai  Diskriminasi  dalam  Pekerjaan  dan  Jabatan)  yang  mengatur mengenai larangan untuk melakukan segala macam bentuk diskriminasi dan  Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor  13  tahun  2003  tentang  Ketenagakerjaan yang mengatur mengenai berbagai macam perlindungan seperti    jaminan kesehatan, sosial, dan upah. Akan tetapi, yang masih menjadi perhatian  adalah  belum  adanya  hukum  maupun  undang-undang  di  Indonesia  yang  secara  spesifik  mengatur  dan  menangani  mengenai  interaksi  personal  antara  karyawan  dengan atasannya yang cenderung mengarah kepada perilaku bullying. Kurangnya  perlindungan  yang  spesifik  terhadap  para  karyawan  mengenai  pelecehan  verbal  dan  perilaku  bullying  memang  masih  sering  terjadi  di  negara  berkembang  (Harvey,  et  al  dalam  Sims  dan  Sun  ,  2012).  Peluang  inilah  yang  menjadikan  lingkungan  kerja  di  Indonesia  menjadi  lahan  subur  untuk  munculnya  peristiwa  workplace bullying di antara para karyawan dalam organisasi.
Fenomena  perilaku  workplace  bullying  mendapat  perhatian  melalui  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Taylor  (1977),  dimana  seorang  karyawan  yang  telah  menerima  perlakuan  kasar  oleh  seseorang,  tidak  menganggap  dirinya  sebagai korban dari bullying karena perlakuan tersebut telah berakar dan dianggap  biasa dalam organisasi.  Beberapa penelitian berikutnya memberi perhatian secara  lebih  mendalam  pada  fenomena  ini,  sebagai  contoh  adalah  penelitian  yang  dilakukan  untuk  mengetahui  praktek  workplace  bullying  pada  perusahaan  yang  bergerak  dalam  bidang  travel,  di  New  Zealand  (Bentley  et  al.  2011)  .  Bloisi  &  Hoel (2008) juga melakukan penelitian mengenai munculnya perilaku kasar yang  dapat  dikategorikan  dalam  workplace  bullying  terhadap  para  karyawan  yang  bekerja  di  industri  perhotelan,  terutama  mereka  yang  bekerja  sebagai  chef.
Perusahaan-perusahaan  yang  sudah  memasuki  pasar  global  juga  menjadi  lahan  subur dengan memberikan peluang  yang lebih besar untuk terjadinya  workplace  bullying  karena  kondisi  perusahaan  yang  terkait  dengan  cross-culture  dan  lainlain (Harvey, Treadway, & Heames, 2006). Penelitian menunjukkan secara umum    8%  -  25%  karyawan  di  USA  dilaporkan  telah  mengalami  perlakuan  yang  tidak  diinginkan  dari  pelaku  bullying  dalam  perusahaannya.  (Wheeler,  Halsbesben,  &  Shanine, 2010).
Bullying  dapat menimbulkan dampak  yang cukup parah terhadap pribadi  korban,  dimana  korban  bullying  mengalami  kepuasan  kerja  yang  rendah,  komitmen  yang  rendah  terhadap  organisasi,  meningkatnya  level  stres  yang  dialami, penyakit baik secara fisik maupun mental seperti depresi, kecenderungan  bunuh  diri,  dan  serangan  jantung,  serta  berdampak  pada  meningkatnya  jumlah  turnover dalam perusahaan. (Salin, 2003) Fenomena  workplace  bullying  tidak  hanya  menimbulkan  dampak  negatif  terhadap  korban  bullying  itu  secara  personal,  akan  tetapi  penelitian-penelitian  yang  terdahulu  juga  menunjukkan  bahwa  fenomena  bullying  tebukti  mampu  memunculkan efek negatif terhadap organisasi dan saksi  yang melihat peristiwa  bullying  tersebut. Vartia (2001) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa efek  negatif  dari  workplace  bullying  dapat  berdampak  pada  saksi  atau  orang  yang  melihat peristiwa bullying tersebut. Bullying berkontribusi memberikan hasil yang  negatif  terhadap  perusaahan  melalui  tingginya  tingkat  absensi  karyawan,  serta  besarnya tingkat voluntary turnover. ( Tepper, 2000 dalam J.L. Power  et al, 2011)  Biaya  yang  harus  ditanggung  perusahaan  untuk  menghadapi  tingginya  tingkat  turnover  bisa  menjadi  sangat  besar  ketika  baik  dari  pihak  korban  maupun  saksi  peristiwa bullying tersebut mengalami dampak yang negatif dan termotivasi untuk  mengundurkan diri dari perusahaan ( Vartia, 2001 ).
Workplace bullying  menjadi penyebab utama dari rasa stress atau tertekan  yang  jika  dilakukan  secara  terus  menerus  mampu  melukai  seorang  karyawan    secara psikologis dan memakan biaya besar bagi organisasi (Bentley et.al ,2011).
Einarsen dan Mikkelsen dalam Sims dan Sun (2012), melaporkan bahwa semakin  sering  seseorang  mengalami  maupun  menyaksikan  workplace  bullying  akan  mengakibatkan  penurunan  kepuasan  kerja  dan  meningkatnya  level  ketegangan  (strain).  Teori  yang  telah  ada  selama  ini,  memberikan  perbedaan  antara  ketegangan  (strain)  dan  stress.  Strain  merupakan  respon  secara  fisik  dan  emosional,  sedangkan  stress  merupakan  penyebab  dari  respon-respon  fisik  dan  emosional. Di tempat kerja, ada banyak tekanan maupun peristiwa, yang mungkin  memicu ketegangan (secara fisik maupun emosional) (Sims dan Sun, 2012). Efek  negatif  dari  stress  adalah  seperti  berkurangnya  efektivitas,  penurunan  kapasitas  dalam  bekerja,  berkurangnya  inisiatif  dan  semangat  dalam  bekerja,  pikiran  menjadi kaku, berkurangnya kepedulian terhadap organisasi dan rekan kerja, serta  hilangnya tanggung jawab (Fairbrother dan Warn, 2003).
Penelitian  yang  terdahulu  telah  menunjukkan  bahwa  workplace  bullying secara  langsung berkaitan dengan  kepuasan kerja,  kepuasan kerja  dan  niat untuk  berpindah.  Akan  tetapi,  Elangovan  (2001)  juga  telah  menemukan  hubungan  bahwa  strain  dapat  memediasi  pengaruh  antara  stressor  terhadap  menurunnya  kepuasan kerja dan komitmen organisasi. Sims dan Sun (2012), juga mengusulkan  untuk  menguji  pengaruh  stressor,  dimana  stressor  dalam  penelitian  ini  adalah  workplace  bullying,  terhadap  variabel  sikap  karyawan  yaitu  kepuasan  kerja  dan komitmen organisasi  serta  niat untuk berpindah.  Hal ini didasari oleh pemikiran  Sims  dan  Sun  (2012),  bahwa  pengaruh  workplace  bullying  pada  kepuasan  kerja dan  komitmen  organisasi  serta  niat  untuk  berpindah  yang  tidak  dimediasi  oleh  strain  akan  memunculkan  hasil  yang  berbeda  dengan  penelitian  yang  menguji    pengaruh  workplace bullying  pada  kepuasan kerja  dan  komitmen organisasi  serta  niat untuk berpindah  yang dimediasi oleh strain. Oleh karena itu, dalam penelitian  ini, variabel yang ditetapkan sebagai variabel mediator adalah strain.
Tujuan  dari  penelitian  ini  adalah  untuk  meneliti  interaksi  interpersonal  antara  karyawan  dengan  atasan,  bawahan,  maupun  karyawan  lain,  serta  untuk  menyelidiki  apakah  workplace  bullying  terkait  dengan  kepuasan  kerja  dan  komitmen  organisasi  serta  niat  untuk  berpindah  dari  pekerjaan  dan  tentu  saja  untuk  mengeksplorasi  sifat  pengaruh  ini  dengan  lebih  dalam,  khususnya  di  Indonesia.
Studi ini merupakan penelitian yang melakukan replikasi terhadap model  penelitian  terdahulu  yang  telah  dilakukan  oleh  Sims  dan  Sun  pada  tahun  2012  yang  berjudul  “Witnessing  workplace  bullying  and  the  Chinese  manufacturing  employee”.
Berdasarkan  latar  belakang  yang  telah  dijelaskan  sebelumnya,  maka  penelitian  ini  diberi  judul  :  PENGARUH  WORKPLACE  BULLYING  PADA  KEPUASAN  KERJA,  KOMITMEN  ORGANISASI,  DAN  NIAT  UNTUK  BERPINDAH  DENGAN  STRAIN  SEBAGAI  VARIABEL  MEDIASI  (Studi  pada Karyawan Perusahaan Industri Kertas di Surakarta).
  B. RUMUSAN MASALAH.
1.  Apakah Strain  akan memediasi  pengaruh  workplace bullying  pada   kepuasan  kerja ?.
2.  Apakah Strain  akan memediasi pengaruh workplace bullying  pada  komitmen  organisasi  ?.
3.  Apakah Strain  akan memediasi  pengaruh workplace bullying  pada niat untuk  berpindah ?.
C. TUJUAN PENELITIAN.
1.  Menganalisis  pengaruh  workplace  bullying  pada  kepuasan  kerja yang dimediasi oleh Strain.
2.  Menganalisis  pengaruh  workplace  bullying  pada  komitmen  organisasi yang dimediasi oleh  Strain.
3.  Menganalisis  pengaruh  workplace  bullying  pada  niat  untuk  berpindah yang dimediasi oleh Strain.
D. MANFAAT PENELITIAN.
1.  Bagi Organisasi Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  menunjukkan  dampak  adanya Workplace  bullying  yang  memicu  Strain  dan  pengaruhnya  pada  sikap  karyawan,  seperti  kepuasan  kerja,  komitmen  organisasi,  dan  niat  untuk  berpindah.  Hal  ini  penting bagi  para  manajer dalam  organisasi  untuk memastikan  bahwa interaksi  mereka dengan  karyawan  harus  tetap  dapat terjaga secara positif dan profesional.
2.  Bagi Peneliti Penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  pengalaman  bagi  peneliti  dalam bidang penelitian  Manajemen Sumber Daya Manusia  dan  juga  dapat  memberikan  pengetahuan  serta  wawasan  tentang  perilaku  Workplace  bullying,  Strain,  dan  sikap  karyawan  seperti  kepuasan  kerja,  komitmen organisasi dan niat untuk berpindah.
3.  Bagi Akademisi Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  bermanfaat  sebagai  bahan  referensi  dan  pertimbangan  untuk  mengadakan  penelitian  lebih  lanjut  yang  berkaitan  dengan  Workplace  bullying,  Strain,  kepuasan  kerja,  komitmen  organisasi  dan  niat  untuk  berpindah.  Diharapkan  hasil  penelitian  ini  dapat  mendukung  teori-teori  yang  telah  ada  yang  berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

 Skripsi Ekonomi: Pengaruh Workplace Bullying Pada Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi, Dan Niat Untuk Berpindah Dengan Strain Sebagai Variabel Mediasi

Download lengkap Versi PDF

1 komentar:

pesan skripsi