Selasa, 02 Desember 2014

Skripsi Sastra: Babad pasanggrahan dalem madusta (suatu tinjauan fisiologis)

BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang.
Skripsi Sastra: Babad pasanggrahan dalem madusta (suatu tinjauan fisiologis)
Penemuan  terhadap  informasi  tentang  masa  lampau  di  dalam  sejumlah  karya  tulisan  pada  naskah-naskah  klasik  memunculkan  berbagai  perspektif  tentang  adanya nilai-nilai luhur yang terkandung dalam suatu naskah. Nilai-nilai  luhur tersebut, tentu saja, merupakan  peninggalan tulisan pada masa lampau yang  keberadaannya  masih  relevan  dengan  kondisi  zaman  saat  ini.  Oleh  sebab  itu,  persoalan bangsa mengenai pendidikan moral sampai dengan penenganan masalah  pangan,  dapat  diselesaikan  dengan  menggunakan  konsep  ajaran  dalam  naskah  klasik.  Bahkan,  permasalahan  mengenai  suatu  pengetahuan  tertentu,  mengenai  arsitektur tradisional serta pengobatan tradisional misalnya, juga dapat ditemukan  dalam ajaran naskah klasik.

Mengingat  banyaknya  manfaat  yang  terkandung  dalam  naskah  ,  maka  penelitian  terhadap  naskah  sangat  diperlukan.  Selain  untuk  memperoleh  kandungan  isi  yang  terdapat  dalam  naskah,  penelitian  tersebut  dilakukan  juga  sebagai salah satu cara penyelamatan keberadaan naskah dengan kata lain, sebagai  upaya pencegahan kepunahan naskah. Kepunahan naskah disebabkan sudah tidak  digunakannya  lagi  bahasa  dalam  naskah  serta  kondisi  fisik  naskah  yang  sudah  rapuh  dan  tidak  terawat.  Padahal,  di  dalamnya  terdapat  ajaran  yang  bermanfaat  untuk kehidupan saat ini maupun pada masa yang akan datang.
   Secara  tekstual  penelitian  terhadap  naskah  diperlukan  sebab  di  dalam  naskah itu sendiri terdapat banyak sekali kesalahan tulis. Hal ini mengingat bahwa  keberadaan  suatu  naskah  erat  sekali  hubungannya  dengan  tradisi  penyalinan  naskah. Tradisi  penyalinan naskah dilakukan dengan berbagai motif, di antaranya  adalah keinginan untuk memiliki cerita dalam naskah tersebut, selain itu karena  naskah  asli  telah  mengalami  kerusakan.  Adanya  kesalahan  penulisan  dalam  naskah  banyak  disebabkan  oleh  pergeseran  pemahaman  penyalin  naskah  dalam  proses penyalinan.  Hal ini  memungkinkan dalam naskah-naskah tersebut terdapat  varian-varian  teks.  Berdasarkan  alasan  tersebutlah  penelitian  terhadap  naskah  penting  untuk  dilakukan.  Adapun  penelitian  terhadap  naskah  meliputi:  penyelamatan,  pelestarian,  penelitian,  pemberdayagunaan,  dan  penyebarluasan.
Bidang ilmu yang akan menangani naskah tersebut adalah filologi.
Penelitian  Filologi  sangat  diperlukan  sebagai  upaya  untuk  mendapatkan  naskah yang bersih dari kesalahan dan tersusun kembali seperti semula sehingga  dapat  memenuhi  pertanggungjawaban  secara  ilmiah  dan  menjadi  acuan  data  penelitian lebih lanjut. Dalam pengerjaannnya penelitian filologi mempunyai cara  kerja.  Cara  kerja  penelitian  filologi  diperlukan  sebelum  naskah  disebarluaskan  pada masyarakat umum menurut kepentingan tertentu. Hal tersebut sesuai dengan  pendapat Robson (1994: 12) mengenai tugas utama seorang filolog yaitu membuat  teks  dapat  terbaca/  dimengerti.  Keadaan  ini  menunjukkan  bahwa  naskah  perlu  dibersihkan dari tambahan berdasarkan penyalinan yang dipengaruhi oleh budaya  tertentu yang sesuai pada jamannya. Hal ini menjadi penting supaya tidak terjadi  kesalahan interpretasi pada isi naskah.
   Selain  banyaknya  naskah  dengan  jenis  yang  sama  berdasarkan  asas  penyalinan, naskah klasik juga beragam jenis berdasarkan bahasa yang digunakan  dalam  penulisan.  Salah  satu  bahasa  yang  banyak  digunkan  dalam  penulisan  naskah  adalah  bahasa  Jawa.   klasifikasi  jenis  naskah  berbahasa  Jawa  itu  sendiri  menurut Giradet-Soetanto (1983: v-vi) adalah sebagai berikut: a.   Kronik, Legenda dan Mite. Di dalamnya termasuk naskah-naskah babad,  pakêm, wayang purwa, panji, pusaka raja dan silsilah.
b.  Agama,  Filsafat  dan  Etika.  Di  dalamnya  termasuk  naskah-naskah  yang  mengandung  unsur-unsur;  Hinduisme,  Budhisme,  Islam,  mistik  Jawa,  Kristen, magis dan ramalan, serta sastra wulang.
c.  Peristiwa kraton, hukum, peraturan-peraturan.
d.  Buku  teks  dan  penuntun,  kamus  ensiklopedi  tentang  linguistik,  obatobatan, pertanian, antropologi, geografi, perjalanan, perdagangan, maskahmemasak dan sebagainya.
e.  Seni  dan  pertunjukan  seni.  Di  dalamnya  termasuk  tari  Jawa,  gamelan,  têmbang  Jawa,  buku  seni,  cerita,  fabel  dan  legenda,  ikhtisar,  periodisasi,  bunga rampai.
Berdasarkan  klasifikasi  naskah  di  atas,  peneliti  tertarik  untuk  meneliti  naskah jenis babad yang termasuk dalam kelompok a. Naskah Jawa banyak sekali  yang  mengisahkan  tentang  suatu  babad.  Jenis  naskah  babad  di  Jawa  itu  sendiri  beragam,  mulai  dari  naskah  babad  yang  mempunyai  struktur  genelogis  yang  sangat  kompleks  seperti  Babad  Tanah  Jawi  sampai  babad  yang  hanya  menceritakan  kisah  perjalanan,  yang  di  dalamnya  tidak  terdapat  sebuah  konflik     apapun serta alurnya bersifat lugu seperti Babad Serenan. Pada penelitian kali ini,  penulis tertarik untuk meneliti naskah babad kisah perjalanan yang pada katalog  tersebut  tercantum  dengan  judul  Babad  Pasanggrahan  Dalêm  Madusita.
Pemilihan  naskah  tersebut  dikarenakan  naskah  tersebut  ditulis  pada  masa  Pakubuwana X, dimana pada masa Pakubuwana X terdapat banyak naskah babad  yang menceritakan  pasanggrahan  atau tempat singgah.  Pasanggrahan tersebut di  antaranya  ditulis  pada  naskah  yang  berjudul  Babad  Pasanggrahan  Dalêm  Ngèksipura  dan  Babad  Pasanggrahan  Dalêm  Pracimaharja(Girardet-Soetanto,  1983:  131).  Naskah  Babad  Pasanggrahan  Dalêm  Madusita  merupakan  naskah  yang  menceritakan  mengenai  pasanggrahan  di  Boyolali  yang  belum  pernah  diteliti. Naskah ini juga  mempunyai ciri yang unik yaitu teks di dalamnya  ditulis  dengan  menggunakan  dua  warna  tinta  pada  teks,  yaitu  warna  hitam  dan  merah.
Adapun  tinta  warna  hitam  untuk  menuliskan  kata-kata  arkhais,  sedangkan  tinta  warna merah untuk menerangkan kata-kata arkhais tersebut. Hal ini biasa disebut  sebagai jarwan.
Adapun  langkah  awal  penelitian  yang  dilakukan  terhadap  naskah  Babad  Pasanggrahan  Dalêm  Madusita  adalah  penelusuran  mengenai  naskah  ini  yaitu  melalui  informasi  yang  terdapat  dalam  katalog  naskah,  katalog  tersebut  di  antaranya: 1.  Deskriptive Catalogus of the Javanese Manuscript and Printed Booked in  the  Main  Libraries  of  Surakarta  and  Yogyakarta  yang  disusun  oleh  Gerardet- Sutanto (1983).
   2.  Javanese Language Manuscripts of Surakarta Central Java A Pleriminary  Descriptive  Catalogus  Level  I  and  II,  disusun  oleh  Nancy  K.  Florida  (1996).
3.  Katalog  Induk  Naskah-naskah  Nusantara  Jilid  I  Museum  Sanabudaya  Yogyakarta, disusun oleh T.E. Behrend (1990).
4.  Katalog  Induk  Naskah-naskah  Nusantara  Jilid  3B  (Fakultas  Sastra  Universitas Indonesia, 1998).
5.  Katalog  Induk  Naskah-naskah  Nusantara  Jilid  4  Perpustakaan  Nasional  Republik Indonesia (Lindsay, Jennifer, 1994).
6.  Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 2 Keraton Yogyakarta.
7.  Daftar  Naskah  Perpustakaan  Museum  Radyapustaka  Surakarta  dan  Katalog Naskah Lokal Perpustakaan Sasana Pustaka Keraton Surakarta.
Berdasarkan hasil inventarisasi dari berbagai katalog tersebut, ditemukan  naskah  Babad  Pasanggrahan  Dalêm  Madusita(selanjutnya  disebut  BPM)dari  katalog  yang  disusun  oleh  Gerardet-  Sutanto  (1983)  dan  katalog  Javanese  Language  Manuscripts  of  Surakarta  Central  Java  A  Pleriminary  Descriptive  Catalogus  Level  I  and  II,  disusun  oleh  Nancy  K.  Florida  (1996).  Berdasarkan  informasi  di  katalog  tersebut  ditemukan  dua  judul  naskah  BPM.Kedua  judul  naskah  tersebut  tersimpan  di  perpustakaan  Sasana  Pustaka  Keraton  Surakarta.
Adapun kedua naskah tersebut yaitu: 1.  BPM  koleksi  perpustakaan  Sasana  Pustaka  Keraton  Surakarta  dengan  nomer  katalog  14560  (Girardet-Sutanto,  1983:  131)  dan  dan  nomer  KS  141 (Nancy, 1196), selanjutnya disebut naskah A.
   2.  BPM  koleksi  perpustakaan  Sasana  Pustaka  Keraton  Surakarta  dengan  nomer  katalog  14075  (Girardet-Sutanto,  1983:  139)  dan  nomer  KS  142  (Nancy, 1996), selanjutnya disebut naskah B.
TeksBPM  ini  telah  dialihaksarakan  dalam  bentuk  buku  oleh  Departemen  Pendidikan  dan  Kebudayaan,  Proyek  Penerbitan  Buku  Sastra  Indonesia  dan  Daerah  (1981)  dengan  judul  Babad  Pasanggrahan  Madusita.  Pengerjaan  alih  aksara ini dilakukan oleh Moelyono Sastronaryatmo, R. A. Maharkesti.Teks BPM  tersebut  hanya  mengalami  proses  alih  aksara  saja,  tidak  mengalami  proses  penelitian  secara  filologis  terebih  dahulu.  Pada  buku  tersebut  disebutkan  bahwa  naskah  yang dialihaksarakan merupakan naskah koleksi Sasana Pustaka Keraton  Surakarta (Moelyono Sastronaryatmo, 1981: viii).
Setelah  semua  naskah  tersebut  dideskripsikan  maka  didapat  informasi  bahwa  teks  BPM  berbentuk puisi dengan  têmbang  pembuka  Kinanthidilanjutkan  dengan  têmbang  Dhandhanggula,  Sinom,  Pangkur,  Mijil,  Kinanthi,  Maskumambang,  Mêgatruh,  Asmaradana,  Durma,  Pocung,  Sinom,  Gambuh,  Dhandhanggula,  Pangkur,  Mijil,  Kinanthi,  Maskumambang,  Dhandhanggula.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa.Aksara yang digunakan adalah aksara  Jawa.Wujudnya  adalah  carik  (tulisan  tangan).Naskah  A  mempunyai  tebal  140  halaman teks, sedangkan naskah B mempunyai tebal halaman 313. Namun pada  naskah  B  terdapat  pergeseran  perhitungan  halaman  sejumlah  100  halaman  teks.
Pergeseran  tersebut  terdapat  pada  halaman  122-123  yaitu  setelah  halaman  122  seharusnya  tertulis  halaman  123,  akan  tetapi  penulis  menuliskan  halaman     selanjutnya  adalah  halaman  223.  Sehingga  jika  dihitung,  naskah  B  hanya  berjumlah 213 halaman teks.
BPM  merupakan  naskah  babad  yang  menceritakan  mengenai  perjalanan  Tumenggung  Arung  Binang ke Pesanggrahan Madusita di Ampel, Boyolali atas  perintah Pakubuwana X. Dilihat dari segi fisik, naskah  yang ditemukan tersebut  dalam kondisi yang berbeda. Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut: 1.  Naskah A a.  Judul Naskah  Judul naskah A terdapat pada halaman cover luar.
Gambar 1-2. Cover Naskah A Keterangan: “Babad Pasanggrahan Dalêm Madusita (Ngampèl).
Kagungan Dalêm Sêrat Babad Pasanggrahan Dalêm ing Madusita.” Terjemahan „Babad Pasanggrahan Madusita (Ampel).
Milik Paduka SeratBabad Pasanggrahan di Madusita‟ b.  Keadaan Naskah Naskah A dalam keadaan yang baik.Tidak ada kecacatan fisik  yang berarti.Tulisannya jelas dan dapat dibaca dengan mudah.
Penulisan pada naskah ini bolak-balik.  Naskah tidak ada yang  lengket satu sama lain. Kertas dan tintanya dalam keadaan yang  baik juga.
   Gambar 3. Kondisi Naskah A Bagian Awal Keterangan: Naskah A halaman 1 dalam kondisi baik, tidak ada kerusakan.
c.  Penomeran Halaman  Penomeran halaman pada naskah A menggunakan angka  Jawa.
Gambar 4. Penomeran Naskah A Keterangan: Halaman 2 naskah A ditulis dengan angka Jawa d.  Iluminasi Yaitu hiasan pada naskah yang biasanya terdapat pada halaman  pertama. Di antara kedua naskah tersebut, hanya naskah A yang  terdapat  iluminasi.Naskah  A  terdapat  iluminasi.Iluminasi  ini  terdapat pada 4 halaman depan dan 2 halaman isi.
Berikut adalah gambarannya:    Gambar 5. Iluminasi Naskah A Halaman Keterangan: Iluminasi motif tumbuhan dan geometri Gambar 6. Iluminasi Naskah A Halaman Keterangan: Iluminasi motif geometri Gambar 7. Iluminasi Naskah A Halaman Keterangan: Iluminasi motif geometri Gambar 8. Iluminasi Naskah A Halaman Iluminasi naskah A halamanGambar 9. Iluminasi Naskah A Halaman Iluminasi naskah A halamanGambar 10. Iluminasi Naskah A Halaman Iluminasi naskah A halamanSemua  iluminasi  dalam  naskah  A  merupakan  iluminasi  dengan  motif  alam  berupa  daun  dan  bunga  dikombinasikan  dengan  motif  geometri.  Setiap  iluminasi  yang  terdapat  pada  awal dan akhir  pupuh terdapat simbol dari Paku Buwana X.
e.  Penggunaan Dua Warna Tinta pada Teks    Naskah A menggunakan dua warna tinta pada teks, yaitu tinta  hitam  dan  merah.  Penggunaan  dua  warna  tinta  pada  teks  tersebut  memiliki  maksud.  Tinta  warna  hitam  untuk  menuliskan  kata-kata  arkhais  sedangkan  tinta  warna  merah  untuk  menjelaskan  arti  kata  arkhais  yang  sekiranya  sudah  jarang digunakan di masa penulisan naskah tersebut.

Skripsi Sastra: Babad pasanggrahan dalem madusta (suatu tinjauan fisiologis)
Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi