Senin, 08 Desember 2014

Skripsi Hukum: Pelaksanaan perjanjian terapeutik antara dokter dengan pasien peserta jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas)

BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
Skripsi Hukum: Pelaksanaan perjanjian terapeutik antara dokter dengan pasien peserta jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas)
Kesehatan  merupakan  salah  satu  modal  pokok  dalam  rangka  pertumbuhan dan kehidupan bangsa dan mempunyai peranan penting dalam  pembentukan  masyarakat  yang  adil,  makmur,  dan  sejahtera.  Bahkan  kesehatan  sebagai  salah  satu  unsur  kesejahteraan  umum  harus  diwujudkan  sesuai  dengan  cita-cita   bangsa  Indonesia  sebagaimana  dimaksud  dalam  pembukaan  Undang-Undang  Dasar  Negara  Republik  Indonesia  1945  alinea  keempat  (UUD  1945).   Termasuk  mutu  kesehatan  yang  merupakan  bagian  penting  dalam  kehidupan  manusia.  Sekarang  ini  kesehatan  telah  dianggap  sebagai sebuah investasi. Berbagai bentuk upaya peningkatan kesehatan telah  dilakukan manusia untuk terus hidup dan berkembang.

Berdasarkan  Deklarasi  Universal  Hak  Asasi  Manusia  oleh  Perserikatan  Bangsa  Bangsa  (PBB)  tahun  1984  (Indonesia  ikut menandatanganinya) dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia  1945  Pasal  28  H,  menetapkan  bahwa  kesehatan  adalah  hak  dasar  setiap  individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan  termasuk  masyarakat  miskin,  yang  implementasinya  dilaksanakan  secara  bertahap  sesuai  kemampuan  keuangan  Pemerintah  dan  Pemerintah  Daerah.
Upaya peningkatan kualitas hidup manusia di bidang kesehatan, merupakan  suatu  usaha  yang  sangat  luas  dan  menyeluruh,  usaha  tersebut  meliputi  peningkatan  kesehatan  masyarakat  baik  fisik  maupun  non  fisik.  Kesehatan  juga  merupakan  salah  satu  faktor  penentu  tingkat  kesejahteraan  seseorang.
Dijelaskan  bahwa  kesehatan  juga  sebagai  hak  asasi  manusia  harus  diwujudkan  dalam  bentuk  pemberian  berbagai  upaya  kesehatan  kepada  seluruh  masyarakat  melalui  penyelenggaraan  pembangunan  kesehatan  yang  berkualitas  dan  terjangkau  oleh  masyarakat.  Dalam  Undang-Undang  Dasar  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1945  mengamanatkan  penyelenggaraan    jaminan sosial bagi seluruh rakyat  Indonesia  terutama pada  Pasal 34  ayat  (2)  yang  berbunyi  negara  mengembangkan  sistem  jaminan  sosial  bagi  seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu  sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa  setiap  orang  berhak  mendapatkan  pelayanan  kesehatan.  Karena  itu  setiap  individu,  keluarga  dan  masyarakat  berhak  memperoleh  perlindungan  terhadap  kesehatannya,  dan  negara  bertanggung  jawab  mengatur  agar  terpenuhi  hak  hidup  sehat  bagi  penduduknya  termasuk  bagi  masyarakat  miskin  dan  tidak mampu.  Derajat  kesehatan  masyarakat  miskin  yang  masih  rendah  diakibatkan  karena  sulitnya  akses  terhadap  pelayanan  kesehatan.
Kesulitan  akses  pelayanan  kesehatan  ini  dipengaruhi  oleh  berbagai  faktor  seperti  tidak  adanya  kemampuan  secara  ekonomi  dikarenakan  biaya  kesehatan  memang  mahal.  Peningkatan  biaya  kesehatan  yang  diakibatkan  oleh  berbagai  faktor  seperti  perubahan  pola  penyakit,  perkembangan  teknologi  kesehatan  dan  kedokteran,  kondisi  geografis  yang  sulit  untuk  menjangkau  sarana  kesehatan.  Derajat  kesehatan  yang  rendah  berpengaruh  terhadap  rendahnya  produktifitas  kerja  yang  pada  akhirnya  menjadi  beban  masyarakat  dan  pemerintah.  Seperti  yang  diamanatkan  dalam  Pasal  19  Undang-Undang  Nomor  40  Tahun  2004  tentang   Sistem  Jaminan  Nasional  menyatakan  bahwa  jaminan  kesehatan  bagi  masyarakat  miskin  diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial.   Di  Indonesia  dalam  program  pelayanan  kesehatan  bagi  orang  tidak  mampu,  pemerintah  menugaskan  PT.Askes  (persero)  dalam  pengelolaan  program  Jaminan  Pemeliharaan  Kesehatan  Masyarakat  Miskin  (JPKMM)  yang sering disebut dengan asuransi kesehatan bagi orang miskin atau lebih  dikenal dengan Askeskin. Dalam pelaksanaan program Askeskin tidak selalu  berjalan dengan lancar pasti terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaannya  dan  mulai  sejak  tahun  2008  program  Askeskin  berubah  menjadi  Jaminan  Kesehatan Masyarakat atau yang sering disebut (Jamkesmas). Jaminan Sosial  Kesehatan  Masyarakat  Miskin  (Jamkesmas)  adalah  bantuan  sosial  untuk    pelayanan  kesehatan  bagi  fakir  miskin  dan  tidak  mampu  yang  segala  biayanya dibayar oleh Pemerintah,  program ini  diselenggarakan oleh  Kementerian Kesehatan  dengan tujuan untuk memperbaiki program Askeskin  yang  terdahulu  berdasarkan  Peraturan  Menteri  Kesehatan  R.I  Nomor  40  Tahun  2012  tentang  Pedoman  Pelaksanaan  Program  Jaminan  Kesehatan  Masyarakat.
Kedokteran  merupakan  profesi  yang  banyak  mendapat  sorotan  masyarakat karena sifat pengabdiannya dan pelayanannya kepada masyarakat  cukup  kompleks.  Hubungan  antara  pasien  dengan  dokter  dalam  pelayanan  medis  dilandasi  atas  kepercayaan  sehingga  menimbulkan  suatu  hubungan  hukum. Dalam bidang kedokteran hubungan hukum ini terjalin di bidang jasa  yang disebut dengan perjanjian terapeutik. Dalam perjanjian ini, pasien telah  sepakat diberi pelayanan medis untuk menanggulangi penyakitnya dan dokter  juga  sepakat  untuk  memberi  pelayanan  medis  berupa  pemeriksaan,  pengobatan dan pertolongan medis lain, dengan kemampuannya semaksimal  mungkin yang dimilikinya.
Dibidang  kesehatan  sering  timbul  masalah  dari  pasien  yang  merasa  dirugikan,  karena  kurang  puas  dengan  hasil  yang  diperoleh  dari  pelayanan  kesehatan  yang  diberikan  oleh  dokter  maka  dari  itu  pasien  sering  menuntut  ganti  rugi  akibat  kesalahan  atau  kelalaian  yang  dilakukan  oleh  dokter  atau  tenaga  kesehatan  dalam  melakukan  pekerjaannya  atau  pasien  yang  tidak  mampu  memdapatkan  perlakuan  yang  berbeda  dengan  pasien  lain.  Kasus  yang  menjadi  sorotan  masyarakat  pada  umumnya,  khususnya  mendapat  sorotan  dari  profesi  kesehatan  dan  profesi  hukum  seperti  contohnya  yaitu  kasus bayi Dera lahir kembar pada Minggu (10/2/2013) di RS Zahira di Pasar  Minggu,  Jakarta  Selatan.  Dera  yang  lahir  melalui  operasi  caesar  kemudian  dinyatakan  sakit.  Rumah  Sakit  merujuk  agar  Dera  dibawa  ke  Rumah  Sakit  dengan peralatan medis yang lengkap. Setelah berkeliling ke 8 rumah sakit,  tak ada yang mau menerimanya karena penuh. Meninggalnya bayi Dera Nur  Anggraini  mendapat  perhatian  banyak  pihak  soal  kurangnya  fasilitas  dan  pelayanan  rumah  sakit  terhadap  pasien  miskin.  Di  sinilah  isu  hukum  yang    mencul  terhadap  fasilitas  kesehatan  untuk  keluarga  miskin  (http://news.detik.com/read/2013/02/19/131452/2173870/10/kasus-bayidera-komisi-ix-pasien-miskin-harus-diprioritaskan  diakses  tanggal  5  Maret  2013 pukul 22.10).
Setiap  pelayanan  medis  di  bidang  kesehatan  tentunya  peran  dari  sarana  kesehatan  sangatlah  penting.  Dengan  adanya  sarana  kesehatan  akan  sangat membantu dalam penyediaan fasilitas yang memadai demi tercapainya  pelayanan kesehatan  yang optimal. Dalam hal ini rumah sakit sebagai salah  satu  sarana  kesehatan  yang  dianggap  mampu  untuk  memberikan  upaya  pelayanan kesehatan yang optimal karena memiliki berbagai macam fasilitas  kesehatan  mulai  dari  tenaga  ahli  kedokteran  hingga  perlatan  medis  yang  memadai.
Alasan  lain  yang  menyebabkan  timbulnya  hubungan  antara  pasien  dengan dokter, adalah  bila pasien datang ke rumah sakit dalam kondisi gawat  darurat yang dapat mengancam jiwanya, tindakan menyelamatkan kehidupan  (life  saving)  tidak  memerlukan  persetujuan  tindakan  medis  karena  keadaan  pasien  yang  sangat  mendesak  untuk  segera  mendapatkan  pertolongan  dari  dokter,  misalnya  karena  terjadi  kecelakaan  lalu  lintas,  sesak  nafas,  maupun  karena  adanya  situasi  lain  yang  menyebabkan  keadaan  pasien  sudah  gawat,  sehingga sangat sulit bagi  dokter yang menangani untuk mengetahui dengan  pasti  kehendak  pasien.  Dalam  keadaan  seperti  ini  dokter  perlu  melakukan  tindakan  segera  untuk  menyelamatkan  jiwa  pasien  sementara  pasien  dan  keluarga tidak bisa membuat persetujuan dengan segera hal seperti ini yang  disebut dengan  Implied Emergency Consent  (keadaan gawat darurat).  Pasien  yang  dalam  keadaan  memaksa  atau  gawat  darurat  seperti  diatas  diperbolehkannya persetujuan tindakan medis di kesampingkan. Bila keadaan  pasien sudah melalui masa kritisnya baru dibuat persetujuan tindakan medis  antara pasien/keluarga pasien dengan dokter. Hubungan antara dokter dengan  pasien yang terjadi seperti ini merupakan salah satu ciri perjanjian terapeutik  yang  membedakan  dengan  perjanjian  biasa  sebagaimana  diatur  dalam  KUHPerdata.
  Rumah sakit adalah suatu sarana yang merupakan bagian dari sistem  pelayanan  kesehatan  yang  menjalankan  rawat  inap,  rawat  jalan,  dan  rehabilitasi  berikut  segala  penunjangnya  (Endang  Kusuma  Astuti,  2009:51).
Dengan demikian, rumah sakit adalah tempat untuk menyelenggarakan salah  satu  upaya  kesehatan,  yaitu  upaya  pelayanan  kesehatan  (health  services).
Rumah  sakit  umum  pemerintah  berdasarkan  fasilitas  dan  kemampuan  pelayanan rumah sakit terdiri dari 4 (empat) tipe yakni tipe A, B, C, dan D.
kelengkapan fasilitas maupun kemampuan pelayanan rumah sakit dengan tipe  tertentu tidak menjamin bila rumah sakit terhindar dari suatu masalah, hal ini  juga  sama  dengan  yang  ada  di  Rumah  Sakit  Umum  Daerah  Pandan  Arang  Kabupaten  Boyolaliyang  selanjutnya  disebut  (RSUD  Pandan  Arang  Kabupaten Boyolali). RSUD Pandan Arang merupakan Rumah Sakit tipe C  non pendidikan  yang berada di  Kabupaten  Boyolali, salah satu RSUD  yang  menjadi milik pemerintah daerah Kabupaten Boyolali. RSUD Pandan Arang  Kabupaten Boyolali ini diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan  yang  optimal  kepada  seluruh  masyarakat  terutama  masyarakat  yang  ada  di  sekitar  Kabupaten  Boyolali  dan  khususnya  masyarakat  yang  tidak  mampu  (JAMKESMAS)  karena  RSUD  Pandan  Arang  Kabupaten  Boyolali  sering  menjadi  rujukan  dari  berbagai  Puskesmas,  Klinik-klinik  kesahatan  maupun  balai kesehatan lainnya yang ada disekitar Kabupaten Boyolali.
Pasien  Jamkesmas  yang  datang  berobat  di  RSUD  Pandan  Arang  Kabupaten  Boyolali  mereka  berharap  agar  penyakitnya  sembuh,  biayanya  terjangkau  dan  memperoleh  pelayanan  kesehatan  yang  maksimal.  Dalam  Pelaksanaan  perjanjian  terapeutik  yang  ada  di  RSUD  Pandan  Arang  Kabupaten  Boyolali  merupakan  hubungan  antara  para  pihak  baik  dokter  dengan  pasien  Jamkesmas  adalah  sejajar  dan  seimbang.  Pasien  Jamkesmas  seolah-olah  merasa  sebagai  pihak  yang  lemah  dalam  perjanjian  terapeutik  antara  dokter  dengan  pasien  Jamkesmas  itu  sendiri  walaupun  dokter  telah  berusaha  memenuhi  hak-hak  pasien  Jamkesmas,  di  RSUD  Pandan  Arang  Kabupaten  Boyolali  pasien  Jamkesmas  tidak  dipandang  sebagai  pihak  yang  lemah dan tergantung kepada dokter sebab pasien juga mempunyai hak untuk    menentukan  nasibnya sendiri. Banyak pertimbangan yang harus diambil oleh  pasien  Jamkesmas  seperti  masalah  biaya,  kesiapan  mental,  risiko  yang  mungkin  akan  timbul,  perimbangan  keluarga,  dan  pertimbangan  lainnya  membuat  upaya  dokter  dalam  pelayanan  kesehatan  tidak  dapat  mencapai  tujuan secara maksimal sebab tidak selamanya kehendak dokter dalam upaya  penyembuhan  penyakit  pasien  bisa  sejalan  dengan  kehendak  pasien  itu  sendiri.  Di  sebabkan  oleh  tingkat  pemahaman  yang  kurang  ini  membuat  pelaksanaan  perjanjian  teraapeutik  di  RSUD  Pandan  Arang  Kabupaten  Boyolali  mengalami  kendala  terutama  dalam  hal  pemenuhan  hak  dan  kewajiban masing-masing pihak.
Dari  uraian  tersebut  di  atas,  merupakan  alasan  yang  mendorong  penulis untuk membuat penulisan hukum dengan judul :  “PELAKSANAAN  PERJANJIAN TERAPEUTIK ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN PESERTA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT  (JAMKESMAS) DI  RUMAH  SAKIT  UMUM  DAERAH  PANDAN  ARANG  KABUPATEN BOYOLALI”.
B.  Rumusan Masalah.
Berdasarkan  latar  belakang  yang  di  atas,  maka  dalam  penelitian  ini  penulis merumuskan kedalam dua pokok permasalahan sebagai berikut:.
1.  Bagaimana bentuk dan isi dari Perjanjian Terapeutik antara dokter dengan  pasien  peserta  Jamkesmas  di  rumah  sakit  umum  daerah  Pandan  Arang  Kabupaten Boyolali?.
2.  Bagaimana  pelaksanaan  Perjanjian  Terapeutik  terhadap  pasien  peserta Jamkesmas  di  rumah  sakit  umum  daerah  Pandan  Arang  Kabupaten  Boyolali?.
3.  Apa  saja  permasalahan-permasalahan  yang  ada  dalam  pelaksanaan  Perjanjian  Terapeutik  di  rumah  sakit  umum  daerah  Pandan  Arang  Kabupaten  Boyolali  dan  Bagaimana  Penyelesaian  permasalahanpermasalahan tersebut? .
  C.  Tujuan Penelitian.
Dalam  suatu  penelitian,  pastinya  ada  tujuan  yang  hendak  dicapai.
Tujuan  penelitian  diperlukan  karena  terkait  dengan  perumusan  masalah  dan  judul dari penelitian itu sendiri. Penu;is mempunyai tujuan atau hal-hal yang  ingin  dicapai  baik  berupa  tujuan  secara  obyektif  maupun  tujuan  secara  subyektif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:.
1.  Tujuan Obyektif.
Tujuan  obyektif  yaitu  tujuan  penulisan  dilihat  dari  tujuan  umum  yang  mendasari  penulis  dalam  melakukan  penulisan.  Dalam  rencana  penulisan tujuan obyektif penulisan bertujuan sebagai berikut :.
a.  Mengetahui  bentuk  dan  isi  dari  Perjanjian  Terapeutik  antara  pasien peserta Jamkesmas.
b.  Mengetahui pelaksanan Perjanjian Terapeutik terhadap pasien  peserta Jamkesmas  di  rumah  sakit  umum  daerah  Pandan  Arang  Kabupaten  Boyolali.
c.  Mengetahui permasalahan-permasalahan  yang ada dalam pelaksanaan  Perjanjian  Terapeutik  di  rumah  sakit  umum  daerah  Pandan  Arang  Kabupaten  Boyolali  dan  cara  penyelesaian  permasalahan  yang  dihadapi pasien peserta Jamkesmas.
2.  Tujuan Subyektif.
Tujuan subyektif yaitu tujuan penulisan dilihat dari tujuan pribadi  penulis  yang  mendasari  penulis  dalam  melakukan  penulisan.  Dalam  rencana penulisan ini bertujuan sebagai berikut :.
a.  Menambah  wawasan  dan  pengetahuan  bagi  penulis  di  bidang  ilmu  hukum baik teori maupun praktek dalam hal lingkup hukum perdata,  khusunya  mengenai  pelaksanaan  persetujuan  tindakan  medis  dalam  perjanjian terapeutik terhadap pasien peserta Jamkesmas.
b.  Memperoleh suatu hasil sebagai bahan untuk menyusun skripsi sebagai  persyaratan dalam mencapai gelar sarjana di bidang ilmu hukum pada  Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
c.  Meningkatkan  serta  mendalami  berbagai  teori  yang  telah  penulis  dapatkan di Fakultas Hukum agar dapat memberi manfaat bagi peneliti  sendiri khususnya dan masyarakat pada umumnya.

 Skripsi Hukum: Pelaksanaan perjanjian terapeutik antara dokter dengan pasien peserta jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas)

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi