BAB I .
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah.
Skripsi Sastra: Campur Kode Dalam Crita Cekak Jagad Jawa Solopos (Suatu Kajian Sosiolinguistik)
Bahasa sebagai
sistem lambang bunyi
yang dipergunakan oleh
para anggota suatu masyarakat
untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri
(Harimurti Kridalaksana, 2008:
24). Bahasa dipergunakan
oleh manusia dalam segala aktivitas kehidupan. Dengan
demikian, bahasa merupakan hal yang paling hakiki
dalam kehidupan manusia.
Bahasa dapat menggantikan
peristiwa atau kegiatan yang
seharusnya dilakukan oleh individu atau kelompok dan bahasa mempunyai
sistem yang sifatnya
mengatur. Bahasa merupakan
suatu lembaga yang memiliki pola-pola atau aturan yang
dipatuhi dan digunakan oleh pembicara dalam
komunitas saling menghormati.
Sebagai alat
komunikasi dan alat
interaksi yang hanya
dimiliki oleh manusia,
bahasa dapat dikaji
secara internal maupun
secara eksternal. Kajian secara
internal, artinya pengkajian
itu hanya dilakukan
terhadap struktur intern bahasa itu saja, seperti struktur fonologinya,
struktur morfologinya, atau struktur sintaksisnya. Kajian
secara internal ini
akan menghasilkan perian-perian
bahasa itu saja
tanpa ada kaitannya
dengan masalah lain
di luar bahasa.
Sebaliknya, kajian secara
eksternal, berarti kajian itu dilakukan terhadap hal-hal atau faktorfaktor yang
berada di luar
bahasa yang berkaitan
dengan pemakaian bahasa
itu oleh para penuturnya di dalam
kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan (Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2004: 1).
Sosiolinguistik memandang bahasa
sebagai sistem sosial
dan sistem komunikasi
serta merupakan bagian
dari masyarakat dan
kebudayaan tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan pemakaian
bahasa yaitu bentuk interaksi sosial yang terjadi
dalam situasi kongkret
Appel (dalam Suwito,
1983: 2). Dengan demikian, dalam sosiolinguistik, bahasa tidak
dilihat secara internal, tetapi dilihat sebagai sarana
interaksi atau komunikasi
di dalam masyarakat.
Sosiolinguistik mempelajari bahasa
dan hubungannya dengan
masyarakat, dan sering menggunakan hasil-hasil kajian masyarakat
seperti sosiologi, antropologi, politik, agama,
ekonomi, dan sebagainya
untuk menerangkan masalah-masalah bahasa dalam suatu masyarakat.
Salah satu
fenomena sosiolinguistik yang
terjadi di masyarakat
adalah tentang campur kode.
Campur kode timbul akibat dari penggunaan bahasa dalam berkomunikasi.
Hal ini terjadi
dalam masyarakat multilingual
yaitu masyarakat yang
menggunakan dua bahasa
atau lebih dalam
berkomunikasi. Campur kode digunakan
bersama tanpa alasan dan biasanya terjadi dalam situasi santai. Apabila terjadi
dalam situasi formal,
biasanya terjadi karena
ketiadaan ungkapan yang harus
digunakan dalam bahasa yang sedang dipakai.
Objek penelitian
ini adalah Crita
Cekak Jagad Jawa
Solopos. Solopos merupakan
salah satu perusahaan
surat kabar yang
berada di Surakarta.
Berdiri pada tanggal 19 September
1997 dan mempunyai tenaga kerja yang handal.
Crita Cekak adalah salah satu bagian dari Jagad Jawa
Solopos yang terbit setiap hari Kamis.
Crita Cekak berisi
tentang suatu kejadian
yang telah dialami
oleh seseorang. Bahasa yang
digunakan dalam kalimat-kalimatnya menggunakan lebih dari dua bahasa. Berikut ini pemakaian
campur kode yang terdapat dalam Crita Cekak Jagad Jawa Solopos: Data 1
(CC/JJ/SP/305/07/2013) Sanadyan
mung anake pegawe
ngisoran, nanging Ningsih,
anake tansah bisa dadi bintang
pelajar ing sekolahan.
„Meskipun hanya
anaknya pekerja bawahan,
namun Ningsih, menjadi anak terpandai atau juara kelas di
sekolahan.‟ Tuturan pada data
(1) mengalami peristiwa
campur kode ditandai masuknya
unsur bahasa Indonesia
bintang pelajar „murid
terpandai‟ ke dalam tuturan bahasa
Jawa. Fungsi campur
kode frasa tersebut
adalah penutur menegaskan
sesuatu yang dibicarakan.
Faktor yang melatarbelakangi campur kode tersebut yaitu adanya keinginan untuk
menjelaskan sesuatu agar lebih mudah dimengerti.
Data 2 (CC/JJ/SP/306/07/2013) Hla
wong yen guneman wae luwih kerep liwat HP utawa internet.
„Kalau berbicara
tentu lebih sering
lewat telpon genggam
atau internet. „ Tuturan pada
data (2) terdapat
bentuk campur kode
berupa kata dari bahasa Inggris
ke dalam bahasa
Jawa yaitu HP
(handphone) „telpon genggam‟ dan
kata internet „internet‟.
Kata HP (handphone)
„telpon genggam‟ dan
kata internet „internet‟ bila
dipadankan dengan kata yang ada dalam bahasa Jawa tidak ada padanan yang sesuai. Kecenderungan yang
ditimbulkan yaitu campur kode ke luar atau
outer code-mixing. Fungsi
campur kode tersebut
adalah untuk lebih bergengsi
atau prestise. Faktor
yang mempengaruhi adanya
keinginan penutur untuk memperoleh ungkapan yang sesuai dan
kesantaian dari penuturnya.
Berdasarkan contoh
di atas menandakan
bahwa perkembangan jaman memaksa masyarakat
bahasa untuk tidak
menguasai satu atau
dua bahasa saja.
Terutama pada
masyarakat Jawa yang
tidak hanya menguasai
bahasa Jawa dan Indonesia
saja. Selain itu ada bahasa Inggris, Arab yang
diajarkan sejak usia dini.
Hal tersebut
yang menyebabkan terjadinya
keanekaragaman bahasa yang
terjadi pada masyarakat. Hal ini
menunjukkan adanya hierarkhi kebahasaan yang dimulai dari “bahasa” sebagai level yang paling atas
disusul dengan kode yang terdiri dari varian-varian
dan ragam-ragam, serta gaya dan register sebagai sub-sub kodenya (Suwito, 1983:68).
Adapun penelitian sejenis yang
pernah diteliti antara lain: 1.
Campur Kode dalam
Rubrik Gayeng Kiyi
Jagad Jawa Solopos (Suatu Kajian
Sosiolinguistik), oleh Ika
Yuliana Putri (2013)
mengkaji mengenai bentuk
campur kode, fungsi
campur kode, dan
faktor yang melatarbelakangi penggunaan
campur kode dalam
Rubrik Gayeng Kiyi
Jagad Jawa Solopos. Bentuk campur kode yang ditemukan yaitu
berupa kata, frasa, dan klausa. Fungsi
campur kode dalam penelitian tersebut yaitu (1) lebih prestise atau untuk
bergengsi, (2) lebih
mudah diucapkan dan
dimengerti, (3) lebih
cepat digunakan, (4) tidak adanya
padanannya, (5) menegaskan suatu maksud tertentu, (6) memengaruhi proses pembicaraan. Faktor
yang melatarbelakangi campur kode yaitu
(1) tidak adanya ungkapan yang tepat atau sesuai dalam bahasa asli penutur, (2) faktor kebiasaan, (3) faktor peranan atau
keadaan sosial kemasyarakatan yang dimiliki, (4)
adanya keinginan untuk
menjelaskan sesuatu agar
lebih mudah dimengerti.
2. Campur
Kode dalam Tuturan Bahasa Jawa Kalangan
Pemuda di Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar (Suatu
Kajian Sosiolinguistik), oleh
Dewi Kartika Sari
(2012) mengkaji mengenai
bentuk campur kode,
fungsi campur kode
dan faktor yang
melatarbelakangi terjadinya campur
kode dalam tuturan
bahasa Jawa kalangan
pemuda di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Bentuk
campur kode yang ditemukan yaitu berupa
kata, frasa, klausa, ungkapan dan baster. Campur kode yang lebih dominan adalah
campur kode yang
berupa kata. Fungsi
campur kode dalam
penelitian tersebut yaitu (1)
lebih mudah diucapkan, (2) lebih nyaman digunakan dan lebih mudah
dimengerti,(3) lebih mudah
diingat, (4) lebih
komunikatif, (5) lebih singkat, (6)
lebih prestise, dan
(7) lebih tepat
atau lebih pas
untuk digunakan.
Fungsi campur
kode yang lebih
dominan yaitu lebih
komunikatif karena untuk mempermudah penyampaian
maksud penutur kepada
mitra tutur. Faktor
yang melatarbelakangi campur kode
ditemukan dengan delapan komponen tutur
yang disingkat dengan SPEAKING.
3. Alih Kode dan Campur Kode dalam Cerbung Dolanan Geni
karya Suwardi Endraswara (Suatu
Kajian Sosiolinguistik), oleh Etik
Yuliati (2010) mengkaji mengenai wujud alih kode, wujud campur kode, serta fungsi alih kode dan campur alih kode. Alih kode yang ditemukan
ada 10 alih kode. Campur kode yang
ditemukan berjumlah 120. Fungsi alih
kode yaitu (1) membangkitkan rasa humor,
(2) menghormati mitra
tutur, (3) pada
saat berganti suasana
atau dalam suasana
berbeda dari awal
tuturan berlangsung, (4)
untuk bergengsi, (5)
karena pengaruh mitra
tutur. Fungsi campur
kode yaitu (1)
untuk menghormati mitra tutur atau
objek yang dibicarakan,
(2) memudahkan jalannya
komunikasi antara penutur dan mitra tutur jika sulit mencari
padanan dalam bahasa Jawa, (3) untuk menunjukkan keakraban
antara penutur dan
mitra tutur, (4)
untuk sekadar bercanda,
(5) meluapkan perasaan
gembira, (6) menunjukkan
rasa syukur, (7) mempermudah penyampaian
maksud penutur kepada
mitra tutur, (8) menunjukkan bahwa
penutur adalah kalangan
intelek, (9) untuk
memperhalus tuturan, (10)
menunjukkan kemesraan, (11)
faktor kebiasaan, (12)
karena faktor spontanitas.
Berdasarkan penelitian
tersebut, menunjukkan bahwa
penelitian tentang pemakaian
campur kode yang
terdapat pada Crita
Cekak Jagad Jawa
Solopos belum pernah dilakukan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
meneliti “Campur Kode dalam Crita Cekak
Jagad Jawa Solopos” (Sebuah Kajian Sosiolinguistik).
Adapun alasan
peneliti untuk melakukan
penelitian ini yaitu:
(1) Crita Cekak Jagad Jawa
Solopos merupakan media
bahasa tulis yang
menggunakan bahasa Jawa,
berisi tentang kisah
kehidupan sehari-hari atau
kisah nyata yang
dialami masyarakat sosial,
masyarakat Surakarta dan sekitarnya, sehingga ada perbedaan dialek yang digunakan dengan crita cekak yang lainnya, (2) campur kode dalam Crita Cekak Jagad
Jawa Solopos banyak
ditemukan, sehingga sangat
produktif dan menarik untuk digunakan sebagai objek kajian dalam penelitian, (3) kata no merupakan
ciri yang menjadi kekhasan dalam
cerita itu dapat dicontohkan pada kalimat lha witikna yen ora ngono ketuwane ya
langsung nonjok aku no „kalau tidak begitu ketuanya langsung memukul sa
ya‟. Ada juga kata nek dalam kalimat mengko
nek krungu dirasani
gek-gek mutung „apabila
nanti dengar dibicarakan tahu-tahu
putus asa‟. Kata
yang lain seperti:
rak, gek, thok,
dan kata lho
juga banyak ditemukan.
(4) Selain itu
bahasa Jawa yang
digunakan sederhana dan mudah
dimengerti, sehingga akan menarik para pembaca.
Campur kode
dalam Crita Cekak
Jagad Jawa Solopos
menunjukkan campur kode
yang beragam. Data
mengenai campur kode
menunjukkan keberagaman, mulai
dari bentuk kata,
frasa, dan klausa.
Sehingga mendorong peneliti
untuk menkaji lebih
lanjut mengenai campur
kode dalam Crita
Cekak Jagad Jawa Solopos.
Skripsi Sastra: Campur Kode Dalam Crita Cekak Jagad Jawa Solopos (Suatu Kajian Sosiolinguistik)
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi