Sabtu, 06 Desember 2014

Skripsi Hukum: Fungsi industri pertahanan nasional dikaitkan dengan sistem pertahanan dan keamanan

 BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
Skripsi Hukum: Fungsi industri pertahanan nasional dikaitkan dengan sistem pertahanan dan keamanan
Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia  yang  diproklamasikan  pada  17  Agustus 1945 oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden M. Hatta memiliki citacita  sebagaimana  diamanatkan  dalam  Undang-Undang  Dasar  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1945  (UUD 1945)  pada  Alinea  I  “…dan  perjuangan pergerakan  kemerdekaan  Indonesia  telah  sampailah  pada  saat  yang  berbahagia  dengan  selamat  sentosa  mengantarkan  rakyat  Indonesia  ke  depan  pintu  gerbang  kemerdekaan  Negara  Indonesia  yang  merdeka,  bersatu,  berdaulat,  adil  dan  makmur”. 
Hal ini memuat suatu pesan tanggung jawab kepada seluruh  Bangsa  Indonesia,  yaitu;  Pertama  persatuan  dan  kesatuan  bangsa  harus  tetap  dipelihara  agar Negara Kesatuan Republik  Indonesia  tetap utuh  dan kedaulatan bangsa tetap  terjaga;  Kedua  kekuasaan  tertinggi  atas  pemerintahan  dan  wilayah  harus  tetap  dipelihara dan dijaga oleh seluruh  Bangsa Indonesia  dengan semangat cinta tanah  air,  rela  berkorban  dan  tidak  kenal  menyerah.  Ketiga  didalam  upaya  mencapai  kemakmuran  yang  dicita-citakan  mengutamakan  nilai-nilai  kebersamaan  dan  kekeluargaan  yang  harus  tetap  di  pelihara,  dijaga  dan  dilestarikan  (Amik  Sumindriyanti, dkk 2008: 3-4).
Selanjutnya  dalam  Alinea  III  Pembukaan  UUD  1945  telah  dinyatakan  tujuan  nasional,  yakni:  “melindungi   segenap  bangsa  Indonesia  dan  seluruh  tumpah  darah  Indonesia,  memajukan  kesejahteraan   umum,  mencerdaskan  kehidupan  bangsa  dan  ikut  melaksanakan   ketertiban   dunia   berdasarkan  kemerdekaan,  perdamaian  abadi  dan  keadilan  sosial”.  Oleh  karena  itu  maksud  Alinea  III  Pembukaan  UUD  1945  yang  merupakan  tujuan  nasional  merupakan  dasar untuk usaha  pertahanan serta keamanan nasional dan kesejahteraan nasional  yang  saling  betergantung  satu  sama  lain.  Tidak  mungkin  ada  kesejahteraan    nasional  yang  memadai  dapat  diwujudkan  kalau  tidak  adanya  pertahanan  yang  kuat  dan  keamanan  nasional  yang  terkendali.  Demikian  sebaliknya,  tidak  akan  dapat dicapai pertahanan yang kuat dan kondisi keamanan nasional yang kondusif  serta  dinamis tanpa dukungan kesejahteraan nasional yang baik. Harmoni antara  pertahanan serta keamanan nasional dan kesejahteraan nasional akan mewujudkan  ketahanan nasional yang ulet dan tangguh. Tujuan nasional bangsa Indonesia yang  dikorelasikan  dalam  Pertahanan  dan  Keamanan  nasional  adalah  upaya  untuk  mewujudkan  kesejahteraan  bagi  seluruh  rakyat  yang  dilandasi  kemampuan  pertahanan  yang  terintegrasi  dalam  keamanan  negara  seutuhnya  sehingga  terciptanya  masyarakat  yang  adil  dan  makmur,  sejahtera  dan  demokratis  dalam  Bhineka Tunggal Ika serta dapat ikut serta dalam menjaga perdamaian dunia dan  stabilitas regional. Suatu kondisi yang demikian tidak terlepas dari keterkaitannya  aspek  geografi,  demografi,  sumber  kekayaan  alam,  ideologi,  politik,  ekonomi,  sosial,  budaya  serta  Pertahanan  dan  Keamanan.  Oleh  sebab  itu  Pertahanan  dan  Keamanan  nasional  merupakan  suatu  sistem  dimana  unsur-unsur  yang  ada  di  dalamnya  saling  berkaitan,  saling  mempengaruhi,  saling  berinteraksi  dan  saling  menentukan  membentuk  suatu  kesatuan  yang  utuh  dan  selalu  diperhitungkan  dalam menentukan arah pencapaian tujuan negara  (Salim,  Geopolitik Pertahanan  Indonesia  Ala  Bung  Karno  dan  Implikasinya  Terhadap  Masa  Depan  Pertahanan  Nusantara  http://lembagakeris.net/2012/02/geopolitik-pertahanan-Indonesia-alabung-karno-dan-implikasinya-terhadap-masa-depan-pertahanan-nusantara  diakses  pada 14 April 2013 Pukul 12.57 WIB).
Menurut  Moh.  Mahfud  MD.  dalam  politik  hukum  mewujudkan  tujuan  Negara Indonesia memiliki relevansi dengan Pemerintahan  yang merupakan kunci  bagi  terselenggaranya  proses  pencapaian  cita-cita  nasional,  tujuan  nasional,  dan  kepentingan  nasional  melalui  pembangunan  nasional  yang  implementasinya  dibagi habis  ke dalam institusi pemerintahan  (Moh. Mahfud MD. 2009:1).  Acuan  utama  pemerintah  guna  mencapai  hal  tersebut  dalam  usaha  Pertahanan  dan  Keamanan  adalah  amanat  konstitusi  dan  ancaman  yang  dihadapi  dari  suatu  era  waktu ke era waktu berikutnya karena perkembangan lingkungan strategis. Dalam  perjalanan  sejarah,  bangsa  Indonesia  menghadapi  berbagai  tantangan  dinamis    yang  berubah  dari  periode  waktu  ke  waktu;  Pertama,  mempertahankan  kemerdekaan;  Kedua,  mempertahankan integritas wilayah dari perpecahan dalam  negeri; Ketiga,  mempertahankan Pancasila dan UUD 1945  dari pengaruh ideologi  komunisme;  Keempat,  mensukseskan  pembangunan  nasional;  dan  Kelima, melaksanakan  demokrasi  dan  kepemerintahan  yang  baik  dalam  pembangunan  nasional saat ini dan waktu yang akan datang. Periode waktu tersebut berimplikasi  terhadap  berbagai  upaya  perwujudan  pertahanan  serta  keamanan  nasional  dan  kesejahteraan nasional.   Bidang  Pertahanan  dan  Keamanan  yang  diatur  dalam  UUD  1945  pada  Perubahan  Kedua  Bab XII berjudul "Pertahanan dan Keamanan Negara". Dalam  bab itu, Pasal 30 berbunyi Ayat (1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut  serta dalam usaha Pertahanan dan Keamanan negara. (2) Usaha Pertahanan dan  Keamanan  negara  dilaksanakan  melalui  sistem  Pertahanan  dan  Keamanan rakyat  semesta  oleh  Tentara  Nasional  Indonesia  dan  Kepolisian  Negara Indonesia  Republik  Indonesia,  sebagai  kekuatan  utama,  dan  rakyat,  sebagai  kekuatan pendukung.  (3) Tentara Nasional  Indonesia  terdiri atas Angkatan Darat,  Angkatan  Laut  dan  Angkatan  Udara  sebagai  alat  negara  bertugas  mempertahankan, melindungi, dan memelihara  keutuhan dan kedaulatan negara.
(4)  Kepolisian  Negara  Republik  Indonesia  sebagai  alat  negara  yang  menjaga  kemanan  dan  ketertiban  masyarakat  bertugas  melindungi,  mengayomi,  melayani  masyarakat,  serta  menegakkan  hukum.  (5)  Susunan  dan  kedudukan  Tentara  Nasional  Indonesia,  Kepolisian  Negara  Republik  Indonesia,  hubungan  kewenangan  Tentara  Nasional  Indonesia  dan  Kepolisian  Negara  Republik  Indonesia  di  dalam  menjalankan  tugasnya,  syarat-syarat  keikutsertaan  warga  negara dalam usaha  Pertahanan dan Keamanan  diatur dengan  Undang-Undang.
Makna  dari  Pasal  30  UUD  1945  tersebut  secara  jelas  menerangkan  bahwa pertahanan  negara  tidak  sekedar  pengaturan  tentang  Tentara  Nasional  Indonesia (TNI)  dan bahwa keamanan negara tidak sekadar pengaturan tentang  Kepolisian  Republik  Indonesia  (Polri)  Ayat  (3)  dan  Ayat  (4).  Pertahanan  negara  dan  keamanan negara perlu dijiwai semangat  dalam  Ayat  (1)  yang meyatakan setiap  warga negara mempunyai hak dan kewajiban ikut serta dalam usaha  Pertahanan    dan Keamanan dan dalam Ayat (2) bahwa komponen bangsa yang terdiri dari TNI sebagai  komponen  utama,  Polri  dan  Rakyat  sebagai  komponen  cadangan  dan  komponen  pendukung  lain  ikut  serta  dalam  sistem  Pertahanan  dan  Keamanan rakyat  semesta  (Sishankamrata)  yang  terkandung  dari  makna  Ayat  (5),  “yang  terkait  Pertahanan  dan  Keamanan  negara,  diatur  dengan  Undang-Undang"  maksudnya  adalah  Rancangan  Undang-Undang,  Undang-Undang,  dan  Peraturan  Pemerintah  lain  yang  terkait  Pertahanan  dan  Keamanan  negara  perlu  terjalin  semangat kebersamaan  yang  terkandung dalam Sistem  Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Achmad Dirwan, 2011:1).
Salah  satu  peraturan  yang  berkaitan  dengan  Sishankamrata  adalah  Undang-Undang  Nomor  16  Tahun  2012  tentang  Industri  Pertahanan  (Lembaran  Negara Republik  Indonesia  Tahun 2012 Nomor 183, Tambahan Lembar Negara  Republik Indonesia Nomor 5343) yang baru saja disahkan oleh Presiden Republik  Indonesia  Susilo  Bambang  Yudhoyono  dengan  persetujuan  dari  Dewan  Perwakilan  Rakyat  Republik  Indonesia  (DPR  RI).  Pembentukan  peraturan tersebut  dibuat  dilandasi  oleh  penurunan  efek  penggentar  pertahanan  (detterent  effect)  baik  secara  kuantitas  maupun  kualitas  (teknologi).  Penurunan  efek  penggentar  tersebut  yang  pertama  diakibatkan  oleh  embargo  akibat  dari  ketergantungan  militer  Indonesia  terhadap  Negara  adidaya  seperti  Amerika  Serikat  dan  Rusia.  Selanjutnya  diakibatkan  oleh  masih  kecilnya  anggaran  pertahanan dalam  anggaran pembelanjaan dan belanja Negara (APBN)  terutama  dalam belanja alat utama  sistem  persenjataan bagi TNI dan alat material khusus  bagi  Polri.  Anggaran  negara  pada  dasarnya  merupakan  bentuk  dari  kebijakan  pemerintah  yang tertuang dalam besaran angka dan berlaku untuk jangka waktu  tertentu.  Saat ini anggaran  pertahanan dalam 5  Tahun  terakhir cukup meningkat  akan  tetapi  anggaran  tersebut  baru  dapat  disediakan  sekitar  74,1  persen  dari  kebutuhan  minimal  anggaran  pertahanan  atau  sekitar  1,1  persen  dari  produk  domestik  bruto  dan  5,7  persen  dari  APBN,  dari  sekitar  74,1  persen  anggaran  tersebut sebanyak 54  persen merupakan belanja pegawai, 27 persen untuk belanja  barang  atau  jasa  sedangkan  untuk  memperpanjang  usia  pakai  alutsista  dan  membeli  alutsista  yang  ada  porsinya  hanya  27  persen.  Dari  hal  tersebut  bisa    dilihat  bahwa  politik  pembangunan  pemerintah  Indonesia  sampai  saat  ini  masih  memandang  sebelah  mata  fungsi  anggaran  Pertahanan  dan  Keamanan.  Sebagai  produk politik  hukum, APBN yang  tertuang dalam bentuk  Peraturan PerundangUndangan  pada  tingkat  pemerintah  pusat  adalah  proses  politik  antara  eksekutif  dan  legislatif  untuk  merumuskannya  bersama-sama  arah  pembangunan  selama  satu  Tahun  periode.  Keterlibatan  legislatif  (Dewan  Perwakilan  Rakyat  Rakyat  Indonesia)  yang mewakili rakyat dalam penganggaran menunjukan rakyat terlibat  dalam  proses  penggaran  dalam  pembangunan  guna  mencapai  tujuan  nasional (Yuddy  Chrisnandi,  2007:5).  Sehingga  dalam  realitasnya  terkadang  terjadi  perdebatan dan gugatan mengenai besaran anggaran pertahanan karena banyaknya  pertimbangan  ekonomi  maupun  karena  karakter  trivial  dari  Pertahanan  dan  Keamanan  sebagai kebijakan publik, hal ini berbeda dari anggaran kesehatan dan  pendidikan  yang  manfaatnya  secara  nyata  dirasakan.  Akan  tetapi  anggaran  pertahanan  akan  terasa  berguna  pada  saat  sistem  Pertahanan  dan  Keamanan berubah  dari  keadaan  damai  ke  arah  kebijakan  berperang.  Sehingga  terdapat  perumpamaan  sebagai  jasa  pelayanan  publik,  Pertahanan  dan  Keamanan  seperti  kepala,  seseorang  baru  menyadari  memilikinya  ketika  menderita  sakit  kepala (Kusnanto Anggoro, 2003:3).
Kondisi  ini  diperparah  dengan  relatif  rendahnya  upaya  pemanfaatan  industri  pertahanan  nasional  dalam  pemenuhan  kebutuhan  peralatan  pertahanan  (Presiden  RI  dalam  RPJM,  2010:bagian  II.7-1).  Perjalanan  panjang  telah  ditempuh  industri  pertahanan  dalam  memenuhi  kebutuhan  sarana  pertahanan.
Sejak ditetapkannya Keputusan Presiden  Nomor  59  Tahun  1983  Perubahan Atas  Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 1983  Tentang Pembentukan Dewan Pembina  Dan Pengelola Industri-Industri Strategis Dan Industri Hankam, merupakan tonggak  awal  cita-cita  bangsa  Indonesia  membangun  industri  strategis  yang  bernaung  di  dalam  suatu  wadah  yang  disebut  Badan  Usaha  Milik  Negara  Industri  Strategis  (BUMNIS)  yang  mandiri  dan  secara  politis  didalamnya  dimuati  kepentingan  pertahanan. Dengan Keppres tersebut, telah ditetapkan industri pertahanan bidang  kedirgantaraan  yang  ditangani  PT.  IPTN  sekarang  PT.  Dirgantara  Indonesia,  bidang kemaritiman ditangani PT. PAL, bidang persenjataan dan munisi ditangani    PT.  Pindad  dan  bidang  bahan  peledak  ditangani  PT.  Dahana.  Keempat  industri  tersebut  merupakan bagian dari 10 industri strategis  yang antara lain PT.  INKA  kereta api, PT.  INTI telekomunikasi,  PT. Krakatau Steel baja, PT. Boma Bisma  Indra  kontainer  dan  peralatan  ekspor,  PT.  Barata  mesin  diesel  dan  PT.  LEN  elektronika (Neraca.  Restrukturisasi  BUMNIP-BUMNIS  Sebaiknya  Dipercepat  http://www.neraca.co.id/harian/article/3411/Restrukturisasi.BUMNIPBUMNIS.Se baiknya.Dipercepat  diakses  pada  1  April  2013  Pukul  01.43  WIB).  Akan  tetapi  kebijakan tersebut ternyata tidak berdampak cukup signifikan.  Hal ini disebabkan  oleh  ketidaksesuaian  antara  kebutuhan  peralatan  pertahanan  disatu  sisi  serta  kemampuan teknis dan financial industri  nasional disisi lain merupakan salah satu  penyebab  penurunan  efek  penggentar  pertahanan.  Merujuk  pada  kondisi  demikian,  seharusnya  pengembangan  teknologi  dan  industri  strategis  bidang  Pertahanan  dan  Keamanan  harus  diutamakan  guna  meningkatkan  sistem Pertahanan  dan  Keamanan  apalagi  hal  tersebut  sejalan  dengan  cita-cita  pembentukan  Pasal  30  Undang-Undang  Dasar  Republik  Indonesia  Tahun  1945.
Dengan  pengembangan  industri  dan  teknologi  di  bidang  Pertahanan  dan  Keamanan  akan  memperkuat  Sishankamrata  (sishankamrata)  sebagai  komponen  pendukung  serta  berguna  untuk  meningkatkan  kesejahteraan,  mewujudkan  ketahanan  dan cermin kemajuan dan kredibilitas bangsa dan  negara dalam dunia  internasional.  Berdasarkan  kondisi  tersebut  penulis  tertarik  untuk  mengkaji  mengenai  fungsi  industri  pertahanan  dalam  sistem  Pertahanan  dan  Keamanan yang berkaitan dengan Pasal 30 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 untuk menelaah lebih lanjut tentang hal tersebut.

 Skripsi Hukum: Fungsi industri pertahanan nasional dikaitkan dengan sistem pertahanan dan keamanan

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi