Jumat, 05 Desember 2014

Skripsi Hukum: Upaya-upaya penyelesaian kredit macet oleh lembaga perbankan terhadap debitur wanprestasi

  BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar belakang Masalah.
Skripsi Hukum: Upaya-upaya penyelesaian kredit macet oleh lembaga perbankan terhadap debitur wanprestasi
Perkembangan  ekonomi  secara  pesat  sangat  berpengaruh  pada  perekonomian  masyarakat.  Untuk  mencukupi  kebutuhan  ekonomi  masyarakat  dalam melaksanakan kegiatan usaha, tentunya kegiatan usaha  yang  dilakukan  masyarakat  akan  membutuhkan  modal,  modal  tersebut  terbagi menjadi dua yaitu modal  pribadi dan modal pihak lain. Pihak lain  yang  dimakud  adalah  lembaga  perbankan.  Masyarakat  akan  melakukan  penambahan  modal  terhadap  kegiatan  usahanya  dengan  mengajukan  permohonan  penambahan  modal  atau  pinjaman,  yaitu  dengan  meminta  bantuan  kepada  Bank  atau  lembaga  pembiayaan  lainnya.  Cara  yang  dimaksud  adalah  pengajuan  permohonan  kredit  kepada  Bank.  Sesuai  dengan Pasal 1 Undang-Undang  Nomor  7 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor  10  Tahun  1998  tentang  Perbankan  (selanjutnya  disebut  UU Perbankan)  yang  menyatakan:  “Bank  adalah  badan  usaha  yang menghimpun  dana  dari  masyarakat  dalam  bentuk  simpanan  dan menyalurkan  kepada  masyarakat  dalam  bentuk  kredit  dan/atau  dalam bentuk-bentuk  lainnya  dalam  rangka  meningkatkan  taraf  hidup  orang banyak”.

Bank  merupakan  lembaga  keuangan  yang  bekerja  berdasar  kepercayaan. Dalam kegiatan operasionalnya, bank menghimpun dana dari  masyarakat  dalam  bentuk  giro,  tabungan  maupun  deposito  dan  menyalurkan  kembali  dana  tersebut  kepada  masyarakat  dalam  bentuk  kredit.  (Aris  Sunindyo  dan  Aprilia  Ari  Wijayanti,  2010:  54).  “Dalam  pemberian kredit bank harus mematuhi aturan-aturan yang semakin ketat,  seperti penerapan analisis 5C (character, capacity, capital, collateral and  condition of economy)” (Avianto Gunarso, 2012: 2).
Pemberian  kredit  yang  dimaksud  pada  hakikatnya  menyukseskan program-program  pemerintah  yang  berkaitan  dengan  sektor  ekonomi    untuk  meningkatkan  kesejahteraan  rakyat  menurut  pola  yang  diterapkan  dalam  Undang-Undang  Dasar  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  194(selanjutnya  disebut  UUD  1945),  karena  di  dalam  UUD  1945  tersebut  dinyatakan  bahwa  Negara  menjamin  kesejahteraan  rakyatnya.  Pemberian  kredit  dituangkan  dalam  suatu  perjanjian  kredit  dimana  setiap  pihak  mempunyai  hak  dan  kewajiban  secara  timbal  balik.  Pihak  yang  satu  mempunyai  hak  untuk  menuntut  sesuatu  dari  pihak  yang  lain,  dan  pihak  yang  lain  itu  wajib  memenuhi  tuntutan  itu,  dan  sebaliknya.  Pihak  yang  berhak  menuntut  sesuatu  disebut  kreditur,  sedangkan  pihak  yang  wajib  memenuhi tuntutan disebut debitur. Sesuatu yang dituntut disebut prestasi.
Prestasi adalah sesuatu  yang dituntut oleh kreditur terhadap debitur, atau  sesuatu  yang  wajib  dipenuhi  oleh  debitur  terhadap  kreditur  (Abdulkadir  Muhammad, 2000: 199).
Menurut  ketentuan  Pasal  1234  Kitab  Undang-Undang  Hukum  Perdata  (selanjutnya  disebut  KUH  Perdata)  ada  tiga  kemungkinan  wujud  prestasi,  yaitu  memberikan  sesuatu,  berbuat  sesuatu,  dan  tidak  berbuat  sesuatu.  Jika  dikemudian  hari  debitur  tidak  memenuhi  sesuatu  yang  diwajibkan  seperti  yang  telah  ditetapkan  dalam  perikatan  maka  debitur  dapat  dikatakan  wanprestasi.  Tidak  dipenuhinya  kewajiban  oleh  debitur  disebabkan oleh dua alasan, yaitu (Abdulkadir Muhammad, 2000: 203) : 1.  Kesalahan  debitur,  baik  dengan  sengaja  tidak  dipenuhi  kewajiban  maupun karena kelalaian.
2.  Keadaan memaksa (overmacht),  force majeure, jadi di luar kemampuan  debitur. Debitur tidak bersalah.
Ada tiga keadaan dimana debitur dikatakan sengaja atau lalai tidak  memenuhi prestasi, yaitu 1.  Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali; 2.  Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru; dan 3.  Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktunya atau terlambat.
Debitur dikatakan dalam keadaan wanprestasi atau tidak, dapat ditentukan  melalui tenggang waktu, apakah dalam perjanjian itu ditentukan tenggang    waktu  pelaksanaan  pemenuhan  prestasi  atau  tidak.  Dalam  hal  tenggang  waktu  pelaksanaan  pemenuhan  prestasi  tidak  ditentukan,  perlu  memperingatkan  debitur  supaya  ia  memenuhi  prestasi  sedangkan  dalam  hal  telah  ditentukan  tenggang  waktunya,  menurut  ketentuan  Pasal  1238  KUH  Perdata  debitur  dianggap  lalai  dengan  lewatnya  tenggang  waktu  yang  telah  ditetapkan  dalam  perjanjian.  Debitur  perlu  diberi  peringatan  tertulis  yang  isinya  menyatakan  bahwa  debitur  wajib  memenuh i  prestasi  dalam  waktu  yang  ditentukan,  jika  dalam  waktu  itu  debitur  tidak  memenuhinya  maka  debitur  dinyatakan  telah  lalai  atau  wanprestasi.
Peringatan  tertulis  dapat  dilakukan  secara  resmi  dan  dapat  juga  secara  tidak resmi. Peringatan tertulis secara resmi dilakukan melalui Pengadilan  Negeri  yang berwenang, yang disebut  sommatie. Peringatan tertulis tidak  resmi misalnya melalui surat tercatat, telegram, atau disampaikan sendiri  oleh  kreditur  kepada  debitur  dengan  tanda  terima.  Surat  peringatan  ini  disebut ingebreke stelling (Abdulkadir Muhammad, 2000: 204).
Bank  seharusnya  mendapat  perlindungan  hukum  secara  khusus.
Apabila debitur tidak melaksanakan kewajibannya atau wanprestasi, maka  pihak bank dapat menyelesaikannya melalui bantuan hukum. Perlindungan  hukum melalui jalur pengadilan, pengadilan Niaga, melalui Panitia Urusan  Piutang  Negara  (PUPN),  dan  melalui  Lembaga  Paksa  Badan  atau  sering  disebut  Direktorat  Jendral  Piutang  dan  Lelang  Negara  (DJPLN)  (Jamal  Wiwoho,  2011:  105).  Melalui  jalur  pengadilan,  setiap  kreditur  dapat  mengajukan  gugatan  untuk  memperoleh  keputusan  pengadilan.  Peradilan  yang dapat menyelesaikan dan menangani kredit bermasalah adalah badan  peradilan  umum  melalui  gugatan  perdata  dan  peradilan  niaga  melalui  gugatan kepailitan (Jamal Wiwoho, 2011: 107).
Salah  satu  contoh  bank  yang  menyediakan  pinjaman  untuk  masyarakat  adalah  Bank  Tabungan  Pensiunan  Nasional  (selanjutnya  disebut  BTPN).  BTPN  memberikan  pinjaman  untuk  pensiunan  maupun  untuk  masyarakat  umum.  Dalam  prakteknya  pencairan  kredit-kredit  tersebut  tidak  selancar  seperti  yang  diharapkan,  walaupun  dalam    memberikan  kredit,  bank  harus  berkeyakinan  bahwa  dana  yang  dipinjamkan kepada masyarakat dapat dikembalikan tepat pada waktunya  dan  sesuai  jumlah  pinjaman  beserta  dengan  bunganya  sebagaimana  yang  telah  disepakati  kedua  belah  pihak,  namun  tetap  saja  terjadi  beberapa  kredit  macet  dalam  setiap  pemberian  kredit  tersebut.  Hal  ini  mendorong  penulis  untuk  meneliti  dan  mengkaji  lebih  dalam  tentang  “UPAYAUPAYA  PENYELESAIAN  KREDIT  MACET  OLEH  LEMBAGA  PERBANKAN  TERHADAP  DEBITUR  WANPRESTASI  (Studi  Di  Bank Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Pasar Legi Surakarta)”.
B. Perumusan Masalah.
Berdasarkan  latar  belakang  yang  telah  dipaparkan  diatas,  maka  penulis  merumuskan  masalah  untuk  dikaji  secara  lebih  rinci.  Adapun  permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :.
1.  Kriteria  apa  saja  yang  dipergunakan  dalam  menentukan  seorang  debitur yang dianggap melakukan wanprestasi sehingga menimbulkan  kredit  macet  di  Bank  Tabungan  Pensiunan  Nasional  Cabang  Pasar  Legi Surakarta?.
2.  Bagaimana  upaya  yang  dilakukan  oleh  Bank  Tabungan  Pensiunan  Nasional  Cabang  Pasar  Legi  Surakarta  selaku  lembaga  perbankan  dalam  penyelesaian  kredit  macet  dan  hambatan  apa  yang  timbul  beserta penyelesaiannya?.
C. Tujuan Penelitian.
Tujuan  penelitian  ini  pada  hakekatnya  mengungkapkan  apa  yang  hendak  dicapai  oleh  peneliti,  yang  mana  tujuan  penelitian  ini  adalah  sebagai berikut:.
1.  Tujuan Obyektif.
a.  Untuk  mengetahui  kriteria  yang  dipergunakan  dalam  menentukan  seorang  debitur  yang  dianggap  melakukan  wanprestasi  sehingga    menimbulkan kredit macet di Bank Tabungan Pensiunan Nasional  Cabang Pasar Legi Surakarta.
b.  Untuk  mengetahui  upaya  yang  dilakukan  oleh  Bank  Tabungan  Pensiunan Nasional Cabang Pasar  Legi Surakarta selaku lembaga  perbankan  dalam  penyelesaian  kredit  macet  dan  hambatan  yang  timbul beserta solusinya.
2.  Tujuan Subyektif.
a.  Untuk menambah dan memperluas pengetahuan penulis mengenai penyelesaian  kredit  macet  oleh  debitur  wanprestasi  di  Bank  Tabungan Pensiunan Nasional Cabang Pasar Legi Surakarta.
b.  Untuk menerapkan konsep-konsep ataupun teori-teori hukum yang  diperoleh  penulis  sehingga  memberi  manfaat  bagi  penulis  sendiri  dalam mendukung penulisan hukum ini maupun memberi manfaat  bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang hukum  perdata.
c.  Memenuhi  persyaratan  akademis  guna  memperoleh  gelar  sarjana  dalam  bidang  ilmu  hukum  pada  Fakultas  Hukum  Universitas  Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian.
Dalam  setiap  penelitian  diharapkan  adanya  suatu  manfaat  dan  kegunaan yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan, sebab besar  kecilnya  manfaat  penelitian  akan  menentukan  nilai-nilai  dari  penelitian  tersebut. Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :.
1.  Manfaat Teoritis.
a.  Untuk  memberi  sumbangan  pikiran  dalam  mengembangkan  ilmu  pengetahuan  di  bidang  ilmu  hukum  pada  umumnya  dan  hukum  perdata pada khususnya  serta dapat dipakai sebagai acuan terhadap  penulisan maupun penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.
  b.  Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  menjadi  suatu  tambahan  referensi,  masukan  data  ataupun  literatur  bagi  penulisan  hukum  selanjutnya yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
c.  Hasil penelitian diharapkan dapat menyumbangkan pemecahan atas  permasalahan yang diteliti.
2.  Manfaat Praktis.
a.  Memberikan suatu gambaran dan informasi tentang penelitian  yang  sejenis dan pengetahuan bagi masyarakat luas tentang  penyelesaian  kredit macet oleh debitur wanprestasi di Bank Tabungan Pensiunan  Nasional Cabang Pasar Legi Surakarta.
b.  Memberikan  pendalaman,  pengetahuan,  dan  pengalaman  baru  kepada  penulis  mengenai  permasalahan  hukum  yang  dikaji,  yang  dapat berguna bagi penulis di kemudian hari.

 Skripsi Hukum: Upaya-upaya penyelesaian kredit macet oleh lembaga perbankan terhadap debitur wanprestasi

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi