Selasa, 02 Desember 2014

Skripsi Sastra: Dinamika Pelayanan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual

  BAB I.
PENDAHULUAN .
A. Latar Belakang Masalah.
Skripsi Sastra: Dinamika Pelayanan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual
Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan  makmur  yang  merata  material  dan  spiritual  berdasarkan  Pancasila  dan  UndangUndang  Dasar  1945  dalam  wadah  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia  yang  merdeka,  berdaulat,  bersatu,  dan  berkedaulatan  rakyat  dalam  suasana  perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib, dan dinamis dalam lingkungan  pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai.

Pembangunan  Nasional  sebagai  pengamalan  Pancasila  yang  mencakup  seluruh  aspek  kehidupan  bangsa  diselenggarakan  bersama,  oleh  masyarakat  dan  pemerintah.  Masyarakat  adalah  pelaku  utama  pembangunan  dan  pemerintah  berkewajiban  mengarahkan,  membimbing,  melindungi  serta  menumbuhkan  suasana  yang  menunjang.  Kegiatan  masyarakat  dan  kegiatan  pemerintah  saling  menunjang,  saling  mengisi,  dan saling  melengkapi dalam satu  kesatuan langkah  menuju tercapainya tujuan pembangunan nasional.
Pembangunan  tidak  hanya  untuk  suatu  golongan  atau  sebagian  dari  masyarakat,  melainkan  harus  dirasakan  oleh  seluruh  rakyat  Indonesia.  Proses  pembangunan  membutuhkan  adanya  partisipasi  dari  seluruh  lapisan  masyarakat.
Partisipasi tersebut tidak hanya dari orang-orang yang mempunyai kesempurnaan  Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor  4  Tahun  1997  Tentang  Penyandang Cacat.     fisik saja, namun orang yang memiliki kekurangan dalam hal fisik dan mental pun  harus diberikan  suatu kesempatan  yang sama dalam pembangunan. Keterbatasan  kemampuan  yang  dimiliki para penyandang  disabilitas  tidak  menghalangi  usaha  untuk  tetap  menggali  potensi  yang  dimiliki  jika  dilakukan  suatu  usaha dengan  penanganan  khusus  sesuai  dengan  jenis  kecacatannya.  Pembangunan  bidang  kesejahteraan  sosial  termasuk  upaya  peningkatan  kesejahteraan  sosial  bagi  penyandang disabilitas intelektual merupakan bagian dari pembangunan nasional.
Penyandang  disabilitas intelektual dapat  diberdayakan  secara  optimal  sehingga  dapat  menjadi  sumber  daya  manusia  yang  berkualitas,  dan  ikut  berpartisipasi  dalam pembangunan.
Pada  dasarnya  penyandang  disabilitas  intelektual itu  sama saja  dengan  munusia normal  pada  umumnya. Penyandang disabilitas intelektual memerlukan  kebutuhan  hidup  yang  sama  dengan  manusia  normal  lainnya,  seperti  makan,  minum,  pakaian,  tempat  berteduh, pendidikan,  kesehatan, jaminan  keamanan,  serta ketenteraman  dalam  menghadapi  hari  tuanya  untuk  diri  sendiri  maupun  untuk  keluarganya.  Tegasnya,  penyandang  disabilitas  intelektual  juga  membutuhkan kebahagiaan lahir batin yang layak sebagai manusia.
Ketetapan  dalam  Undang-Undang No  4  Tahun  1997  menegaskan  bahwa  penyandang  cacat  merupakan  bagian  masyarakat  Indonesia yang  juga  memiliki  kedudukan,  hak,  kewajiban,  dan  peran  yang  sama,  oleh  karena  itu  dalam  Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, 2012, Pedoman Rehabilitasi Sosial  Penyandang  Disabilitas  Intelektual,  Jakarta:  Kementerian  Sosial  Republik  Indonesia, hlm. 1.
Soekidjo  Notoatmodjo,  2003, Pengembangan  Sumber  Daya  Manusia,  Jakarta: PT. Rineka Cipta, hlm. 8.     pelaksanaan suatu  kebijakan pemerintah perlu dicegah  adanya diskriminasi yang  merugikan  para  penyandang  disabilitas  intelektual  untuk  memperoleh  dan  memiliki  pekerjaan  yang  produktif  yang  memberikan  imbalan  yang  layak.
Undang-undang  ini sangat berarti  bagi penyandang  disabilitas  intelektual karena  memberi  landasan  yang  kuat  bahwa  penyandang  disabilitas  intelektual mempunyai  hak  yang  sama  dengan  orang  yang  normal  dalam hal  perolehan  pendidikan  dan  pengajaran.  Berangkat  dari  undang-undang  di  atas,  berarti  pemerintah berkewajiban menyediakan  pendidikan  khusus  bagi  penyandang  disabilitas intelektual. Pendidikan  khusus bagi penyandang disabilitas  intelektual  dikenal  dengan  Pendidikan  Luar  Biasa  (PLB),  melalui  PLB  diharapkan  penyandang  disabilitas  intelektual  mendapatkan  pendidikan  yang  layak  untuk  mengembangkan  potensi  yang ada. Rencana pelajaran  dan  sistem  mendidik dan  mengajar  di  Sekolah  PLB  lebih  disesuaikan  pada  sifat-sifat  dan  kebutuhankebutuhan  khusus  yang  terdapat  pada  anak-anak  yang  berkekurangan  yang  termasuk didalamnya penyandang disabilitas intelektual.
Usaha  Pemerintah  dalam memberikan  perhatian  terhadap  penyandang  disabilitas intelektual selain mendirikan Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah dengan mendirikan  panti  rehabilitasi  sosial.  Rehabilitasi  sosial  bagi  penyandang  disabilitas  intelektual  sesuai  dengan  Undang-Undang  Nomor  11  tahun  2009  tentang Kesejahteraan sosial diberikan dalam bentuk perawatan dan pengasuhan, pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan, bimbingan  mental spiritual,  Soeroto,  1992, Strategi  Pembangunan  dan  Perencanaan  Kesempatan  Kerja, Yogyakarta: UGM Press, hlm. 98.
Tobing,  Ch.l,  1965,  Pendidikan  dan  Perawatan  Anak-Anak  yang  Berkelainan, Bandung: Ganaco N.V, hlm. 10.     bimbingan  fisik,  bimbingan  sosial  dan  konseling  psikososial,  pelayanan  aksesibilitas,  bantuan  dan  asistensi  sosial,  bimbingan  resosialisasi,  bimbingan  lanjut dan rujukan.
Rehabilitasi  sosial  terhadap  penyandang  disabilitas  intelektual dimaksudkan  sebagai  suatu  usaha bimbingan,  didikan,  dan  latihan  agar  para  penyandang  disabilitas  intelektual  dapat  mengatasi  kecacatannya,  perkembangannya,  kemampuannya  sedemikian  rupa  agar  dikemudian  hari  dapat  menjadi  manusia  yang  mandiri  dan  tidak  bergantung  pada  orang  lain.  Perhatian  yang diberikan kepada penyandang disabilitas intelektual sub normal ditekankan  pada masalah medik, edukatif, dan masalah sosial.
Di  Indonesia  sudah  banyak  lembaga  sosial  yang  bergerak  di  bidang  kesejahteraan  sosial,  khususnya  yang  menangani  penyandang  disabilitas  intelektual.  Salah  satunya  adalah  Balai  Besar  Rehabilitasi  Sosial  Bina  Grahita  (BBRSBG) Kartini  yang  terletak di Kabupaten  Temanggung.  BBRSBG Kartini  Temanggung ini  merupakan  panti  rehabilitasi penyandang  disabilitas  intelektual tertua  dan  terbesar  di  Indonesia,  karena  perintisannya  dimulai  sejak  masa  pemerintahan  Belanda  oleh  keluarga  Graafstal  pada  tanggal 15  September  1904  dengan nama Zwakzinnigenzorg Temanggoeng.
Pada  tahun  1942,  ketika  Pemerintahan  Jepang  menggantikan  kekuasaan  Pemerintah  Kolonial  Belanda  di  Indonesia,  pengelolaan  Zwakzinnigenzorg Temanggoeng  diambil  alih  oleh  Pemerintahan  Jepang  dibawah Kedoe  Shuu  Tim Penyusun BBRSBG Kartini Temanggung, 2010, Kebutuhan Keluarga  Terhadap  Pelayanan dan  Rehabilitasi  Sosial  Tunagrahita di  Provinsi  Jawa  Tengah: Studi di Eks Karesidenan Kedu dan Semarang, Temanggung: BBRSBG  Kartini, hlm. 4.     Naiseibu  Roomuka Magelang  dengan  nama Setelah proklamasi kemerdekaan RI pada tahun 1945, usaha kesejahteraan  sosial penyandang tuna grahita diteruskan oleh Pemerintahan RI di bawah Kantor  Sosial Karesidenan statusnya  di bawah  Balai  Penelitian  dan  Peninjauan  Sosial  (BPPS)  Yogyakarta.
Pengalihan  tersebut  berdasarkan  pada  SK  Menteri  Sosial  RI  No.  Sek.  10-24-nti  Guna Wisma Darma a  ini  program  pelayanan  sosial  mulai dikembangkan  dengan  tujuan  agar penyandang  disabilitas  intelektual  dapat  menjadi  anggota  masyarakat yang berguna setelah selesai mengikuti program rehabilitasi sosial.
dengan  status  sebagai  Unit  Pelaksana  Teknis  dari  Badan  Penelitian  dan  Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI.
Pada tanggal 7 Maret 1983 dialihkan menjadi Unit Pelaksana Teknis dari  Direktorat Jenderal Bina  Rehabilitasi Sosial  Departemen Sosial RI dengan nama    anggal  1  April  1994  Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor: 56/HUK/2003 tentang  Organisasi  dan  Tata  Kerja  Balai  Besar  Rehabilitasi  Sosial  Bina  Grahita  (BBRSBG)  Kartini  Temanggung, dan  semakin  berkembang pesat hingga saat ini dengan cakupan kerja seluruh Indonesia.
Meskipun sempat beberapa kali mengalami perubahan nama, Balai Besar  Rehabilitasi  Sosial  Bina  Grahita  Kartini  Temanggung  ini  dapat  membuktikan  eksistensinya  sebagai  pelopor  dalam  usaha  membina kemandirian penyandang  disabilitas intelektual dengan  memberikan  bimbingan  fisik,  mental,  sosial, serta  keterampilan.  Diharapkan  setelah  selesai  masa  bimbingan  para penyandang  disabilitas  intelektual  dapat  menjadi  pribadi  yang  mandiri  dan  berguna  di  masyarakat. Pelayanan  yang  dilakukan  oleh  BBRSBG  Kartini  Temanggung  merupakan embryo  bagi  tumbuh  berkembangnya  usaha-usaha  rehabilitasi  bagi  penyandang  disabilitas  intelektual  di  Indonesia. Sampai  saat  ini,  Balai  Besar  Rehabilitasi Sosial Bina Grahita Kartini Temanggung dapat membuktikan kepada  masyarakat  luas,  bahwa  para  penyandang  disabilitas  intelektual  yang  telah  menghabiskan masa bimbingannya dapat mencapai kemandiriannya.
Tim  Penyusun  BBRSBG  Kartini  Temanggung,  2012, Profil  BBRSBG  Kartini Temanggung, Temanggung: BBRSBG Kartini, hlm. 1-2.
Skripsi Sastra: Dinamika Pelayanan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual

   

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi