Senin, 08 Desember 2014

Skripsi Hukum: Pelaksanaan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Terhadap Limbah Cair Industri Kulit

BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
 Skripsi Hukum: Pelaksanaan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Terhadap Limbah Cair Industri Kulit
Bumi  merupakan  tempat  tinggal  bagi  seluruh  makhluk  hidup  atau  menjadi  rumah  bagi  seluruh  makhluk  hidup.   Kehidupan  makhluk  hidup  di  bumi membentuk suatu hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan  lingkungannya  atau  yang  disebut  dengan  ekosistem.  Setiap  unsur  di  dalam  ekosistem terintegrasi dan membentuk satu kesatuan yang saling mendukung  satu  dengan  yang  lainnya  (Daud  Silalahi,2001:3).  Manusia  membutuhkan  lingkungan untuk menopang kehidupannya, namun lingkungan pun memiliki  batas kapasitas dalam mendukung kehidupan seluruh makhluk hidup. Kajian  tentang kapasitas suatu daerah (lingkungan) tertentu untuk menopang segala  aktivitas  makhluk  hidup  di  dalamnya  merupakan  hal  yang  sangat  penting  guna mencegah kerusakan suatu daerah (lingkungan).

Salah  satu  kegiatan  manusia  yang  sangat  berhubungan  dengan  lingkungan hidup ialah perkembangan dan pembangunan industri.  Contohnya  ialah  di  daerah  perkotaan,  apabila  semakin  banyak  atau  meningkat  jumlah  penduduk di perkotaan, maka semakin besar pula dan  meningkatnya masalah  lingkungan  hidup  yang  akan  dihadapi.  Kenaikan  atau  meningkatnya  jumlah  penduduk  di  perkotaan  ini  sangatlaha  berkaitan  erat  dengan  kemajuan  atau  berkembangnya  yang  menyebabkan  bertambahnya  industrialisasi.
Berkembangnya dengan  pesat industrialisasi  di dalam proses pembangunan,  pada  dasrnya  ialah  upaya  untuk  meningkatkan  pemanfaatan  dari  berbagai  faktor, misalnya ialah sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, dan  teknologi  yang  secara  berkisinambungan.  Semakin  meningkat  atau  banyak  kebutuhan  masyarakat,  maka  semakin  meningkat  dan  berkembang  pula  kegiatan  industri  yang  berlangsung  mengakibatkan  semakin  besar  pula  tekanan  untuk  meningkatkan  pemanfaatan  faktor-faktor  tersebut.  Masalah  pembangunan dan industrialisasi bagai dua sisi mata uang, di salah satu pihak    pembangungan  industri  sangat  diperlukan  untuk  meningkatkan  persediaan  barang dan jasa yang sangat diperlukan oleh masyarakat secara pribadi seperti  pemenuhan  kebutuhan  akan  barang  dan  jasa  dan  negara  berkaitan  dengan  pendapatan yang diperoleh oleh negara, akan tetapi di lain pihak idustrialisasi  dan  pembangunan  mempunyai  dampak  negatif,  khususnya  dilihat  dari  kepentingan  untuk  pelestarian  lingkungan  hidup  dan  sumber  alam  (R.M.
Gatot P. Soemartono, 1996:195-196).
Pembangunan  dalam  dirinya  memang  mengandung  unsur  perubahan  besar,  misalnya  perubahan  struktur  ekonomi,  perubahan  struktur  sosial,  perubahan fisik wilayah, perubahan pola konsumsi, perubahan sumber alam  dan  lingkungan  hidup,  perubahan  teknologi,  perubahan  sistem  nilai  dan  kebudayaan (Emil Salim, 1993:11).  Pendapat Emil Salim  yang dikutip  oleh  Supriadi  dalam  buku  Hukum  Lingkungan  di  Indonesia,  dinyatakan  bahwa  sungguh pun pembangunan telah berjalan  ratusan tahun di dunia, namun baru  pada  permulaan  tahun  tujuh  puluhan  ini,  dunia  baru  sadar  dan  cemas  akan  pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sehingga mulai menanganinya  secara  sungguh-sungguh  sebagai  masalah  dunia  (Supriadi,  2006  :  39).
Berdasarkan kutipan tersebut dapat dilihat bahwa manusia gencar melakukan  pembangunan infrastruktur demi terpenuhinya kebutuhan eknonomi namun  tidak menyadari akibat yang timbul lebih besar dari manfaat yang diperoleh  yaitu tergangunya keseimbangan lingkungan akibat pmnafaatan sumber daya  alam secara berlebihan. Hal ini menjadi masalah lingkungan  yang telah lama  diperbincangkan dan belum ada penyelesaian yang tuntas.
Permasalahan  lingkungan  hidup  pada  umumnya  banyak  dialami  oleh  negara  miskin  dan  negara  berkembang.  Menurut  Emil  Salim  masalah  lingkungan hidup yang dihadapi oleh negara berkembang banyak ditimbulkan  oleh  kemiskinan  yang  memaksa  rakyat  merusak  lingkungan  alam.  Maka  jelaslah rendahnya pendapatan penduduk, kurangnya terbukanya kesempatan  kerja yang lebih baik, tingkat pendidikan yang masih rendah, semua ini telah  turut mendorong penduduk negara berkembang menguras sumber daya alam  bagi keperluan hidupnya (Supriadi, 2006 : 39).  Menurut Sonny Keraf, tidak    bisa  disangkal  bagi  berbagai  kasus  lingkungan  hidup  yang  terjadi  sekarang  ini,  baik  pada  lingkup  global  maupun  lingkup  nasional,  sebagian  besar  memang  bersumber  pada  perilaku  manusia.  Kasus-kasus  pencemaran  dan  kerusakan,  seperti  di  laut,  hutan,  atmosfer,  air,  tanah,  dan  seterusnya  bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli  dan hanya mementingkan diri sendiri (Supriadi, 2006 :22).
Indonesia adalah salah satu negara sudah banyak merasakan  dampak  positif dari pembangunan pada sektor industri, seperti memperluas lapangan  pekerjaan,  menambah  dan  meningkatnya  pendapatan  perkapita,  meningkatnya  kemakmuran  bagi  masyarakat,  meningkatnya  mutu  dari  pendidikan masyarakat dan masih banyak lagi dampak-dampak positif  yang dapat  kita  peroleh  dari  pembangunan  pada  sector  industry.  Akan  tetapi  pembangunan  dalam  sektor  industri  telah  menimbulkan  efek  samping  bagi  lingkungan hidup dan masyarakat yang ada di sekitarnya.
Salah satu  dampak negatif yang timbul dari pembangunan pada sektor  industri  adalah  timbulnya  berbagai  macam  bentuk  pencemaran  yang  diahasilkan oleh mesin-mesin atau bahan-bahan kimia yang digunakan  dalam  proses  industri  tersebut.  Beberapa  bentuk  pencemaran  ialah  pencemaran  air  yang diakibatkan oleh pembuangan zat-zat atau sisa-sisa hasil industri  yang  bersifat cair secara langsung tanpa melewati proses penolahan atau daur ulang  terlebih  dahulu,  pencemaran  udara  yang  disebabkan  oleh  asap  yang  dihasilkan  oleh  mesin  pada  saat  proses  produksi  berlangsung,  dan  pencemaran tanah  yang  diakibatkan  oleh material-material  yang tidak dapat diuraikan  kembali  oleh  tanah  terutama  dari  bahan  yan  berbahan  dasar  dari  plastik.
Seiring  berkembangnya  perindustrian  di  Indonesia  dengan  pesat,  industri kecil mulai tumbuh di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya  di  Kabupaten  Magetan  Jawa  Timur.  Hal  ini  dapat  dilihat  dengan  munculnya  Lingkungan  Industri  Kecil  (LIK)  di  Kabupaten  Magetan  yang  bergerak  di  bidang kulit.  Seperti  yang telah disampaikan di atas bahwa industri-industri  yang  semakin  berkembang  dan  banyak  memiliki  dampak  yang  cukup  besar    bagi  lingkungan  di  sekitarnya.  Hal  tersebut  juga  terjadi  pada  lingkungan  di  sekitar  LIK  Kabupaten  Magetan  yang  mengalami  dampak  dari  kegiatan  industri yaitu terjadi pencemaran baik berupa pencemaran air dan pencemaran  udara  yang  berupa  bau  yang  tidak  sedap.  Padahal  pencemaran  yang  diakibatkan  oleh  limbah  dari  hasil  industri  kulit merupakan  salah  satu  jenis  polusi  yang  sangatlah  tinggi  terhadap  konsumsi  air.  Seperti  pernyataan  dari  Toxicity  Reduction  In  Leather  Tanning  Wastewater  By  Improved  Coagulation  Flocculation  Process  (G.  Lofrano,  V.  Belgiorno,  M.  Gallo,  A.
Raimo, S. Meric, 2006: 151): “The wastewater of leather industry which is one of the most widespread  industries  having  large  amount  of  water  consumption  and  very  high  pollution loads, may be characterized by several key parameters including  toxic  pollutants  exhibiting  toxicity.  Therefore  the  effluent  of  leather  tanning  industry  must  be  handled  carefully  during  both  treatment  plant  design and operation.” Keberadaan  industri  kulit  di  Kabupaten  Magetan  tentunya  membutuhkan  peran  dari  lembaga  pemerintah  untuk  mengawasi  dan  menanggulangi  dampak  dari  kegiatan  pencemaran  sebagaimana  tercantum  dalam  UUPLH.  Pengelolaan  lingkungan  hidup  tidak  hanya  dilakukan  oleh  Kementerian  Lingkungan  Hidup saja tetapi juga dilakukan oleh kementerian  sektoral  yang  salah  satunya  dilakukan  oleh  Badan  Lingkungan  Hidup  yang  dibentuk  dengan  perda  masing-masing  daerah  Kota/Kabupaten.  Badan  Lingkungan  Hidup  (BLH)  memiliki  tugas  mencegah  dan  menanggulangi  pencemaran dan kerusakan lingkungan serta melakukan upaya pelestarian dan  pemulihan  kualitas  lingkungan  (I  Gusti  Ketut  Rachmi,2011:50).  Dengan  adanya  upaya  pelestarian  yang  dilakukan  oleh  BLH  maka  diharapkan  pencemaran  lingkungan  yang  berasal  dari  limbah  hasil  dari  industri  kulit  tidaklah terlalu membahayakan.
Menurut  media  online  Kompas  yang  terbit  pada  tanggal  8  Agustus  2009,  menyatakan  bahwa  limbah  cair  yang  memenuhi  aliran  Sungai Gandong, Kabupaten Magetan, Jawa Timur  berasal dari industri kulit berbau  menyengat dan  berwarna putih. Debit air  Sungai  Gandong yang sangat kecil    pada musim kemarau membuat limbah menumpuk di badan sungai. Pada hari  sebelumnya tanggal  6 Agustus 2009, limbah cair  tersebut  terlihat sejauh lima  kilometer,  bermula  dari  sekitar  perumahan  di  Kelurahan  Selosari  sampai  Jembatan Sungai Gandong baru di sebelah barat alun-alun Magetan. Selain di  sekitar  perumahan  Keluarahan  Selosari  dan  Sungai  Gandong  juga  melewati  tiga  kelurahan  lain,  yaitu  Kepolorejo,  Magetan,  dan  Tambran.  Limbah  cair  terlihat  mengalir  melalui  saluran  pembuang  limbah  di  Lingkungan  Industri  Kecil (LIK) Magetan menuju Sungai  Gandong di Kelurahan Selosari.  Di LIK  itu  sendiri  terdapat  kurang  lebih  120  industri  kulit  (http://www.ampl.or.id/ digilib/  read/limbah-penuhi-  kali-gandong/34959,  diakses  tanggal  25  Mei  2013  Pukul  16.00  WIB).  Limbah  yang  berbau  menyengat  tersebut  juga  berpengaruh  buruk  terhadap  warga-warga  yang  tinggal  di  sekitarnya.
Contohnya  tidak  sedikit  dari  warga  yang  terserang  penyakit  yang  berkaitan  dengan ganggan pernafasan seperti sesak nafas atau ISPA.
Pelaksanaan  dan  penegakan  peraturan  perundang-undangan  tersebut  dapat  berjalan  secara  efektif  dan  efisien  apabila  didiukung  oleh  perangkat  penegak hukum. Penegakan hukum lingkungan sangat berkaitan erat dengan  kemampuan  dari  aparatur  dan  kepatuhan  dari  warga  masyarakat  itu  sendiri  terhadap  peraturan  perundang-undnagan  yang  ada  dan  berlaku,  yang  dalam  hal  ini  meliputi  tiga  bidang  hukum  yaitu  administatif,  pidana  dan  juga  perdata.  Penegakan  hukum  salah  satunya  ialah  dapat  berupa  pengawasan  yang  dilakukan  oleh  pemerintah  khususnya  institusi  yang  bergerak  dalam  bidang lingkungan hidup  dalam penulisan ini penulis ingin mengkaji fungsi  pengawasan  yang  dilakukan  oleh  Badan  Lingkungan  Hidup  Kabupaten  Magetan.  Pelaksanaan  pengelolaaan  limbah  industri  kulit  di  Lingkungan  Industri  Kecil  Kabupaten  Magetan  masihlah  dijumpai  beberapa  hal  yang  belum atau tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku  saat  ini,  sehingga  dikhawatirkan  dapat  merusak  lingkungan  hidup  dan  ekosistem yang ada.
Berdasarkan  latar belakang  yang telah diuraikan di atas, maka penulis  tertarik menelaah lebih lanjut persoalan tersebut dalam penulisan hukum yang    berjudul  “PELAKSANAAN  PENGAWASAN  BADAN  LINGKUNGAN  HIDUP  TERHADAP  LIMBAH  CAIR  INDUSTRI  KULIT  DI  LINGKUNGAN INDUSTRI KECIL KABUPATEN MAGETAN JAWA  TIMUR”.

 Skripsi Hukum: Pelaksanaan Pengawasan Badan Lingkungan Hidup Terhadap Limbah Cair Industri Kulit

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi