Jumat, 05 Desember 2014

Skripsi Hukum: Analisis Wewenang Polri Dalam Rangka Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme Di Indonesia Ditinjau Dari Segi Hak Asasi Manusia

BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
 Skripsi Hukum: Analisis Wewenang Polri Dalam Rangka Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme Di Indonesia Ditinjau Dari Segi Hak Asasi Manusia
Terorisme  pada  dasarnya  merupakan  suatu  gejala  kekerasan  yang  berkembang sejalan dengan peradaban manusia itu sendiri.  Terorisme sebagai  kejahatan  terhadap  kemanusiaan,  ditengarai  telah  ada  sejak  zaman  Yunani  Kuno,  Romawi  Kuno  dan  pada  abad  pertengahan.  Dalam  konteks  ini,  terorisme  secara  klasik  diartikan  sebagai  kekerasan  atau  ancaman  kekerasan  yang  dilakukan  untuk  menciptakan  rasa  takut  dalam  masyarakat  (  Luqman  Hakim, 2004 : 1 ).

Serangan bom teroris yang terjadi secara terus menerus selama kurang  lebih  satu  dasawarsa  terakhir  ini  telah  menimbulkan  rasa  takut  dan  kegelisahan  dikalangan  masyarakat  Indonesia.  Mereka  khawatir,  sewaktuwaktu  bisa  menjadi  korban  ledakan  bom  bila  berkunjung  ketempat-tempat  tertentu,  khususnya  yang  banyak  dikunjungi  orang  asing  maupun  yang  berkaitan  dengan  kepentingan  barat  yaitu  Eropa  Bagian  Barat  dan  Amerika  Serikat ( Ardison Muhammad, 2010 : vi ).
Selain itu serangan bom teroris juga telah menimbulkan banyak korban  jiwa dan kerugian material yang tidak sedikit. Lebih jauh serangan bom teroris  menghambat laju investasi dan pertumbuhan ekonomi. Sebab salah satu faktor  yang  menentukan  masuk  tidaknya  investor  asing  ke  suatu  negara  adalah  tingkat  keamanannya.  Ulah  para  teroris  tak  pelak  telah  menimbulkan  luka  yang  mendalam  dikalangan  umat  islam.  Mereka  mengatasnamakan  aksinya  sebagai amalan ajaran  Islam  tentang jihad. Tentu saja kalangan  Islam  moderat  sangat  geram  karena  para  teroris  itu  telah  membelokkan  pengertian  jihad  kearah tindak kekerasan dan pembunuhan ( Ardison Muhammad, 2010 : vii ).
Diera  globalisasi ini banyak sekali kemajuan-kemajuan, baik dibidang  ilmu pengetahuan maupun teknologi yang semuanya itu adalah karena fitrah     manusia  yang  ingin  selalu  maju  dan  menjadi  yang  terbaik.  Krisis  moneter  yang  melanda  Indonesia  terjadi  disebabkan  karena  krisis  moral,  yang  berimbas  kepada  mudahnya  usaha  pendangkalan  pemaknaan  dan  pengerusakan  pemahaman  agama  oleh  kelompok-kelompok  yang  ingin  memperdalam  krisis,  yang  berimbas  kepada  benturan  fisik  yang  bisa  kita  saksikan hingga kini. Seorang ahli bahasa asal Rusia mengatakan bahwa ada  kaitannya  antara  istilah  dan  pemaknaannya  dengan  kejiwaan  masyarakat  pemakainya. Oleh karena itu, pemaknaan yang salah terhadap sebuah istilah  ajaran  agama  (  hukum  agama  )   sangat  berbahaya  bagi  manusia  secara  keseluruhan.  (  Umar  Ibrahim  ,  2002  :3).  Tentu  pemaknaan  atau  cara  tafsir  yang  salah  didalam  menafsiri  Al-Qur‘an  dan  Hadist  ini  pula  yang  juga  menjadikan timbulnya tindak pidana terorisme.
Berikut ini adalah beberapa contoh Terorisme di Indonesia : Pertama, Pada Tahun 19913  September  1991:  Ledakan  bom  di  Mragen-Demak,  Jawa  Timur.
Ketika  itu,  Xanana  Gusmao  sebagai  pemimpin  perjuangan  Timor  Leste  menyatakan bertanggungjawab atas terjadinya ledakan yang diduga dilakukan  oleh  tiga  pemuda  Timor  Leste.  30  September  1991:  Hotel  Mini  Surabaya.
Pelakunya  tidak  diketahui.Bahan  peledak  yang  digunakan  adalah  potassium  yang biasa dipakai untuk membom ikan ( Asep Adisaputra, 2008 : 50 ).
Kedua, Pada Tahun 19814 Mei 1986 : Terjadi hampir bersamaan, yaitu Wisma Metropolitan di  Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Hotel President di Jalan M.H. Thmarin, Jakarta  Pusat,  dan  Pekan  Raya  Jakarta.  "Brigade  Anti-Imperialis  Internasional―  di  Jepang  mengaku  bertanggungjawab.  Juni  1986:  Terjadi  serangan  roket  ke  Kedutaan  Amerika,  Jepang  dan  Kanada  yang  diluncurkan  dari  kamar  827  Presiden Hotel di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat.
   Ketiga, Pada Tahun 19913 September 1997 : Mranggen, Demak, Jawa Tengah yang dilakukan tiga  pemuda  Timor  Timur  dari  kelompok  prokemerdekaan  Timor  Timur.  Bom  meledak  tidak  sengaja.  Tokoh  Tim-tim  Xanana  Gusmao  menyatakan  bertanggungjawab  atas  peledakan  itu.  Tapi,  tidak  ada  tersangka  yang  tertangkap ( Asep Adisaputra, 2008 : 50 ).
Keempat, Pada Tahun 19918 Januari 1998: Rumah Susun Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Walau bom  meledak  tidak  disengaja,  Agus  Priyono,  anggota  solidaritas  mahasiswa  Indonesia  untuk  Demokrasi  (SMID)  /  salah  satu  jaringan  Partai  Rakyat  Demokrat, dipenjara tujuh bulan lebih, karena dianggap mengetahui rencana  pemboman  tapi  tidak  melaporkannya  ke  pihak  berwajib.  (  Asep  Adisaputra,  2008 : 50 ) Kelima, Pada Tahun 200Bom Kompleks Mabes Polri, Jakarta 2003.  Senin, 3  Februari 2003, pukul 07.15  WIB,  bom  rakitan  meledak  di  lobi  Wisma  Bhayangkari,  Mabes  Polri Jakarta. Ledakan berasal dari sebuah bom rakitan yang dibuat dari pipaparalon  sepanjang 11 cm dengan diameter 16 cm, ditutup dengan lempengan baja yang  dilapisi dengan semen. Tidak ada korban jiwa.-  Bom di belakang kantor PBB,  Jakarta. Kamis, 24 April 2003 pukul 05.20  WIB. Ledakan terjadi di jembatan  Kali  Cideng,  belakang  kantor  Perserikatan  Bangsa-Bangsa.  Sasaran  kemungkinan  ditujukan  ke  kantor  PBB.  Ledakan  berkekuatan  rendah.  Tidak  ada korban. ( Asep Adisaputra, 2008 : 53 ).
Bom Bandara Cengkareng, Jakarta 2003.27 April 2003, bom meledak di area  publik  di  terminal  2F,  bandar  udara  internasional  Soekarno-Hatta,  Cengkareng,  Jakarta.  Dua  orang  luka  berat  dan  8  lainnya  luka  sedang  dan  ringan.
   Terkait  mengenai  pembunuhan  dan  pembantaian  yang  terjadi  di  Indonesia  yang  kita  sebut  terorisme  ini.  Menurut  Maulana  Muhamad  Ali,  agama  yang  dibawa  oleh  setiap  Rosul  adalah  agama  tauhid.  Demikian  pula  dengan  islam  (  Agama  )  yang  sangat  menekankan  keesaan  tuhan,  sehingga  sikap  dan  tindakan  menyekutukan  tuhan  merupakan  dosa  yang  tidak  terampuni ( QS. An-Nisa [4], 116 ) ( Muhammad Alim, 2010 : 121 ).
Prinsip  Ketuhanan   Yang  Maha  Esa  (  Tauhid  )  inilah  yang  memancarkan  peradaban  Islam,  termasuk  mengenai  masalah  individu,  masyarakat, politik, hak asasi manusia, hukum, ekonomi, sosial budaya, dan  sebagainya.  Hal  tersebut  antara  lain  ditulis  oleh  John  Voll  :  ―Jantung  dari  keyakinan Islam adalah kepercayaan pada ke-Esa-an Allah, tauhid yang secara  langsung meliputi semua persoalan kemanusiaan  ( Muhammad Alim, 2010 :  122 ).
Menurut  Jimly  Asshiddiqie  bahwa   HAM  dan  demokrasi  merupakan  konsepsi kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan dari sejarah peradaban  manusia di seluruh penjuru dunia. HAM dan demokrasi juga dapat dimaknai  sebagai  hasil  perjuangan  manusia  untuk  mempertahankan  dan  mencapai  harkat  kemanusiaannya,  sebab  hingga  saat  ini  hanya  konsepsi  HAM  dan  demokrasilah  yang  terbukti  paling  mengakui  dan  menjamin  harkat  kemanusiaan.  Konsepsi  HAM  dan  demokrasi  dapat  dilacak  secara  teologis  berupa relativitas manusia dan kemutlakan Tuhan.  Konsekuensinya, tidak ada  manusia yang dianggap menempati posisi lebih tinggi, karena hanya satu yang  mutlak  dan  merupakan  prima  facie,  yaitu  Tuhan  Yang  Maha  Esa.  Semua  manusia  memiliki  potensi  untuk  mencapai  kebenaran,  tetapi  tidak  mungkin  kebenaran  mutlak  dimiliki  oleh  manusia,  karena  yang  benar  secara  mutlak  hanya Tuhan ( Mustain Nasoha, 2010 : 3 ).
Indonesia  merupakan  Negara  Hukum,  sebagai  negara  hukum  tentunya  Indonesia  telah  memiliki  peraturan-peraturan  yang  lengkap.  Khususnya  mengenai  Tindak  Pidana  Terorisme.  Berdasarkan  data  tersebut  maka  kita     ketahui bahwa pembunuhan, kejahatan dan  kekerasan terorisme yang selama  ini  terjadi  khususnya  di  Indonesia  merupakan  sebuah  perbuatan  yang  melanggar  Hak  Asasi  Manusia  baik  dilihat  dari  konteks  agama  itu  sendiri  maupun konteks pemerintahan ( Mustain Nasoha, 2010 : 2 ).
Kepolisian  Republik  Indonesia  adalah  lembaga  negara  yang  memiliki  kewajiban didalam menanggulangi terorisme, akan tetapi bagaimanapun juga  seorang teroris tetap memiliki Hak Asasi yang selalu melekat didalam dirinya  sejak  lahir  sampai  meninggal  dunia.  Sehingga  seperti  apapun  Polisi  menanggulangi  tindak  pidana  terorisme,  polisi  wajib  menjunjung  tinggi  terjaminnya  Hak  Asasi  Manusia  pada  para  Teroris.  Disinilah  yang  menarik  untuk  penulis  kaji  didalam  skripsi  ini  yang  diberi  judulA  NALISIS  WEWENANG  POLRI  DALAM  RANGKA  PENANGGULANGAN  TINDAK  PIDANA  TERORISME  DI  INDONESIA  DITINJAU  DARI  SEGI HAK ASASI MANUSIA.
A.  Perumusan Masalah.
Perumusan  masalah  merupakan  bagian  penting  dalam  suatu  penulisan  hukum  agar  terarah  dan  tujuan  tidak  menyimpang  dari  pokok  permasalahan  sehingga  sangat  diperlukan  untuk  memfokuskan  masalah  agar  dapat  dipecahkan secara sistematis. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis  merumuskan masalah sebagai berikut:  Apakah wewenang Polri sudah sesuai HAM didalam menanggulangi Tindak  Pidana Terorisme di Indonesia?.
B.  Tujuan Penelitian.
Dalam  suatu  penelitian  dikenal  ada  dua  macam  tujuan,  yaitu  tujuan  objektif  dan  tujuan  subjektif.  Adapun  tujuan  yang  hendak  dicapai  penulis  adalah sebagai berikut:.
1.  Tujuan Objektif.
Tujuan  objektif  merupakan  tujuan  penulisan  dilihat  dari  tujuan  umum  yang berasal dari penelitian itu sendiri, yaitu sebagai berikut dengan :.
   Mengetahui  wewenang  Polri  dalam  rangka  penanggulangan   Tindak  Pidana Terorisme di Indonesia ditinjau dari segi Hak Asasi Manusia.
2.  Tujuan Subjektif.
Tujuan Subjektif merupakan tujuan penulisan dilihat dari tujuan pribadi  penulis sebagai dasar dalam melakukan penelitian, yaitu sebagai berikut:.
a.  Untuk  memperoleh  data  dan  informasi  sebagai  bahan  utama  dalam  menyusun  penulisan  hukum  (skripsi)  agar  dapat  memenuhi  persyaratan  akademis  guna  memperoleh  gelar  sarjana  hukum  pada  Fakultas  Hukum  Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b.  Untuk menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang telah penulis peroleh  agar  dapat  memberi  manfaat  bagi  penulis  sendiri  serta  memberikan  kontribusi positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum.
c.  Untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman serta pemahaman aspek  hukum  di  dalam  teori  dan  praktek  penulis  dalam  bidang  Hukum  Tata  Negara.
C.  Manfaat Penelitian.
Sebuah penelitian dapat memberikan manfaat bagi pengetahuan terutama  ilmu  hukum  baik  secara  teoritis  maupun  dalam  praktek.   Adapun  manfaat  yang diharapkan dari penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:.
1.  Manfaat Teoritis.
a.  Penulisan hukum ini  diharapkan dapat menambah dan mengembangkan  pengetahuan  dibidang  hukum  khususnya  mengenai  wewenang  Polri  dalam  rangka  penanggulangan   Tindak  Pidana  Terorisme  di  Indonesia  ditinjau dari segi Hak Asasi Manusia.
b.  Penulisan  hukum  ini  diharapkan  dapat  memperkaya  referensi  dan  literatur sebagai acuan untuk melakukan penulisan sejenis selanjutnya.
2.  Manfaat Praktis.
a.  Menjadi  wadah  bagi  penulis  untuk  mengembangkan  penalaran  dan  membentuk pola pikir yang dinamis serta untuk mengetahui kemampuan  penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.
   b.  Hasil  penelitian  dan  penulisan  ini  diharapkan  dapat  membantu  dan  memberikan  masukan  kepada  semua  pihak  yang  membutuhkan  pengetahuan  terkait  dengan  permasalahan  yang  diteliti  dan  bermanfaat  bagi  pihak  yang  mengkaji  ilmu  hukum  khususnya  wewenang  Polri  Dalam  rangka  penanggulangan  Tindak  Pidana  Terorisme  di  Indonesia  ditinjau dari segi Hak Asasi Manusia.

 Skripsi Hukum: Analisis Wewenang Polri Dalam Rangka Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme Di Indonesia Ditinjau Dari Segi Hak Asasi Manusia

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi