Jumat, 05 Desember 2014

Skripsi Hukum: Urgensi Unifikasi Lambang Kepalangmerahan Melalui Pengaturan Dalam Undang-Undang

  BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
Skripsi Hukum: Urgensi Unifikasi Lambang Kepalangmerahan Melalui Pengaturan Dalam Undang-Undang
Indonesia  telah  memiliki  perhimpunan  nasional  gerakan  Palang  Merah sejak  tahun  1950,  melalui  Keputusan  Presiden  Nomor  25  Tahun  1950  tentang  Mengesahkan  Anggaran  Dasar  dari  dan  mengakui  sebagai  badan  hukum  -satunya  organisasi  untuk  menjalankan  pekerjaan  Palang  Merah di  Republik  Indonesia  Serikat,  menurut  Konvensi  Jenewa  1949  (1864,  1906,  1929,  1949).  Berdasarkan  Keppres  Nomor  25  Tahun  1950  secara  resmi  lambang  Palang  Merah  digunakan  dalam  menjalankan  kegiatan  kemanusiaan,  dengan lambang Palang Merah Indonesia. Setelah keluarnya Keputusan Presiden  Nomor 25 Tahun 1950 tentang penunjukan organanisasi Palang Merah Indonesia  menjadi perhimpunan  nasional  di  Indonesia,  maka  Indonesia  meratifikasi  Konvensi  Jenewa  1949  dengan  Undang-Undang  Nomor  59  Tahun  1958  tentang  ikut serta Negara Republik Indonesia dalam seluruh Konvensi Jenewa tanggal 12  Agustus  1949.  Penggunaan  tanda  dan  kata-kata  Palang  Merahdilakukan  oleh  penguasa perang tertinggi yang juga adalah Presiden Republik Indonesia melalui  Peraturan penguasa perang tertinggi Nomor 1 Tahun 1962 tentang pemakaian dan  penggunaan tanda kata-kata Palang Merah. Setelah Pemerintah Presiden Soekarno  mengeluarkan  beberapa  peraturan  tentang  pelaksanaan  Konvensi Jenewa  1949  dan  kebijakan  dalam  negeri  tentang  Palang  Merah,  maka  Presiden  Republik  Indonesia  mengeluarkan  Keputusan  Presiden  Republik  Indonesia  Nomor  246  Tahun  1963  tentang  perhimpunan  Palang  Merah Indonesia  (DPR.2012.Naskah  Akademik Undang  Undang RepublikIndonesia. 2012.Jakarta : DPR RI).

Dalam  Pokok pikiran pertama pembukaan Undang-undang Dasar Negara  Republik Indonesia, berbunyi  melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh  tumpah darah Indonesia dengan berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan  keadilan  sosial  bagi  seluruh  rakyat  Indonesia . Dalam  pengertian  ini  diterima    pengertian  negara  persatuan,  negara  yang  melindungi  dan  meliputi  segenap  bangsa  seluruhnya. Jadi  negara  mengatasi  segala  paham  golongan,  mengatasi  segala paham  per seorangan. Pengertian tersebut menghendaki bahwa persatuan  meliputi  segenap  bangsa  Indonesia  seluruhnya,  hal  ini  merupakan  suatu  dasar  negara yang tidak boleh dilupakan, kemudian pengertian ini menunjukkan bahwa  pada pokok  pikiran  persatuan dengan  pengertian  yang  lazim  bahwa negara,  penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan  negara di atas kepentingan golongan ataupun perseorangan.
Dalam Undang  Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 11  dan Pasal 28A   28J, demi kepentingan  nasional  sebagai sebuah  perilaku dalam  menjalin  hubungan  internasional,  khususnya  dalam  misi  perdamaian  maka  dibutuhkan tindakan  bagi kelangsungan hidup  para  pasukan  perang  dan  relawan dan  juga  perlindungan  terhadap   Hak  Asasi  Manusia,  sehingga  Negara  dapat  melindungi  warganya  akibat  keadaan  perang.  Selain  itu  demi  kepentingan  nasional,  Negara  dapat  menjaga  dan  melindungi  sarana  dan  prasarana  yang  dijadikan  fasilitas  untuk  kemanusiaan,  fasilitas  yang  dimaksud  adalah  berupa  rumah  sakit,  tenda-tenda  darurat  dalam  menampung  korban  perang  dan  para  pengungsi,  serta  tempat  peribadatan  yang  dijadikan  pusat  kemanusiaan.
Perlindungan  keberlangsungan  hidup  yang  dilihat  dari  perspektif  kepentingan  nasional  membutuhkan  identitas  yang  diterima  secara  universal,  misalkan  lambang-lambang, seperti lambang palang merah, Bulan Sabit merah atau Kristal.
Resolusi-resolusi  hasil  Gerakan  Palang  Merahdan  Bulan  Sabit  Merah,  serta hukum nasional masing-masing negara peserta Konvensi Jenewa, salah satu  permasalahan  terkait  dengan  penggunaan  lambang  tersebut  di mana  maraknya  penggunaan  yang  tidak  tepat  hingga  penyalahgunaan  terhadap  lambang  kemanusiaan,  kemudian  muncul  menjadi  esensi  tersendiri,  hingga  saat  ini.
Longgarnya  berbagai  penerapan  aturan  dan  etika  yang  ada,  mendukung  untuk  tidak  terjaminnya  Lambang  Palang  Merahsebagai  Tanda  Pengenal  dan  Tanda  Perlindungan.  Akibatnya,  kejadian  beberapa  waktu  lalu  Lambang  Palang  Merahkerap  kali  digunakan  untuk  mendukung  berbagai  kepentingan  tertentu,  mulai  yang  menunjukan  tim  medis  partai,  kampus,  media  massa,  LSM  hingga    kelompok-kelompok  yang  tidak  jelas  afiliasinya, bahkan  kerap  kali  digunakan  untuk kepentingan intelijen.
Sepanjang  perjalanan  Palang  MerahIndonesia  (PMI),  secara  tidak  langsung juga telah ditemukan penyalahgunaan terhadap Lambang palang merah,  menggunakan  lambang  untuk  suatu  kepentingan  pribadi  untuk  mendapatkan  keuntungan  seperti  halnya  lambang  palang  digunakan  untuk  suatu  label  produk/barang yang diproduksi untuk komersial dan tidak hanya itu, penggunaan  lambang  Palang  Merahjuga  dapat  menimbulkan  persepsi-persepsi  disebagian  kalangan  masyarakat,  beberapa  persoalan antara  lain,  muncul  persepsi  sebagian  masyarakat melihat Lambang Palang Merahsebagai simbol keagamaan yang saat  ini sedang digembor-gemborkan, hal  ini  juga mempengaruhi pemikiran sebagian  masyarakat,  seperti  halnya  bahwa  lambang  tersebut  dikonotasikan  sebagai  organisasi  agama  yang  berarti  didirikan  dengan  basis  suatu  agama,  Kemudian  adanya  tindakan  peniruan  terhadap  penggunaan  Lambang  Palang  Meraholeh  organisasi  dan  perorangan  yang  tidak  memiliki  hubungan  sama  sekali  dengan  tindakan  gerkaan  Palang  Merahatas  sarana  dan  kegiatan  tertentu,  termasuk  produk-produk  niaga.  Penyalahgunaan  lambang  utamanya  terjadi  pada  rumah  sakit, dokter swasta, ambulan, apotik, pabrik obat, Penyalahgunaan lambang PMI  ,  disebabkan  karena  minimnya  pengetahuan masyarakat  mengenai  posisi  PMI,  dicontohkan  beberapa penyalahgunaan  lambang  PMI  ada  dalam  kemasan  obat  penyembuh  luka,  pada  mobil  ambulans,  dan  beberapa  klinik  kesehatan.
"Berdasarkan Konvensi Jenewa, institusi yang menggunakan lambang PMI hanya  PMI,  dinas  kesehatan,  dan  TNI,"  ungkapnya (http: // news.okezone.com/ read/ 201109 /20/ 340/ 504843/lambang- pmi-sering-disalahgunakan.  diakses  pada  18  mei 2013, pkl 9.36).
Perusahaan-perusahaan  distribusi,  serta  pelayanan-pelayanan  umum  ataupun swasta yang berkaitan dengan kesehatan maupun hiegenis juga tak dapat  dielakkan.  Seperti  halnya  Seharusnya  berdasarkan  Konvensi  Jenewa,  yang  menggunakan  lambang  itu  hanya  PMI  dan  dinas  kesehatan  TNI  sebagai  satusatunya  lambang  dan  organisasi  Gerakan  Palang  Merahatau  Bulan  Sabit  Internasional di Indonesia.     Sampai  saat  ini di  Indonesia masih  terjadi  dualisme  lambang  palang  merah,  padahal  salah  satu  prinsip  yang  harus  diperhatikan  oleh  setiap  negara  peserta Konvensi JenewaTahun 1949 yakni prinsip kesatuan (Unity). Ada 3 (tiga) lambang lain yang juga diakui oleh Konvensi Jenewa 1949 sebagai lambang yang  memiliki fungsi sama dengan lambang palang merah, yaitu lambang Bulan Sabit  merah, singa dan matahari merah serta Kristal merah.
Saat ini ada 153 negara  yang menggunakan lambang palang merah, 33  negara menggunakan  lambang  Bulan  Sabit  merah,  1  negara menggunakan  lambang  Kristal  merah  dan  tidak  ada  lagi  negara  yang menggunakan  lambang  singa & matahari merah. Dari keempat lambang tersebut, telah ditentukan bahwa  satu negara hanya boleh menggunakan salah satu lambang saja. Disebutkan dalam  lanjutan pasal 53 Konvensi Jenewa1949 :  Larangan yang ditetapkan dalam paragraf pertama dari pasal ini akan  berlaku  juga  untuk  lambang-lambang  dan  tanda-tanda  yang  disebutkan  dalam  paragraf  kedua  Pasal  38  (Bulan  Sabit  merah,  singa  &  matahari merah),  tanpa  mempengaruhi  hak  apapun  yang  diperoleh  karena  pemakaiannya  terlebih  .
Tidak hanya  itu  saja,hal  ini  juga  dijelaskan  dalam   pasal  4  paragraf  2,  statuta gerakan Palang Merahdan Bulan Sabit Merah Internasionalyang berbunyi :  Be the only National Red Cross or Red Crescent society of the said state  and be directed by a central body which shall alone be competent to represent it  in d . Dalam satu Negara hanya  diperkenankan satu perhimpunan nasional Palang Merahatau Bulan Sabit merah  yang  dipimpin  oleh  satu  pengurus  pusat  yang  mempunyai  wewenang  untuk  mewakili dalam hubungan dengan komponen lainnya dari Gerakan.
Penggunaan  lambang  oleh pihak yang  berhak  menggunakannya,  akan  tetapi  dalam  kenyataannya  menerapkan  penggunaannya  tidak  sesuai  dengan  prinsip-prinsip  dasar  gerakan  Palang  Merahdan  Bulan  Sabit  Merah  Internasional(misalnya  seseorang  yang  berhak  menggunakan akan  tetapi  menyalahgunakan  lambang  pada  saat  bebas  tugas).  Saat  ini,  lambang  Palang  Merahmasih  bebas  digunakan  tanpa  ada  sanksi  yang  menyertainya,  akibatnya    banyak  masyarakat  yang  tidak  memahami  mana  yang  sah  dan  tidak  sah  untuk  menggunakannya. Akibat yang paling buruk nantinya adalah adanya kesan bahwa  lambang-lambang tersebut dianggap sebagai lambang yang tidak netral, sehingga  tidak jarang menyulitkan akses pelaksanaan tugas PMI atau mungkin kedepannya  nanti  dan  juga akses  dinas  medis  TNI,  untuk  melakukan  tugasnya,  apalagi  jika  tidak ada sanksi atas penyalahgunaannya.
Sebagai  tanda  pengenal  (identifikasi),  lambang  berfungsi  untuk  memfasilitasi  kegiatan-kegiatan  kemanusiaan  oleh  petugas  palang  merah,  sehingga  mereka  yang  bertugas  termasuk  para  sukarelawan  mempunyai  akses  seluas-luasnya,  misalnya  dalam  penanggulangan  konflik  dan  bencana.  Lambang  sebagai  tanda pelindung  (proteksi) berfungsi untuk  memberikan proteksi  kepada  petugas  yang  menggunakan  lambang  itu  beserta  sarana  dan  prasarana  yang  digunakan  misalnya  ambulans  untuk  memperoleh  perlindungan.  Fungsi  proteksi  digunakan  dalam  hal  terjadi  konflik  bersenjata.  Dalam  hal-hal  tertentu  kedua  fungsi  ini  berguna  secara  simultan  yaitu  dalam  situasi  konflik  dan  non-konflik,  seperti  halnya  di  Indonesia  sendiri  Lambang  Palang   Merah  pada  dasar  putih  digunakan baik oleh PMI maupun dinas Kesehatan TNI sebagai tanda Pelindung,  sedangkan  lambang  Palang  Merahdi  atas  warna  putih  dengan  lima  kelopak  digunakan  PMI  dalam kegiatannya  sebagai  tanda  pengenal.  Sebagai  pengenal,  lambang Palang Merahbanyak dipakai PMI dalam berbagai kegiatan kemanusiaan  seperi penanganan bencana, donor darah, kegiatan pengobatan, maupun kegiatan  kemanusiaan  lainnya.  Lambang  tersebut  digunakan  pada  baju,  rompi,  dan  kendaraan  operasional  seperti  ambulan.  Sebagai  pelindung,  lambang  Palang  Merahdigunakan  pada  masa  perang  atau  konflik,  baik  itu  konflik  horizontal  maupun  vertikal.  Sedangkan  sebagai  tanda  pengenal,  lambang  Palang  Merahdigunakan  pada  masa  damai  seperti  saaat  terjadi  bencana,  dan  kegiatankegiatan PMI lainnya.
Jika  terjadi  konflik,  tentu  akan  menyulitkan  semua  pihak  untuk  membedakannya, mana pihak yang netral dan tidak sah, karena lambang-lambang  tersebut  terlanjur  telah  banyak  digunakan  oleh  pihak  yang  sebenarnya  tidak  berhak  sesuai  aturan  dalam  Konvensi  Jenewa  1949.  Menyikapi  hal  tersebut,    anggota  DPR  melakukan  kunjungan  kerja  ke  Denmark  dan  Turki,  kunjungan  tersebut  terkait  lambang  Palang  Merahdan  RUU  yang  sedang  digodok  saat  ini.
Mereka  butuh  perbandingan  seperti  apa  Palang  Merahdi luar  negeri, Turki  dan  Denmark  dipilih  karena  kedua  negara  tersebut  adalah  pusat  dua  lembaga  kemanusiaan, Palang Merahdan  Bulan Sabit Merah.  Dua negara ini  juga dipilih karena  dianggap  pusat  perkembangan  lembaga  kemanusiaan.  "Jadi  bukan  hanya  karena  mereka (anggota  DPR) yang buat lambang palang merah.  Kalau undangundang  ini  hanya  membahas  lambang  tidak  perlu  dibuat  Undang    undang  ,"(http: // www.tempo.co/r ead/news /2012/08/31 /0784266 74/Bahas- LambangPMI-DPR -Perlu-Studi-ke-L uar-Negeri. 15 maret 2013 , pkl 22.14).
Mengatasi  berbagai  penyalahgunaan  Lambang  Palang  Merahdan  perlunya pengaturan lambang  Palang  Merah,  maka  membuat  Undang-Undang  tentang Lambang Palang  Merahuntuk  mengatur  prinsip-prinsip  penggunaan  dan  sanksi  atas  pelaku  penyalahgunaan  menjadi hal  yang  penting.  Saat  ini  penyalahgunaan hanya mengacu pada sanksi KUHP yaitu hanya kurungan selama  satu bulan dan denda Rp 4.500, hal tersebut tidak juga diberlakukan dan ditindak  secara  tegas.  Meskipun  konvensi  Internasional  mengenai  lambang  sudah  diatur  namun sosialisasinya kepada masyarakat masih minim, sehingga penyalahgunaan  masih terus terjadi.  Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan  penelitian  dan  penulisan  tentang  URGENSI  UNIFIKASI  LAMBANG  KEPALANGMERAHAN  MELALUI  PENGATURAN  DALAM  UNDANG  UNDANG.
A. Rumusan Masalah.
1. Mengapa perlu adanya pengaturan Unifikasi Lambang Kepalangmerahan?.
2. Bagaimana  kerangka  pengaturan  Undang-Undang  Kepalangmerahan  ditinjau  dari  asas peraturan perundang-undangan  menurut  Undang-Undang  Nomor 12  Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan?.
B. Tujuan Penelitian.
1. Tujuan Obyektif.
a. Untuk menganalisa pentingnya Unifikasi  Lambang Kepalangmerahan yang  ada di Indonesia.
b. Untuk  mengkaji  kerangka  pengaturannya  yang  ditinjau  dari  asas  peraturan perundang-undangan yang baik.
2. Tujuan Subyektif.
c. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang pentingnya urgensi Unifikasi  Lambang  Kepalangmerahan  serta  pengaturannya  dalam  Undang   Undang  dalam undang-undang.
d. Untuk mengembangkan, memperluas, dan  menerapkan konsep-konsep dan  teori-teori  hukum  yang  diperoleh  penulis  selama  masa  perkuliahan  guna  mengkaji  urgensi  terhadap  unifikasi  lambang  Kepalangmerahan  dalam  undang-undang.
e. Untuk  memperoleh  data-data  dan  informasi  yang  dibutuhkan  bagi  penyusunan  skripsi  sebagai  salah  satu  syarat  guna  mendapatkan  gelar  kesarjanaan  di  bidang  Ilmu  Hukum  pada  Fakultas  Hukum  Universitas  Sebelas Maret Surakarta.

 Skripsi Hukum: Urgensi Unifikasi Lambang Kepalangmerahan Melalui Pengaturan Dalam Undang-Undang

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi