BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
Skripsi Sastra: Babad pasanggrahan dalem madusta (suatu tinjauan fisiologis)
Penemuan terhadap
informasi tentang masa
lampau di dalam
sejumlah karya tulisan
pada naskah-naskah klasik
memunculkan berbagai perspektif tentang
adanya nilai-nilai luhur yang terkandung dalam suatu naskah. Nilai-nilai
luhur tersebut, tentu saja,
merupakan peninggalan tulisan pada masa
lampau yang keberadaannya masih
relevan dengan kondisi
zaman saat ini.
Oleh sebab itu, persoalan
bangsa mengenai pendidikan moral sampai dengan penenganan masalah pangan,
dapat diselesaikan dengan
menggunakan konsep ajaran
dalam naskah klasik.
Bahkan, permasalahan mengenai
suatu pengetahuan tertentu,
mengenai arsitektur tradisional
serta pengobatan tradisional misalnya, juga dapat ditemukan dalam ajaran naskah klasik.
Mengingat banyaknya
manfaat yang terkandung
dalam naskah , maka
penelitian terhadap
naskah sangat diperlukan.
Selain untuk memperoleh kandungan
isi yang terdapat
dalam naskah, penelitian
tersebut dilakukan juga sebagai
salah satu cara penyelamatan keberadaan naskah dengan kata lain, sebagai upaya pencegahan kepunahan naskah. Kepunahan
naskah disebabkan sudah tidak digunakannya lagi
bahasa dalam naskah
serta kondisi fisik
naskah yang sudah rapuh dan
tidak terawat. Padahal,
di dalamnya terdapat
ajaran yang bermanfaat untuk kehidupan saat ini maupun pada masa yang
akan datang.
Secara
tekstual penelitian terhadap
naskah diperlukan sebab
di dalam naskah itu sendiri terdapat banyak sekali
kesalahan tulis. Hal ini mengingat bahwa keberadaan
suatu naskah erat
sekali hubungannya dengan
tradisi penyalinan naskah. Tradisi penyalinan naskah dilakukan dengan berbagai
motif, di antaranya adalah keinginan
untuk memiliki cerita dalam naskah tersebut, selain itu karena naskah
asli telah mengalami
kerusakan. Adanya kesalahan
penulisan dalam naskah
banyak disebabkan oleh
pergeseran pemahaman penyalin
naskah dalam proses penyalinan. Hal ini
memungkinkan dalam naskah-naskah tersebut terdapat varian-varian
teks. Berdasarkan alasan
tersebutlah penelitian terhadap
naskah penting untuk
dilakukan. Adapun penelitian
terhadap naskah meliputi: penyelamatan,
pelestarian, penelitian, pemberdayagunaan, dan
penyebarluasan.
Bidang ilmu yang akan menangani
naskah tersebut adalah filologi.
Penelitian Filologi
sangat diperlukan sebagai
upaya untuk mendapatkan naskah yang bersih dari kesalahan dan tersusun
kembali seperti semula sehingga dapat memenuhi
pertanggungjawaban secara ilmiah
dan menjadi acuan
data penelitian lebih lanjut.
Dalam pengerjaannnya penelitian filologi mempunyai cara kerja.
Cara kerja penelitian
filologi diperlukan sebelum
naskah disebarluaskan pada masyarakat umum menurut kepentingan
tertentu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Robson (1994: 12) mengenai tugas utama seorang filolog yaitu membuat teks
dapat terbaca/ dimengerti.
Keadaan ini menunjukkan
bahwa naskah perlu dibersihkan
dari tambahan berdasarkan penyalinan yang dipengaruhi oleh budaya tertentu yang sesuai pada jamannya. Hal ini
menjadi penting supaya tidak terjadi kesalahan
interpretasi pada isi naskah.
Selain
banyaknya naskah dengan
jenis yang sama
berdasarkan asas penyalinan, naskah klasik juga beragam jenis
berdasarkan bahasa yang digunakan dalam penulisan.
Salah satu bahasa
yang banyak digunkan
dalam penulisan naskah
adalah bahasa Jawa.
klasifikasi jenis naskah
berbahasa Jawa itu
sendiri menurut Giradet-Soetanto
(1983: v-vi) adalah sebagai berikut: a.
Kronik, Legenda dan Mite. Di dalamnya termasuk naskah-naskah babad, pakêm, wayang purwa, panji, pusaka raja dan
silsilah.
b. Agama,
Filsafat dan Etika.
Di dalamnya termasuk
naskah-naskah yang mengandung
unsur-unsur; Hinduisme, Budhisme,
Islam, mistik Jawa, Kristen,
magis dan ramalan, serta sastra wulang.
c. Peristiwa kraton, hukum, peraturan-peraturan.
d. Buku
teks dan penuntun,
kamus ensiklopedi tentang
linguistik, obatobatan,
pertanian, antropologi, geografi, perjalanan, perdagangan, maskahmemasak dan
sebagainya.
e. Seni
dan pertunjukan seni.
Di dalamnya termasuk
tari Jawa, gamelan, têmbang
Jawa, buku seni,
cerita, fabel dan
legenda, ikhtisar, periodisasi, bunga rampai.
Berdasarkan klasifikasi
naskah di atas,
peneliti tertarik untuk
meneliti naskah jenis babad yang
termasuk dalam kelompok a. Naskah Jawa banyak sekali yang
mengisahkan tentang suatu
babad. Jenis naskah
babad di Jawa
itu sendiri beragam,
mulai dari naskah
babad yang mempunyai
struktur genelogis yang sangat kompleks
seperti Babad Tanah
Jawi sampai babad
yang hanya menceritakan
kisah perjalanan, yang
di dalamnya tidak
terdapat sebuah konflik apapun serta alurnya bersifat lugu seperti
Babad Serenan. Pada penelitian kali ini, penulis tertarik untuk meneliti naskah babad
kisah perjalanan yang pada katalog tersebut tercantum
dengan judul Babad
Pasanggrahan Dalêm Madusita.
Pemilihan naskah
tersebut dikarenakan naskah
tersebut ditulis pada
masa Pakubuwana X, dimana pada
masa Pakubuwana X terdapat banyak naskah babad yang menceritakan pasanggrahan
atau tempat singgah. Pasanggrahan
tersebut di antaranya ditulis
pada naskah yang
berjudul Babad Pasanggrahan
Dalêm Ngèksipura dan
Babad Pasanggrahan Dalêm
Pracimaharja(Girardet-Soetanto, 1983: 131).
Naskah Babad Pasanggrahan
Dalêm Madusita merupakan
naskah yang menceritakan
mengenai pasanggrahan di
Boyolali yang belum
pernah diteliti. Naskah ini
juga mempunyai ciri yang unik yaitu teks
di dalamnya ditulis dengan
menggunakan dua warna
tinta pada teks,
yaitu warna hitam
dan merah.
Adapun tinta
warna hitam untuk
menuliskan kata-kata arkhais,
sedangkan tinta warna merah untuk menerangkan kata-kata
arkhais tersebut. Hal ini biasa disebut sebagai
jarwan.
Adapun langkah
awal penelitian yang
dilakukan terhadap naskah
Babad Pasanggrahan Dalêm
Madusita adalah penelusuran
mengenai naskah ini
yaitu melalui informasi
yang terdapat dalam
katalog naskah, katalog
tersebut di antaranya: 1.
Deskriptive Catalogus of the Javanese Manuscript and Printed Booked in the
Main Libraries of
Surakarta and Yogyakarta
yang disusun oleh Gerardet-
Sutanto (1983).
2.
Javanese Language Manuscripts of Surakarta Central Java A Pleriminary Descriptive
Catalogus Level I
and II, disusun
oleh Nancy K.
Florida (1996).
3. Katalog
Induk Naskah-naskah Nusantara
Jilid I Museum
Sanabudaya Yogyakarta, disusun
oleh T.E. Behrend (1990).
4. Katalog
Induk Naskah-naskah Nusantara
Jilid 3B (Fakultas Sastra Universitas
Indonesia, 1998).
5. Katalog
Induk Naskah-naskah Nusantara
Jilid 4 Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia
(Lindsay, Jennifer, 1994).
6. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 2
Keraton Yogyakarta.
7. Daftar
Naskah Perpustakaan Museum
Radyapustaka Surakarta dan Katalog
Naskah Lokal Perpustakaan Sasana Pustaka Keraton Surakarta.
Berdasarkan hasil inventarisasi
dari berbagai katalog tersebut, ditemukan naskah
Babad Pasanggrahan Dalêm
Madusita(selanjutnya disebut BPM)dari katalog
yang disusun oleh
Gerardet- Sutanto (1983)
dan katalog Javanese Language
Manuscripts of Surakarta
Central Java A
Pleriminary Descriptive Catalogus
Level I and
II, disusun oleh
Nancy K. Florida
(1996). Berdasarkan informasi
di katalog tersebut
ditemukan dua judul
naskah BPM.Kedua judul naskah tersebut
tersimpan di perpustakaan
Sasana Pustaka Keraton
Surakarta.
Adapun kedua naskah tersebut
yaitu: 1. BPM koleksi
perpustakaan Sasana Pustaka
Keraton Surakarta dengan nomer
katalog 14560 (Girardet-Sutanto, 1983:
131) dan dan
nomer KS 141 (Nancy, 1196), selanjutnya disebut naskah
A.
2.
BPM koleksi perpustakaan
Sasana Pustaka Keraton
Surakarta dengan nomer
katalog 14075 (Girardet-Sutanto, 1983:
139) dan nomer
KS 142 (Nancy, 1996), selanjutnya disebut naskah B.
TeksBPM ini
telah dialihaksarakan dalam
bentuk buku oleh
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Proyek Penerbitan
Buku Sastra Indonesia
dan Daerah (1981)
dengan judul Babad
Pasanggrahan Madusita. Pengerjaan
alih aksara ini dilakukan oleh
Moelyono Sastronaryatmo, R. A. Maharkesti.Teks BPM tersebut
hanya mengalami proses
alih aksara saja,
tidak mengalami proses penelitian
secara filologis terebih
dahulu. Pada buku
tersebut disebutkan bahwa naskah yang dialihaksarakan merupakan naskah koleksi
Sasana Pustaka Keraton Surakarta
(Moelyono Sastronaryatmo, 1981: viii).
Setelah semua
naskah tersebut dideskripsikan maka
didapat informasi bahwa
teks BPM berbentuk puisi dengan têmbang
pembuka Kinanthidilanjutkan dengan
têmbang Dhandhanggula, Sinom,
Pangkur, Mijil, Kinanthi, Maskumambang,
Mêgatruh, Asmaradana, Durma,
Pocung, Sinom, Gambuh, Dhandhanggula,
Pangkur, Mijil, Kinanthi,
Maskumambang, Dhandhanggula.
Bahasa yang digunakan adalah
bahasa Jawa.Aksara yang digunakan adalah aksara Jawa.Wujudnya
adalah carik (tulisan
tangan).Naskah A mempunyai
tebal 140 halaman teks, sedangkan naskah B mempunyai
tebal halaman 313. Namun pada naskah B
terdapat pergeseran perhitungan
halaman sejumlah 100
halaman teks.
Pergeseran tersebut
terdapat pada halaman
122-123 yaitu setelah
halaman 122 seharusnya
tertulis halaman 123,
akan tetapi penulis
menuliskan halaman selanjutnya
adalah halaman 223.
Sehingga jika dihitung,
naskah B hanya berjumlah
213 halaman teks.
BPM merupakan
naskah babad yang
menceritakan mengenai perjalanan Tumenggung
Arung Binang ke Pesanggrahan
Madusita di Ampel, Boyolali atas perintah
Pakubuwana X. Dilihat dari segi fisik, naskah
yang ditemukan tersebut dalam
kondisi yang berbeda. Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Naskah A a.
Judul Naskah Judul naskah A
terdapat pada halaman cover luar.
Gambar 1-2. Cover Naskah A Keterangan:
“Babad Pasanggrahan Dalêm Madusita (Ngampèl).
Kagungan Dalêm Sêrat Babad
Pasanggrahan Dalêm ing Madusita.” Terjemahan „Babad Pasanggrahan Madusita
(Ampel).
Milik Paduka SeratBabad
Pasanggrahan di Madusita‟ b. Keadaan
Naskah Naskah A dalam keadaan yang baik.Tidak ada kecacatan fisik yang berarti.Tulisannya jelas dan dapat dibaca
dengan mudah.
Penulisan pada naskah ini
bolak-balik. Naskah tidak ada yang lengket satu sama lain. Kertas dan tintanya
dalam keadaan yang baik juga.
Gambar 3. Kondisi Naskah A Bagian Awal Keterangan:
Naskah A halaman 1 dalam kondisi baik, tidak ada kerusakan.
c. Penomeran Halaman Penomeran halaman pada naskah A menggunakan
angka Jawa.
Gambar 4. Penomeran Naskah A Keterangan:
Halaman 2 naskah A ditulis dengan angka Jawa d.
Iluminasi Yaitu hiasan pada naskah yang biasanya terdapat pada halaman pertama. Di antara kedua naskah tersebut,
hanya naskah A yang terdapat iluminasi.Naskah A terdapat iluminasi.Iluminasi ini terdapat
pada 4 halaman depan dan 2 halaman isi.
Berikut adalah gambarannya: Gambar 5. Iluminasi Naskah A Halaman Keterangan:
Iluminasi motif tumbuhan dan geometri Gambar 6. Iluminasi Naskah A Halaman Keterangan:
Iluminasi motif geometri Gambar 7. Iluminasi Naskah A Halaman Keterangan:
Iluminasi motif geometri Gambar 8. Iluminasi Naskah A Halaman Iluminasi naskah
A halamanGambar 9. Iluminasi Naskah A Halaman Iluminasi naskah A halamanGambar
10. Iluminasi Naskah A Halaman Iluminasi naskah A halamanSemua iluminasi
dalam naskah A
merupakan iluminasi dengan
motif alam berupa
daun dan bunga
dikombinasikan dengan motif
geometri. Setiap iluminasi
yang terdapat pada awal
dan akhir pupuh terdapat simbol dari
Paku Buwana X.
e. Penggunaan Dua Warna Tinta pada Teks Naskah A menggunakan dua warna tinta pada
teks, yaitu tinta hitam dan
merah. Penggunaan dua
warna tinta pada
teks tersebut memiliki
maksud. Tinta warna
hitam untuk menuliskan
kata-kata arkhais sedangkan
tinta warna merah untuk menjelaskan
arti kata arkhais
yang sekiranya sudah jarang
digunakan di masa penulisan naskah tersebut.
Skripsi Sastra: Babad pasanggrahan dalem madusta (suatu tinjauan fisiologis)
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi