Senin, 08 Desember 2014

Skripsi Hukum: Kajian Yuridis Terhadap Pentingnya Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) Perusahaan Industri

  BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
Skripsi Hukum: Kajian Yuridis Terhadap Pentingnya Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) Perusahaan Industri
Lingkungan  hidup  merupakan  suatu  bagian  yang  mutlak  dari  kehidupan manusia.  Dengan kata lain, lingkungan hidup tidak dapat terlepas  dari  kehidupan  manusia.  Setiap  kegiatan  manusia,  baik  dalam  skala  kecil  maupun dalam skala yang besar, selalu akan mempengaruhi lingkungan.  Pada  hakekatnya  lingkungan  hidup  adalah  bersifat  antrophocentris.  Artinya,  lingkungan  hidup  itu  dipelihara,  dibangun  atau  dikelola  dengan  sebaikbaiknya  tidak  lain  demi  kelangsungan  kehidupan  dan  generasi-generasi  dari  umat  manusia  saja  (NHT  Siahaan,  2004:  25).  Selama  interaksi  manusia  dengan  lingkungan  berada  dalam  batas-batas  keseimbangan  dan  dapat  pulih  seketika  dalam  keseimbangan,  maka  selama  itu  pula  lingkungan  disebut  harmonis (serasi). Keseimbangan lingkungan pada hakikatnya berproses melalui interaksi  yang  didasarkan  pada  hukum-hukum  keseimbangan  dan  keteraturan.

Kesimbangan  dapat  digambarkan  dengan  siklus,  yaitu  berupa  pohon  dan  burung  serta  dengan  mata  rantai  komponen  lainnya.  Hubungan  pengaruh  timbal  balik  tersebut  berlangsung  sedemikian  rupa  dalam  batas -batas  keseimbangan.  Tetapi apabila timbul  gangguan interaksi baik antara manusia  dengan  lingkungan  atau  komponen  yang  lain  dengan  lingkungan,  maka  lingkungan itu akan menjadi tidak serasi atau tidak harmonis.  Ketidakserasian  atau  ketidakharmonisan  lingkungan  tersebut  menjadikan  timbulnya  suatu  masalah lingkungan.
Seiring dengan berjalannya waktu,  masalah lingkungan semakin lama  semakin  besar,  meluas  dan  serius.  Persoalannya  bukan  hanya  bersifat  lokal  atau translokal, tetapi regional, nasional, trans-nasional, dan global. Dampakdampak  yang terjadi  terhadap lingkungan tidak hanya berkait pada satu atau  dua  segi  saja,  tetapi  kait  mengait  sesuai  dengan  sifat  lingkungan  yang  memiliki multi mata rantai relasi yang saling mempengaruhi secara subsistem.
  Apabila  satu  aspek  dari  lingkungan  terkena  masalah,  maka  berbagai  aspek  lainnya akan mengalami dampak atau akibat pula.
Permasalahan  lingkungan  hidup  sering  terjadi  baik  di  negara-negara  maju maupun di negara-negara berkembang. Permasalahan lingkungan hidup  di  negara  maju  terutama  disebabkan  oleh  kemajuan  industri.  Tetapi  bagi  negara-negara  berkembang,  seperti  Indonesia,  permasalahan  lingkungan  disebabkan  oleh  keterbelakangan  pembangunan.  Dalam  melaksanakan  pembangunan  itu  dilakukan  upaya  memanfaatkan  sumber  daya  alam,  yang  pada  hakikatnya  juga  berarti  melakukan  perubahan  terhadap  ekosistem.
Dengan demikian upaya pembangunan itu pada gilirannya akan menimbulkan  masalah  lingkungan  pula.  Oleh  karena  itu  masalah  lingkungan  hidup  bagi  Indonesia adalah pencerminan dari akibat keterbelakangan pembangunan dan  sekaligus  juga  suatu  masalah  yang  menyertai  proses  pelaksanaan  pembangunan.  Baik  keterbelakangan  pembangunan  maupun  proses  pelaksanaan pembangunan, kedua-duanya menimbulkan permasalahan dalam  pengelolaan lingkungan hidup (Niniek Suparni, 1994: 27).
Masalah  lingkungan  hidup  pada  hakikatnya  merupakan  akibat  sampingan  dari  usaha  dan  kemajuan  yang  dicapai  dalam  pembangunan.  Hal  ini  antara  lain  menyangkut  persoalan  kegiatan  pembangunan  yang  kurang  memperhatikan hubungan timbal balik antara kegiatan-kegiatan pembangunan  serta keseimbangan-keseimbangan yang berlaku dan yang perlu dijaga dalam  lingkungan  hidup  itu  sendiri.  Dalam  hubungan  ini  maka  penentuan  kebijaksanaan dan pelaksanaan program  yang bertalian dengan pertumbuhan  ekonomi,  perubahan  sosial  dan  perkembangan  kebudayaan  senantiasa  harus  memperhitungkan  pula  faktor  yang  menyangkut  masalah  kelestarian  daya  dukung  lingkungan  agar  lingkungan  hidup  dapat  tetap  menunjang  upaya  pembangunan yang berkesinambungan.
Perkembangan  masyarakat  pada  masa  kini  sangat  pesat  karena  penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi.  Hal ini menunjukkan perubahan  masyarakat dari agraris ke masyarakat industri, terutama di kota-kota besar di  Indonesia  sangat  esensial  untuk  memperluas  landasan  pembangunan  dan    menempati  kebutuhan  yang  terus  meningkat.  Sehingga  akhir-akhir  ini  pencemaran lingkungan akibat buangan industri, terutama di kota-kota besar  di Indonesia semakin dirasakan. Kegiatan industri semakin meningkat sebagai  akibat  meningkatnya  pola  konsumsi  masyarakat  mempunyai  kecenderungan  secara  potensial  dapat  mengakibatkan  pencemaran  lingkungan,  apabila  tidak  terkendali  secara  proporsional.  Melihat  kenyataan  tersebut,  dapat  dikatakan  kegiatan  industri  merupakan  alat  untuk  menyejahterakan  di  satu  sisi,  di  sisi  lain kegiatan industri dapat menyebarkan malapetaka bagi kehidupan.
Produk  sampingan  (limbah)  yang  dihasilkan  oleh  proses  produksi  industri  apabila  tidak  ditangani  secara  baik  dan  benar  akan  menimbulkan  pencemaran  dan  perusakan  lingkungan.  Limbah  sebagai  hasil  kegiatan  industri,  biasanya  tidak  masuk  dalam  biaya  perusahaan.  Semua  sampah  dan  kotoran  dibuang  ke  dalam  alam  yang  tersedia.  Sampah  dan  pencemaran  itu  sendiri dapat mengganggu pihak-pihak lain di luar perusahaan industri. Beban  derita  pihak  lain  ini  tidak  termasuk  dalam  pengeluaran  perusahaan  industri,  terkadang justru diberikan hanya untuk memperbaiki citra perusahaan industri  sebagai bagian dari promosi, tetapi tidak termasuk sebagai biaya produksi.
Berdasarkan  Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor  32  Tahun  2009  tentang  Perlindungan  dan  Pengelolaan  Hidup,  maka  setiap  industri  maupun instansi/badan usaha harus bertanggung jawab terhadap pengelolaan  limbah  yang  dihasilkan  dari  kegiatannya.  Karena  limbah  cair  dari  industri  berbasis organik mempunyai potensi pencemaran yang sangat berat terhadap  lingkungan  terutama  pada  produk  pengolahan  baku  industri  makanan  dan  minuman.  Bahan  bawaan  yang  terkandung  didalamnya  merupakan  bahanbahan  yang  sangat  komplek  bagi  yang  terlarut  maupun  yang  tidak  terlarut  (Nurul Mahmida, 2011: 1 Vol. V No.2).
Pada  umumnya  teknologi  produksi  tertentu  tersedia  teknologi  pengendalian  pencemaran  berupa  alat-alat  pengolahan  limbah  sebelum  dibuang  ke  lingkungan  alam.  Perusahaan-perusahaan  industri  tersebut  membuat  suatu  Instalasi  Pengolahan  Air  Limbah  (IPAL)  sebagai  teknologi  dalam  pengolahan  air  limbah.  Tetapi  yang  menjadi  masalah  adalah  jika    perusahaan-perusahaan  industri  tersebut  tidak  memiliki  Instalasi  Pengolahan  Air  Limbah  (IPAL)  untuk  mengolah  limbah  industrinya.  Perusahaanperusahaan industri tersebut akan membuang limbah industrinya tanpa adanya  pengolahan  terlebih  dahulu  ke  sumber-sumber  alam  yang  ada,  seperti  misalnya sungai karena ketiadaannya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tersebut.  Hal inilah yang terjadi di  beberapa perusahaan industri di Kabupaten  Purbalingga.
Sesuai  ketentuan,  setelah  disahkannya  Undang-Undang  Nomor  32  Tahun  2009  tentang  Perlindungan  dan  Pengelolaan  Lingkungan  Hidup,  perusahaan  industri  yang  berdiri  diwajibkan  menyusun  dokumen  AMDAL,  termasuk  dokumen-dokumen  lain  yang  berkaitan  dengan  pengelolaan  dan  pemantuan lingkungan hidup.  Berdasarkan data di Kantor Badan Lingkungan  Hidup (BLH) Purbalingga, hampir semua perusahaan industri di Purbalingga  telah mengantongi rekomendasi dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan  Upaya Pemantuan Lingkungan. Rekomendasi dokumen lingkungan hidup itu  mengacu pada aturan Bupati Nomor 29 Tahun 2004 tentang Jenis Perencanaan  Usaha  yang  dilengkapi  dokumen  lingkungan  hidup.  Alasan-alasan  yang  dilontarkan pihak perusahaan memang terkesan klise, yaitu keterbatasan dana  untuk  pengadaan  peralatan  pengolah  limbah.  Satu  unit  pengolah  limbah,  misalnya bisa berharga Rp 2-3 milyar. Karena itu pula, Pemerintah Kabupaten  Purbalingga  mencoba  membuat  Instalasi  Pengolahan  Air  Limbah  (IPAL)  terpadu, tetapi hanya beroperasi selama satu tahun. Hal ini disebabkan karena  perusahaan swasta yang mendirikan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)  tersebut  juga  tidak  beroperasi  lagi.  (Suara  Merdeka:  http://limbah-rambutpalsu-di-Purbalingga-belum-Teratasi.html).
Pemerintah  Kabupaten  Purbalingga  juga  telah  memberikan  batas  waktu  kepada  perusahaan  industri  untuk  menurunkan  beban  produksi  limbahnya. Tetapi pada kenyataannya banyak juga perusahaan yang mencoba  mengelabuhi  pemerintah.  Misalnya  mereka  sudah  menandatangi  persyaratan  bersedia  melengkapi  diri  dengan  dokumen  AMDAL  dan  perangkat  perlatannya, tapi setelah sekian lama tidak juga dilakukan.  Sebagai gantinya,    untuk mengatasi ketiadaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tersebut,  perusahaan-perusahaan  industri  membangun  sebuah  bak  penampungan  yang  digunakan  sebagai  alternatif  dalam  pembuangan  limbah.  Padahal,  bak  penampungan  tersebut  sewaktu-waktu  akan  penuh.  Akibatnya,  dalam  waktu  tertentu akan terjadi pencemaran lingkungan, karena perusahaan industri tidak  memiliki bak penampungan lain.
Salah  satu  kesulitan  yang  dihadapi  dalam  menangani  masalah  lingkungan  hidup  di  Kabupaten  Purbalingga  adalah  kenyataan  bahwa  wewenang  dan  tanggung  jawab  masalah  lingkungan  tidak  berada  di  satu  tangan  melainkan  tersebar  di  antara  berbagi  Departemen,  Lembaga  Pemerintah  Non-Departemen  dan  antara  Pemerintah  Pusat  dan  Daerah.  Dari  kenyataan itu disadari pentingnya koordinasi  yang dapat menembus sekatansekatan  lingkungan  tugas,  wewenang  dan  tanggung  jawab  dalam  penegakan  hukum  lingkungan  di  Kabupaten  Purbalingga.  Selain  itu  dibutuhkan  pula  mekasnisme  yang  sehat  dan  jujur  karena  memang  semua  peraturan  dan  pranata yang berusaha mencegah masalah lingkungan sudah ada, tetapi tidak  dilaksanakan secara baik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk menganalisis  secara  mendalam,  yang  hasilnya  dituangkan  dalam  bentuk  penulisan  hukum  (skripsi) dengan judul: “KAJIAN YURIDIS TERHADAP  PENTINGNYA  INSTALASI  PENGOLAHAN  AIR  LIMBAH  (IPAL)  PERUSAHAAN  INDUSTRI  DALAM  PENERAPAN  DOKUMEN  LINGKUNGAN  DI  KABUPATEN PURBALINGGA.”.
B.  Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dalam  penelitian ini penulis merumuskan ke dalam dua pokok permasalahan sebagai  berikut: .
1.  Bagaimana  bentuk  pemenuhan  persyaratan  dokumen  lingkungan  dalam  wujud Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)? .
  2.  Apakah  dengan  pemenuhan  persyaratan  dokumen  lingkungan  dalam  Instalasi  Pengolahan  Air  Limbah  (IPAL)  tersebut  mampu  untuk  mengurangi resiko pencemaran lingkungan di Kabupaten Purbalingga?.
C.  Tujuan Penelitian.
Tujuan  penelitian  adalah  hal-hal  tertentu  yang  hendak  dicapai  dalam  suatu penelitian. Tujuan penelitian akan memberikan arah dalam pelaksanaan  penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:.
1.  Tujuan obyektif.
a.  Untuk mengetahui bentuk pemenuhan persyaratan dokumen lingkungan  dalam wujud Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
b.  Untuk mengetahui pemenuhan persyaratan dokumen lingkungan dalam  Instalasi  Pengolahan  Air  Limbah  (IPAL)  mampu  untuk  mengurangi  resiko pencemaran lingkungan di Kabupaten Purbalingga.
2.  Tujuan subyektif.
a.  Sebagai wahana bagi penulis untuk mengembangkan dan memperdalam  pengetahuan  di  bidang  Hukum  Admnistrasi  Negara,  khususnya  persyaratan  dokumen  lingkungan  dan  usaha  mengurangi  pencemaran  lingkungan.
b.  Untuk  melengkapi  syarat  akademis  guna  memperoleh  gelar  sarjana  di  bidang  ilmu  hukum  Fakultas  Hukum  Universitas  Sebelas  Maret  Surakarta.
D.  Manfaat Penelitian.
Suatu  penelitian  tentunya  diharapkan  dapat  memberikan  manfaat  bagi  berbagai pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:.
1.  Manfaat Teoritis.
a.  Memberikan  sumbangan  pemikiran  bagi  pengembangan  Ilmu  Hukum  pada umumnya dan  Hukum Administrasi Negara khususnya berkaitan  dengan pengelolaan lingkungan hidup.
  b.  Menghasilkan  suatu  penjelasan  tentang  arti  penting  Instalasi  Pengolahan  Air  Limbah  (IPAL)  bagi  perusahaan  industri  sebagai  bentuk dari pelaksanaan dokumen lingkungan.
c.  Hasil  penelitian  ini  dapat  dipakai  sebagai  acuan  terhadap  penelitianpenelitan sejenisnya pada tahap selanjutnya.
2.  Manfaat Praktis.
a.  Mengembangkan pola pikir yang dinamis, penalaran, dan pengetahuan  bagi penulis dalam menyusuan suatu penulisan hukum.
b.  Hasil  penelitian  diharapkan  dapat  memberikan  jawaban  atas  permasalahan yang diteliti.
c.  Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu, memberikan tambahan  dan  pengetahuan  terhadap  pihak-pihak  yang  terkait  dengan  masalah  yang  sedang  diteliti,  juga  kepada  berbagai  pihak  yang  berminat  pada  permasalahan yang sama.

 Skripsi Hukum: Kajian Yuridis Terhadap Pentingnya Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) Perusahaan Industri

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi