Kamis, 04 Desember 2014

Skripsi Hukum: Konstruksi Hukum Atas Kepentingan Umum Dan Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah

  BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
Skripsi Hukum: Konstruksi Hukum Atas Kepentingan Umum Dan Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah
Tidak dapat dipungkiri bahwa tanah merupakan salah satu anugerah  dari  Tuhan  Yang  Maha  Esa  yang  memiliki  peran  penting  dalam  kehidupan  makhluk  hidup  terutama  Manusia.  Hubungan  manusia  dengan  tanah  bukan  hanya sekedar tempat hidup, tetapi lebih dari itu tanah memberikan sumber  daya bagi kelangsungan hidup umat manusia. Disamping itu tanah merupakan  aset  yang  sangat  berharga.  Bagi  sebuah  bangsa,  oleh  karena  itu  tanah  memegang  peranan  penting  yang  mampu  menunjukan  kedaulatan  bangsa  yang bersangkutan (Mudjiono, 2007:458).

Dari  kasus  yang  banyak  terjadi,  jelas  sekali,  bahwa  tanah  memegang  peranan  sentral  dalam  kehidupan  bagi  negara  yang  bercorak  agraris  seperti  Negara Indonesia. Gejolak ini merupakan causa prima terjadinya peningkatan  penghargaan  masyarakat  terhadap  tanah  (Mukmin  Zakie,  2011:188).  Di  dalam masyarakat agraris hubungan antara manusia dan tanah bersifat religiomagis-kosmis,  yaitu  hubungan  antara  manusia  dan  tanah  yang  menonjolkan  penguasaan kolektif  (Mukmin Zakie, 2011: 189). Hal ini dipertegas dengan  pendapat  Sonny  Djoko  Marlijanto  yang  menyatakan  hubungan  antara  tanah  dengan Negara Indonesia bersifat abadi, oleh karena itu harus dikelola secara  cermat  pada  masa  sekarang  maupun  untuk  masa  yang  akan  datang  (Sonny  Djoko Marlianto, 2010 :1).
Hubungan  antara  tanah  dengan  Negara  Indonesia  dijadikan  dasar  bagi  pihak  penyelenggara  negara  untuk  menentukan  kebijakan-kebijakan  pembangunan  yang  bertujuan  untuk  memenuhi  kebutuhan  pembangunan  di  berbagai  daerah.  Amartya  Sen  sebagaimana  dikutip  oleh  Eman  Ramelan menjelaskan  bahwa  pembangunan  pada  hakekatnya  bukanlah  sebuah  proses    yang  semata-mata  bertujuan  untuk  meningkatkan  tersedianya  sumberdaya  masyarakat.  Tapi  ditujukan  pada  pemberdayaan  dan  pengembangan  kemampuan  masyarakat.  (Eman  Ramelan,  2008:1).  Dalam  tulisannya  Eman  Ramelan  juga  menjelaskan  konteks  yang  agak  berbeda  juga  dapat  dilihat  dalam  tujuan  pembangunan  yang  diarahkan  pada  pencapaian  masyarakat  yang adil dan makmur. Kemakmuran berdimensi physic-biologis dan bersifat  ekonomis,  seperti  yang  dikemukakan  oleh  Richard  Postner  bahwa  sebagai  konsep  ekonomi,  kemakmuran  akan  banyak  berurusan  dengan  hal-hal  yang  bersifat  kebendaan  dan  kekayaan  materil,  sedangkan  keadilan  lebih  bersifat  psikologis dan subyektif (Eman Ramelan, 2008:2).
Pembangunan  yang  bersifat  physic  dalam  artian  meningkatkan  kemakmuran dan atau kesejahteraan masyarakat luas, dapat dilakukan dengan  melakukan  pembangunan  infrastruktur,  yang  antara  lain  dilakukan  dengan  pembuatan  jalan  raya  baru,  peningkatan  kualitas  dan  kelas  jalan  raya,  pembangunan pasar, pelabuhan jaringan telekomunikasi, dan lain sebagainya.
Maka  tersedianya  infrastruktur  yang  memadai  dapat  menggerakan  roda  perekonomian  lebih  optimal  yang  berpengaruh  pada  peningkatan  pendapat  serta  pada  akhirnya  bermuara  pada  peningkatan  kesejahteraan  dan  atau  kemakmuran masyarakat (Eman Ramelan, 2008:2).
Namun seringkali untuk membangun  suatu infrastruktur, banyak negara  diperhadapkan  dengan  kondisi  keterbatasan  akan  tanah,  maka  perlu  melakukan  suatu  perbuatan  pemerintah  yang  sah  (legitimate  dan  justified),  dapat  dipertanggungjawabkan  (accountable  and  responsible)  dan  bertanggung  jawab  (liable)  (Safi,  2010:173).  dimana  secara  aplikatif  dapat  dilakukan  dengan  kegiatan  “mengambil”  tanah  atau  biasa  disebut   kegiatan  pengadaan tanah (pembebasan tanah).
Aktivitas  pengadaan  tanah  untuk  kepentingan  pembangunan  secara  teoritik  didasarkan  pada  azas  atau  prinsip  tertentu  dan  terbagi  menjadi  dua  subsistem:  Pertama  pengadaan  tanah  oleh  pemerintah  karena  kepentingan  umum,  Kedua  pengadaan  tanah  oleh  pemerintah  karena  bukan  kepentingan  umum  (komersial)  (Imam  Koeswahyono,  2008:4).  Menurut  Maria  S.W.
  Sumardjono  pengadaan  tanah  merupakan  perbuatan  pemerintah  untuk  memperoleh  tanah  untuk  berbagai  kegiatan  pembangunan,  khususnya  bagi  kepentingan umum. Pada prinsipnya proses pengadaan tanah melalui kegiatan  pembebasan  tanah  dilakukan  dengan  cara  musyawarah  antara  pihak  yang  memerlukan  tanah  dan  pemegang  hak  atas  tanah  yang  tanahnya  diperlukan  untuk  kegiatan  pembangunan  (Maria  S.W.  Sumardjono,  2008:  280).  Untuk  memberikan  kepastian  hukum  negara  melakukan  kegiatan  pengadaan  tanah  untuk  kepentingan  pembangunan,  maka  perlu  dibuat  suatu  peraturan  perundang-undangan  yang  menjabarkan  secara  jelas  mengenai  ketentuanketentuan  yang  dapat  dimengerti  terutama  terhadap  masyarakat  yang  kehilangan hak atas tanah.
Hal pertama yang berkaitan ketika negara melakukan kegiatan pengadaan  tanah  yaitu  konsep  kepentingan  umum,  khususnya  bagaimana  peraturan  perundangan  yang  berkaitan  dengan  pengadaan  tanah  untuk  kepentingan  pembangunan  telah  mengatur  kriteria  tersebut  di  berbagai  negara.
Pembahasan  mengenai  prinsip-prinsip  kepentingan  umum  dalam  pengadaan  tanah  untuk  kepentingan  pembangunan  menjadi  penting  karena  :  (Adrian  Sutedi, 2008: 48-49).
1.  Dalam sarana pembangunan, terutama pembangunan di bidang materiil,  baik  di  kota  maupun  di  desa  banyak  memerlukan  tanah,  misalnya  pembuatan  gedung  sekolah,  pelebaran  jalan,  semuanya  memerlukan  tanah sebagai sarana utamanya; 2.  Sebagai  titik  tolak  di  dalam  pembebasan  tanah,  pengadaan  tanah,  dan  pencabutan  hak  atas  tanah.  Untuk  mendapatkan  tanah  dalam  rangka  penyelenggaraan atau untuk keperluan pembangunan, harus dilaksanakan  dengan hati-hati dan dengan cara yang bijaksana; 3.  Setelah  lahirnya  otonomi  daerah,  dalam  rangka  untuk  menampung  aspirasi  masyarakat  di  daerah,  kepentingan  umum  dalam  penafsirannya  harus  disesuaikan  dengan  masyarakat  setempat,  sikap  pemerintah  tidak  dibenarkan  secara  parsial  memihak  bagi  kepentingan  golongan  tertentu    saja,  tetapi  dilakukan  secara  menyeluruh  baik  untuk  kepentingan  masyarakat pedesaan maupun kepentingan masyarakat.
Istilah  kepentingan  umum  seringkali  menjadi  perdebatan  dalam  kaitannya dengan pengadaan tanah untuk pembangunan. Pemegang hak atas  tanah  menganggap  bahwa  pengadaan  tanah  itu  bukan  untuk  kepentingan  umum  melainkan  untuk  kepentingan  swasta,  sedangkan  pihak  yang  memerlukan  tanah  menganggap  bahwa  pengadaan  tanah  itu  benar-benar  untuk  kepentingan  umum.  Menurut  Christina  Tri  Budhayanti  tanpa  adanya  kriteria  yang  jelas  mengenai  konsep  kepentingan  umum  dalam  pengadaan  tanah,  maka  akan  dapat  menimbulkan  berbagai  penafsiran  untuk  mengisi  kriteria tersebut. Jika hal ini  dilakukan, tidak mustahil bahwa setiap kegiatan  umum  lebih  jauh  lagi  akan  menjadikan  pemegang  hak  atas  tanah  akan  menjadi  korbannya  (Christina  Tri  Budhayanti,  2012).  Problem  yuridis  yang  menggambarkan  buruknya  penetapan  kepentingan  umum  di  Indonesia  salah  satunya  adalah  jalan  tol.  Dalam  penyelenggaraan  jalan  tol,  peran  negara  digantikan  oleh  kepentingan  bisnis.  Negara  justru  membiarkan  jalan  umum  rusak dan semrawut sehingga pengguna jalan umum yang memiliki aset lebih  beralih ke jalan tol, sedangkan rakyat biasa tidak dapat mengaksesnya dengan  leluasa.  Dengan  beralih  pengguna  ke  jalan  tol,  mengakibatkan  keuntungan  usaha  bisnis  tol  semakin  membesar.  Dan  keuntungan  tersebut  merupakan  keuntungan pengusaha itu sendiri, bukan diperuntukan bagi sebesar-besarnya.
Hal kedua  yang berkaitan ketika negara melakukan kegiatan pengadaan  tanah  adalah  pemberian  ganti  rugi  yang  diterima  oleh  masyarakat  sebagai  akibat  dari  kegiatan  pengadaan  tanah  untuk  kepentingan  umum.  pemberian  ganti rugi yang dilakukan oleh negara telah diatur dalam pengaturan hukum  dimana berisikan ketentuan mengenai bentuk-bentuk ganti rugi hingga proses  penyelesaian  sengketa  ganti  rugi.  Problem  yuridis  yang  menggambarkan  buruknya  penetapan  konsep  ganti  rugi  di  Negara  Indonesia  adalah  dengan  memberlakukan mekanisme konsinyasi, dimana konsinyasi sebagai alternatif  penyelesaian  ganti  rugi  dalam  pengadaan  tanah  justru  tidak  menyelesaikan  masalah,  melainkan  mendatangkan  konflik  baru  dalam  pembebasan  tanah,    karena  pihak  dari  pemerintah  yang  terlibat  langsung  dalam  pembangunan  seakan-akan  mengakhiri  konflik  pembebasan  tanah  dengan  menitipkan  di  Pengadilan Negeri.
Menilik  penerapan  di  berbagai  negara  lain  juga  telah  mempunyai  pengaturan  hukum  mengenai  pengadaan  tanah  untuk  kepentingan  pembangunan, salah satunya  adalah Negara Inggris. Sejak tahun 1909 Negara  Inggris telah membuat pengaturan hukum yang menegaskan bahwa otoritas  perencanaan  pembangunan  (local  authorities)  berwenang  untuk  membuat  rencana  perencanaan  kota  yang  tertuang  dalam  suatu  rencana  tata  ruang wilayah  bagi  daerahnya  (Michael  Purdue,  2006:492).  Hingga  menetapkan  pengaturan  hukum  Town  and  country  planning  Act  1947  yang  kemudian  disempurnakan  dalam  Town  and  Country  Planning  Act  1952  dengan  memperkenalkan  pengaturan  hukum  berbasis  tata  kelola  kota  modern  (modern urban planning) yang bertujuan untuk menciptakan tata kelola kota  lebih modern dari sebelumnya (Robert Jones, 1982:4).
Sebagai  tindak  lanjut  dari  penerapan  tata  kelola  kota  modern  (modern  urban  planning),  maka  Negara  Inggris  membuat  suatu  pengaturan  hukum  adanya  pengadaan  tanah  untuk  kegiatan  pembangunan,  melalui  kegiatan  pembebasan  tanah  yang  dalam  proses  perkembangan  historisnya  tidak  mengkodifikasikan kedalam satu peraturan-perundang-undangan saja, namun  mempunyai  peraturan  perundang-undangan  tersendiri  mengenai  proses  pengadaan tanah yang memuat konsep kepentingan umum didalamnya, serta  peraturan  perundangan-undangan  mengenai  proses  ganti  rugi  sebagai  akibat  adanya pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan.
Melihat  penetapan  pengaturan  hukum  mengenai  konsep  kepentingan  umum dan pemberian ganti rugi di Negara Indonesia  belum berjalan dengan  baik,  maka  penulis  tertarik  untuk  menkonstruksikan  dengan  pengaturanpengaturan  pengadaan  tanah  yang  memuat  konsep  kepentingan  umum  dan  pemberian ganti rugi di Negara Inggris,  maka hal ini menjadi menarik untuk  dikaji  melalui  penelitian  dengan  judul  “KONSTRUKSI  HUKUM  ATAS  KEPENTINGAN  UMUM  DAN  GANTI  RUGI  DALAM  PENGADAAN    TANAH  (STUDI  PERBANDINGAN  HUKUM  TANAH  INDONESIA  DAN INGGRIS)”.
B.  Perumusan Masalah.
Berdasarkan  uraian  dan  latar  belakang  diatas,  penulis  tertarik  untuk  membahas  masalah  tersebut  lebih  lanjut  dengan  menitikberatkan  pada  rumusan masalah yaitu:.
Bagaimana  seharusnya  pengaturan  kepentingan  umum  dan  ganti  rugi  yang  layak  yang  dihasilkan  dari  hukum  tanah  Negara  Indonesia  dan  Negara  Inggris?.
C.  Tujuan Penelitian.
Tujuan  penelitian  diperlukan  karena  terikat  dengan  perumusan  masalah  dan judul dari penelitian itu sendiri. Penulis mempunyai tujuan atau hal-hal  yang  dicapai  baik  tujuan  obyektif  maupun  tujuan  subyektif.  Adapun  tujuan  dari penelitian ini adalah:.
1.  Tujuan Obyektif.
a.  Untuk  membuat  model  pengaturan  hukum  terhadap  konsep  kepentingan umum dan konsep ganti rugi layak yang telah dihasilkan  di  dalam  pelaksanaan  hukum  tanah  negara  Indonesia  dan  negara  Inggris terhadap pengadaan tanah.
2.  Tujuan Subyektif.
a.  Untuk  memperoleh  suatu  hasil  penelitian  sebagai  bahan  untuk  menyusun  skripsi  sebagai  persyaratan  dalam  mencapai  gelar  kesarjanaan  di  bidang  Ilmu  Hukum  di  Universitas  Sebelas  Maret Surakarta.
b.  Untuk  menambah,  memperluas,  dan  mengembangkan  pengetahuan  serta  pemahaman  aspek  hukum  dalam  teori  dan  praktek  di  lapangan  hukum.
c.  Untuk  memperdalam  berbagai  teori  hukum  yang  telah  penulis  dapatkan di Fakultas Hukum, khususnya di bidang hukum pertanahan.

   Skripsi Hukum: Konstruksi Hukum Atas Kepentingan Umum Dan Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi