Senin, 08 Desember 2014

Skripsi Hukum: Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Waralaba Franchise Agreement

BAB  I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
 Skripsi Hukum: Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Waralaba  Franchise Agreement
Salah  satu  alternatif  yang  diambil  masyarakat  guna  mempertahankan  hidup  dan  kondisi  ekonominya,  yaitu  melalui  jalur  wirausaha  karena  wirausaha  akan  membuat  masyarakat  menjadi  mandiri.  Melalui  wirausaha  masyarakat akan mampu membuka peluang untuk dirinya sendiri dan selain  itu  juga  menarik  keuntungan  dari  peluang  yang  tercipta  tersebut.  Bahkan  lebih jauh, wirausaha dapat menciptakan peluang kerja bagi orang lain yang  ada  di  sekitar   usaha  tersebut.  Itulah  sebabnya  pemerintah  sangat  menganjurkan  bagi  masyarakat  untuk  menjadi  wirausahawan.  Banyak  cara  untuk  menjadi  wirausahawan,  antara  lain  mendirikan  bisnis  sendiri  atau  membeli  sistem  bisnis  yang  sudah  jadi,  salah  satunya  waralaba.

“Ensiklopedia  Nasional  Indonesia  (  ENI  )  memberikan  pengertian  waralaba  (franchise)  yaitu  suatu  kerjasama  manufaktur  atau  penjualan  antara  pemilik  franchise  dan pembeli  franchise  atas dasar kontrak dan pembayaran  royalty.
Kerjasama  ini  meliputi  pemberian  lisensi  atau  hak  pakai  oleh  pemegang  franchise  yang memiliki nama atau merek, gagasan, proses, formula, atau alat  khusus ciptaannya kepada pihak pembeli  franchise  disertai dukungan teknis  dalam  bentuk  manajemen,  pelatihan,  promosi,  dan  sebagainya.  Untuk  itu  pembeli  franchise  membayar  hak  pakai  tersebut  disertai  royalty,  yang  pada  umumnya  merupakan  persentase  dari  jumlah  penjualan.”  (Syahmin  AK.,  2006: 207 dan 208).
  Waralaba  merupakan  salah  satu  bentuk  format  bisnis  di  mana  pihak  pertama yang disebut    franchisor  memberikan hak kepada pihak kedua yang  disebut   franchisee  untuk  mendistribusikan  barang  jasa  dalam  lingkup  area  geografis dan periode waktu tertentu mempergunakan merek, logo dan system  operasi  yang  dimiliki  (franchise)  dan  dikembangkan  oleh  franchisor.
Pemberian  hak  ini  dituangkan  dalam  bentuk  perjanjian  waralaba.  Perjanjian  Waralaba  (Franchise  Agreement)  memuat  kumpulan  persyaratan,  ketentuan  dan  komitmen  yang  dibuat  dan  dikehendaki  oleh  franchisor  bagi  para  franchiseenya.  Perjanjian  waralaba  melibatkan  kedua  belah  pihak  yaitu  franchisee  (penerima  waralaba)  dan  franchisor  (pemberi  waralaba)  dan  juga  tercantum  ketentuan  berkaitan  dengan  hak  dan  kewajiban  franchisee  dan  franchisor,  misalnya  hak  teritorial  yang  dimiliki  franchisee,  persyaratan  lokasi, ketentuan pelatihan, biaya-biaya yang harus dibayarkan oleh franchisee  kepada  franchisor, ketentuan berkaitan dengan lama perjanjian waralaba dan  perpanjangannya  dan  ketentuan  lain  yang  mengatur  hubungan  antara  franchisee  dengan  franchisor.   Black’s  law  dictionary   memberikan  esensi  perjanjian waralaba yaitu :  Generally, an agreement between a supplier of a product or service or an  owner  of  a  desired  trademark  or  copyright  (franchisor),  and  a  reseller  (franchise)  under  which  the  franchise  agrees  to  sell  the  franchisor  product or service or to business under the franchisor’s name. (Gunawan  Widjaja, 2004 :16).
(Terjemahan  dari  penulis  :  perjanjian  waralaba  adalah  pada  umumnya  suatu perjanjian di antara seorang distributor dari sebuah produk atau jasa  atau  pemilik  merek  dagang  atau  hak  cipta  (franchisor),  dan  penjual    (franchise) yang mana  franchisee  setuju untuk menjual produk dan jasa  franchisor atau berbisnis dibawah nama  franchisor).
Di Indonesia sendiri, sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an,  yaitu  dengan  munculnya  dealer  kendaraan  bermotor  melalui  pembelian  lisensi.  Perkembangan  kedua  dimulai  pada  tahun  1970-an,  yaitu  dengan  dimulainya  sistim  pembelian  lisensi  plus,  yaitu  franchisee  tidak  sekedar  menjadi  penyalur,  namun  juga  memiliki  hak  untuk  memproduksi  produknya.
Tahun  ketahun  perkembangan  bisnis  waralaba  semakin  pesat,  bahkan  terjadinya  krisis  keuangan  global  yang  melanda  dunia  agaknya  tidak  mempengaruhi  eksistensi  bisnis  waralaba,  padahal  beberapa  sektor  bisnis  di  Indonesia di luar bisnis waralaba sudah mulai terkikis.
Tonggak kepastian hukum akan format waralaba di  Indonesia dimulai  pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah  (PP)  RI  No.  16  Tahun  1997  tentang  Waralaba.  Peraturan  Pemerintah  No.  16  tahun  1997  tentang  waralaba  sekarang  sudah  dicabut  dan  diganti  dengan  Peraturan  Pemerintah  No  42  tahun  2007  tentang  Waralaba.  Selanjutnya  ketentuan-ketentuan  lain  yang  mendukung  kepastian  hukum  dalam  format  bisnis waralaba adalah sebagai berikut : Peraturan Menteri Perdagangan RI No.
53  Tahun  2012  tentang  Penyelenggaran  Waralaba,  Undang-Undang  No.  14  Tahun  2001  tentang  Paten,  Undang-Undang  No.  15  Tahun  2001  tentang  Merek,  dan  Undang-Undang  No.  30  Tahun  2000  tentang  Rahasia  Dagang.
(www.ramli31.blogspot.com, di akses  (www.waralaba.com, di akses pada 30  Maret 2013, pukul 15.45)).
Waralaba di bidang makanan cepat saji (fast food) sekarang ini banyak  digemari oleh kalangan pembisnis.  Berbagai macam kuliner dengan mudah di    dapat  di  Solo.  Salah  satu  kuliner  yang  cukup  unik  adalah  Gulai  Kepala  Ikan  Mas  Agus.  Usaha  yang  mulai  dirintis  oleh  suami-istri  Agus  dan  Liesmia  Harmanto ini, sejak awal tahun 2010 yang lalu,   cukup terkenal   di  Solo. Lies  mengatakan,  awal  mulanya  dirinya  berbisnis  makanan  khusus  Gulai  Kepala  Ikan, karena di Solo memang belum ada. Makanan yang dijual di warungnya  tersebut  memang  spesial,  karena  dibuat  dari  kepala  ikan  dan  diracik  dengan  bumbu khas. Gulai kepala  ikan jualan Lies ini tidak dibikin seperti gulai dari  Padang,  namun  menyerupai  gulai  Solo,  bahkan  teksturnya  seperti  tengkleng,  tidak terlalu kental, sehingga pas dengan lidah orang Solo.
Meskipun unik, usaha yang digeluti oleh Lies ini tidaklah mudah sebab,  di  Solo  bisnis  persaingan  makanan  cukup  ketat.  Hal  itu  lantaran  masyarakat  Solo  sangat  selektif  dalam  memilih  jajanan  namun,  Lies  memiliki  trik  tersendiri  yaitu  menjual  makanannya  dengan  harga  yang  murah  tapi  tetap  mengedepankan rasa.  Lies juga gencar  berpromosi baik lewat spanduk, brosur  dan lainnya. Menurut Lies, salah satu cara promosi yang paling ampuh adalah,  promosi  dari  mulut  ke  mulut.  Menyadari  itu,  dalam  3  bulan  pertama  dirinya  membuka  warung,  Lies  sengaja  mengundang  beberapa  tamu  untuk  makan  gratis  ditempatnya.  Usaha-usaha  itu  membuahkan  hasil.  Dalam  3  bulan  pertama,  rata-rata  gulai  ikan  mas   hanya  terjual  10  hingga  20  porsi.  Kini  warung  yang  beralamat  di  Jalan  Perintis  Kemerdekaan  no.  18  Solo  tersebut,  setiap  harinya  menjual  sekitar  500  porsi  gulai  kepala  ikan.  Karena  semakin  larisnya penjualan, maka Warung Gulai Kepala Ikan tersebut, menambah menu  menjadi  15  menu,  dari  sebelumnya  hanya  3  menu  saja.  Hasil  pengembangan  menu  tersebut,  didapatkan  dari  para  customernya  yang  terus  memberikan  masukan untuk warungnya.
  Dalam  penelitian  ini  Penulis  ingin  mengupas  lebih  dalam  mengenai  produk  waralaba  dari  usaha  kuliner   Gule  Kepala  Ikan  Mas  Agus  cabang  Kediri, makanan unggulannya yaitu Gule Kepala Ikan. Pusatnya di  Surakarta,  Jl.  Honggowongso  120,  yang  mana  perkembangan  dari  bisnis  waralaba  Gule  Kepala  Ikan  Mas  Agus  ini  mengalami  perkembangan  begitu  pesat,  hingga  sekarang sudah mempunyai  30  outlet, salah satunya ada di Kediri. Dalam hal  ini  untuk  lebih  memfokuskan  penelitian,  maka  penulis  membahas  tentang  persoalan  hak  dan  kewajiban  pihak  franschisor  dan  franschisee,  pelaksanaan  hak  dan  kewajiban  para  pihak  dan  hambatan-hambatan  yang  dihadapi  oleh  franchise  dalam  pelaksanaan  perjanjian,  serta  cara  mengatasinya  di  Gule  Kepala Ikan Mas Agus cabang Kediri.
Berdasarkan  uraian  diatas,  maka  penulis  tertarik  untuk  menyusun  skripsi dengan judul:  “PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PARA  PIHAK  DALAM  PERJANJIAN  WARALABA  /  FRANCHISE AGREEMENT   DI  GULE  KEPALA  IKAN  MAS  AGUS  CABANG  KEDIRI”.
B.  Rumusan Masalah.
Untuk  memperjelas  agar  permasalahan  yang  ada  dapat  dibahas  secara  lebih  terarah  dan  sesuai  dengan  sasaran  yang  diharapkan,  penulis  akan  merumuskan permasalahan sebagai berikut:.
1.  Apa  hak  dan  kewajiban  pihak  franschisor  dan  franschisee  dalam  perjanjian waralaba di Gule Kepala Ikan Mas Agus cabang Kediri?.
2.  Bagaimana pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak ? .
  3.  Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi franshisee  dalam pelaksanaan  perjanjian waralaba dan cara mengatasinya di Gule Kepala Ikan Mas Agus  cabang Kediri?.
C.  Tujuan Penelitian.
Adapun  tujuan  objektif  dan  subjektif  yang  ingin  dicapai  dalam  penelitian ini adalah:.
1.  Tujuan Objektif.
a.  Mengetahui  hak  dan  kewajiban  pihak  franschisor  dan  franschisee  dalam  perjanjian  waralaba  di  Gule  Kepala  Ikan  Mas  Agus  cabang  Kediri.
b.  Mengetahui pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak.
c.  Hambatan-hambatan  apa  saja  yang  dihadapi  franshisee  dalam  pelaksanaan perjanjian waralaba dan cara mengatasinya di Gule Kepala  Ikan Mas Agus cabang Kediri.
2.  Tujuan Subjektif.
a.  Memperoleh  data  sebagai  bahan  utama  dalam  penyusunan  penulisan  hukum,  guna  memenuhi  salah  satu  syarat  untuk  memperoleh  gelar  kesarjanaan  di  bidang  ilmu  hukum  pada  Fakultas  Hukum  Universitas  Sebelas Maret Surakarta.
b.  Memperdalam  pemahaman  dan  pengetahuan  tentang  hukum  perdata,  khususnya  mengenai hukum perjanjian, dilihat dari segi kedudukan dan  tanggung jawab franshisee dalam perjanjian waralaba tersebut.
  c.  Meningkatkan  serta  mendalami  materi  perkuliahan  yang  diperoleh  di  Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D.  Manfaat Penelitian.
Manfaat yang diharapkan dari penulisan hukum ini adalah:.
1.  Manfaat Teoritis.
a.  Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  masukan  ilmu  pengetahuan serta pemikiran yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu  pengetahuan  hukum  pada  umumnya  khususnya  hukum  perdata  lebih  khusus lagi hukum hukum perjanjian.
b.  Mendalami  teori-teori  yang  telah  diperoleh  penulis  selama  menjalani  kuliah  strata  satu  di  Fakultas  Hukum  Universitas  Sebelas  Maret  Surakarta serta memberikan landasan untuk penelitian lebih lanjut.
c.  Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  memperkaya  literatur  dan  referensi  yang  dapat  dipergunakan  sebagai  bahan  acuan  bagi  peneliti  selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan topik bahasan yang  serupa dengan penelitian ini.
2.  Manfaat Praktis.
a.  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak yang  berwenang  sebagai  bahan  untuk  mambuat  kebijakan  yang  berkaitan  dengan  Hukum  Perjanjian  khususnya  dalam  hal  kedudukan  dan  tanggung jawab bagi para pihak dalam perjanjian waralaba.
b.  Hasil  penelitian  ini  dapat  membantu  penulis  dalam  memahami  mengenai  kedudukan  dan  tanggung  jawab  para  pihak  khususnya    franchisee  dalam perjanjian waralaba, serta pelaksanaan dari perjanjian  waralaba tersebut.
c.  Memberikan  pengetahuan  kepada  masyarakat,  khususnya  para  pelaku  bisnis  yang  tertarik  menjalankan  bisnis  waralaba,  agar  lebih  cermat  dalam  melihat  klausul-klausul  yang  akan  diperjanjikan,  sehingga  perjanjian tersebut menguntungkan kedua belah pihak dengan kata lain  tidak berat sebelah.

 Skripsi Hukum: Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Waralaba  Franchise Agreement

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi