Rabu, 03 Desember 2014

Skripsi Sastra: Kajian Pragmatik Dalam Wacana Perkenalan Melalui Media Chatting Di Facebook

  BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
Skripsi Sastra: Kajian Pragmatik Dalam Wacana Perkenalan Melalui Media Chatting Di Facebook
Bahasa  adalah  sistem  lambang  bunyi  yang  bersifat  arbritrer,  atau  manasuka  yang  dipergunakan  oleh  para  anggota  suatu  masyarakat  untuk  bekerjasama,  berinteraksi,  dan  mengidentifikasikan  diri  (KBBI,  2009:116). Bahasa mempunyai kedudukan sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat.

Melalui  bahasa,  seseorang  dapat  mengetahui  berbagai  macam  informasi,  seperti  perkembangan  yang  sedang  terjadi  di  dunia  saat  ini.  Bahasa  tidak  hanya  bisa  disampaikan secara langsung bertatap muka dengan lawan tutur akan tetapi juga  dapat  disampaikan  secara  tidak  langsung,  yaitu  melalui  media  perantara.  Proses  komunikasi  melalui  media  elektronik  (internet)  merupakan  salah  satu  wujud  interaksi antarmanusia secara tidak langsung.
Kegiatan  berbahasa  erat  kaitannya  dengan  kegiatan  berbicara.  Kegiatan  berbicara  disebut  juga  sebagai  percakapan.  Sebagai  makhluk  sosial,  manusia  melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarindividu. Percakapan juga  dilakukan  untuk  memelihara  hubungan  sosial  manusia  itu  sendiri.  Selain  untuk  bertukar  informasi,  percakapan  dapat  dilakukan  untuk  menunjukkan  keberadaan  manusia lain terhadap lingkungannya. “Di dalam masyarakat seseorang tidak lagi  dipandang  sebagai  individu  yang  terpisah  dari  yang  lain.  Ia  merupakan  anggota  dari kelompok sosialnya” (Suwito, 1996:3).
Seorang  penutur  bahasa  terkadang  sengaja  menyimpangkan  penggunaan  aturan  bahasa  dengan  menggunakan  bentuk  tuturan  yang  implisit.  Hal  ini  dilakukan untuk menyampaikan pesan kepada mitra tutur dengan maksud tertentu.
1    Bentuk  tuturan  implisit  dapat  menimbulkan  interpretasi  yang  menyimpang,  bila  pesan  yang  disampaikan  tidak  diterima  dengan  baik.  Dalam  komunikasi  lisan,  tuturan  sangat  dipengaruhi  oleh  konteks.  Maka,  penafsirannya  perlu  melibatkan  konteks untuk melingkupi tuturan.
George  Yule  mengemukakan  bahwa  ketika  terlibat  percakapan,  penutur  dan  mitra  tutur  dapat  diasumsikan  sedang  bekerja  sama.  Asumsi  kerja  sama  ini  dapat  dinyatakan  sebagai  prinsip  kerja  sama  percakapan  dan  dirinci  ke  dalam  empat  sub-prinsip,  yang  disebut  dengan  maksim.  Bentuk  kerja  sama  ini  adalah  kerja  sama  yang  sederhana,  dikarenakan  penutur  tidak  saling  berusaha  membingungkan,  mempermainkan,  atau  menyesatkan  mitra  tutur  (edisi  terjemahan (Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006:60-63).
Bertujuan  untuk  menyatakan  secara  tepat  yang  dimaksud  oleh  penutur,  penutur mungkin akan menuturkan kalimat yang unik untuk menyesuaikan ujaran  dengan  konteksnya.  Hal  ini  terjadi  pula  kepada  penutur  yang  sedang  terlibat  percakapan  perkenalan  melalui  media  sosial  yaitu  Facebook.  Dalam  percakapan  perkenalan, baik secara langsung  maupun  tidak langsung, penutur dituntut untuk  dapat  berbicara  secara  luwes,  komunikatif,  dan  situasional.  Berbicara  luwes  berarti dapat menggunakan bahasa yang tidak kaku,  tidak canggung, dan mudah  menyesuaikan dengan kebutuhan. Komunikatif berarti dapat menggunakan bahasa  yang mudah dipahami oleh mitra tuturnya yang saat itu sedang  diajak  berkenalan.
Situasional  berarti  dapat  berbicara  sesuai  dengan  situasi  yang  ada.  Penggunaan  bahasa  yang luwes, komunikatif, dan situasional akan lebih mudah diterima dan  dimengerti oleh mitra tutur. Hal ini menyebabkan seorang penutur (dalam situasi    percakapan dalam sebuah perkenalan) mempunyai karakter masing-masing dalam  pemakaian bahasa, misalnya dari segi diksi atau yang lainnya.
Penelitian  ini  mengambil  percakapan  dalam  wacana  perkenalan  melalui  media chatting di Facebook sebagai bahan penelitian. Media chatting di Facebook  dipilih karena  Facebook  merupakan salah satu jejaring sosial yang jangkauannya  paling luas dan paling „memasyarakat‟.
MADCOM (2010:1) menjelaskan bahwa Facebook  adalah sebuah layanan  jejaring sosial  yang bisa menghubungkan  seseorang  dengan saudara, rekan, atau  bahkan  berbagai  orang  yang  ada  di  belahan  dunia  lain  untuk  bisa  saling  berkomunikasi.  Melalui  Facebook,  semua  hal  bisa  dilakukan  dengan  mudah,  mulai  dari  berbagi  informasi,  berbagi  foto,  video  dan  hal-hal  menarik  lainnya.
Sebagian  besar  orang  juga  memanfaatkan  Facebook  sebagai  sarana  komunikasi,  berniaga,  bahkan  untuk  berhubungan   dengan  teman  lama  yang  mungkin  sudah  tidak pernah bertemu lagi. Dengan mencari atau mengetik nama yang ada di kotak  pencarian  nama  di  dalamnya,  secara  otomatis  kita  akan  menemukan  orang  atau  teman yang sedang dicari.
Facebook  juga merupakan salah satu „wadah‟ atau penampung dari segala  aktifitas  masyarakat  dalam  berbagai  hal.  Bagi  masyarakat  yang  cerdas,  mereka  sudah  dapat  mengerti  dan  memaksimalkan  manfaat  dari  Facebook.  Salah  satu  fasilitas  dari  Facebook  yang  banyak  diminati  dan  bermanfaat  bagi  masyarakat  adalah fasilitas chatting.
Melalui  chatting,  pengguna  dapat  saling  berkomunikasi  secara  personal  dengan orang tertentu yang saat itu sedang sama-sama 'berselancar' di dunia maya  (online).  Media  atau  aplikasi  chatting  dalam  Facebook  juga  sudah  tidak  jarang    lagi  dimanfaatkan  banyak  orang  sebagai  media  perkenalan.  Melalui  chatting dalam  Facebook,  seseorang  dapat  dengan  leluasa  dan  rahasia  untuk  saling  berkenalan. Hal itu disebabkan oleh karena sebagian besar orang atau pengguna  Facebook  seringkali juga menambahkan atau menyetujui permintaan pertemanan  dari  orang  yang  belum  dikenal.  Oleh  karena  itu,  fenomena  perkenalan  melalui  media chatting di Facebook telah banyak terjadi, khususnya generasi muda zaman  sekarang.
Jasmadi  (2004:133)  mengungkapkan  bahwa  chatting  adalah  fasilitas  internet yang memungkinkan komunikasi antarpengguna secara langsung melalui  media teks. Chatting merupakan kata bahasa Inggris yang berasal dari bentuk kata  chat  yang  berarti  'obrolan'.  Chatting  dapat  didefinisikan  sebagai  suatu  bentuk  aktifitas  berupa  tindak  komunikasi  percakapan  yang  dilakukan  oleh  orang  per  orang atau diskusi dua orang atau lebih melalui media internet dengan seperangkat  komputer yang terjadi secara langsung (real time) dan interaktif secara dua arah  (bidirectional) (wikipedia.org/wiki/Facebook).
Dalam  skripsinya,  Nanik  Andayani  (2009)  juga  mendefinisakan  chatting sebagai sebuah fasilitas dalam internet yang sangat praktis, karena hanya dengan  duduk  di  depan  PC  (komputer)  yang  tersambung  dengan  koneksi  internet,  pengguna  sudah  dapat  berbincang-bincang  dengan  teman  lama  maupun  orang  baru.  Pengguna  media  chatting  disebut  peserta  chatting.  Peserta  chatting  dapat  bergabung  dalam  forum  diskusi  sesuai  dengan  hobi  dan  kesenangannya.  Selain  melakukan  chatting,  peserta  chatting  juga  dapat  melihat  wajah  lawan  chatnya  dengan  menggunakan  layanan  webcam/videocall  yang  disediakan  oleh  aplikasi  chatting. Oleh karena itu masyarakat luas terlebih di zaman  yang semakin maju    ini  gemar  menggunakan  internet  untuk  chatting.  Semakin  maraknya  pengguna  internet  untuk  chatting  memunculkan  banyak  situs  jejaring  sosial  pertemanan  seperti  Facebook,  Twitter,  Myspace,  Yahoo  Messanger,  WhatsApp  dan  sebagainya.  Salah  satunya  adalah  Facebook  yang  menyedot  cukup  banyak  pengguna sampai saat ini.
Melalui  chatting  seseorang  dapat  berkenalan  dengan  orang  lain  tanpa  bertemu langsung. Mulai dari menyapa dengan kata  hi,  hai,  halloo, atau sekedar  mengucapkan  selamat  pagi/siang/sore/malam  (tergantung  waktu  menyapa  atau  berkenalan). Dapat juga mengucapkan  assalamu’alaikum, maka mitra tutur akan  menjawab  wa'alaikumsallam  apabila  beragama  Islam,  hingga  berbicara  tentang  pribadi masing-masing.
Dari  beberapa  alasan  yang  telah  dikemukakan  tersebut,  maka  media  chatting  di  Facebook  yang  akan  diambil  dalam  penelitian  ini  adalah  media  chatting dalam sebuah perkenalan.
Berikut  adalah  contoh  bentuk  perkenalan  melalui  chatting  dalam  Facebook.
Yahya Zaki  : lohaa..
Sarah Octha  : lohaaaaaa Yahya Zaki  : ap kah boleh knal..? Sarah Octha  : bolehh Yahya Zaki  : kalo boleh siapa namanya? Sarah Octha   : panggil aja sarah Yahya Zaki  : oo sarah..
Ketika dua orang sedang berkenalan, salah satu pihak akan bertanya dan  pihak  yang lainnya  akan menjawab, begitu sebaliknya secara bergantian. Kedua  peserta  chatting  akan  saling  bertukar  informasi  satu  sama  lain,  dan  ketika  salah  satu  atau  bahkan  keduanya  mempunyai  topik  pembicaraan  yang  menarik,    peristiwa  chatting  mungkin  akan  berlangsung  dalam  waktu  yang  cukup  lama.
Namun terkadang tuturan yang diucapkan dapat mengandung suatu tindakan yang  harus  dipahami  oleh  kedua  pihak  yang  sedang  melakukan  chatting.  Oleh  sebab  itu,  tindak  tutur  sangat  berperan  dalam  sebuah  komunikasi.  Di  dalam  sebuah  percakapan  perkenalan  melalui  media  chatting  di  Facebook  inilah  banyak  ditemukan  tindak  tutur  ekspresif.  Tindak  tutur  ekspresif  tersebut  diwujudkan  melalui ungkapan-ungkapan ketika berbincang dan melakukan sebuah perkenalan.
Aspek  penggunaan  bahasa  merupakan  sesuatu  yang  mendorong  peneliti  untuk mengkaji wacana perkenalan ini. Bahasa  yang digunakan oleh para peserta  tutur tergolong unik.  Dalam bertutur, penutur  juga  akan memperhatikan konteks,  kejelasan  tuturan  dan  memastikan  bahwa  yang  diucapkan  mudah  dipahami  oleh  mitra  tuturnya.  Meskipun  sebuah  tuturan  memiliki  implikasi  yang  sama  dan  diucapkan  pada  dua  situasi  yang  berbeda,  maka  volume  dan  situasinya  akan  berbeda  pula.  Jika  implikasi  tidak  ditemukan  pada  suatu  tuturan,  dapat  diasumsikan bahwa penutur dan mitra tutur belum melakukan kerja sama dalam  berkomunikasi  atau  dengan  kata  lain  penutur  telah  melakukan  bentuk  pelanggaran,  yaitu  pelanggaran  prinsip  kerja  sama  dan  pelanggaran  prinsip  kesopanan.  Pelanggaran  dua  prinsip  tersebut  tidak  terkecuali  terjadi  pula  dalam  percakapan perkenalan melalui media chatting di Facebook.
Berikut  adalah  contoh  pelanggaran  prinsip  kerja  sama  pada  wacana  perkenalan chatting di Facebook.
Konteks tuturan : Percakapan  terjadi  antara  pemilik  akun  Sarah  Octha  dan  pemilik  akun  Anemp  Kueteck.  Dalam  percakapan  tersebut  pemilik  akun  Anemp  Kueteck  menanggapi  pertanyaan  yang  diungkapkan  oleh  pemilik  akun  Sarah  Octha  mengenai  dimana  tempat  membeli  kucing  persia  peliharaan    pemilik  akun  Anemp  Kueteck.  Namun,  pemilik  akun  Anemp  Kueteck  justru menanggapi pertanyaannya dengan gurauan.
Bentuk tututran : .....
Sarah Octha    : ihh punya kucing? Anemp Kueteck  : kok males Emang kenapa? Aku punya kucing dua, cowok Sm cewek namanya jono dan lono Sarah Octha    : males karna biasa kalo belajar pas lagi ada  ulangan aja :D Anemp Kueteck  : suka kucing juga?? Sarah Octha    : ha?? Astaga? Kok cewek namanya lono? Anemp Kueteck  : aku mau kucing persia kamu tau nggak belinya di mana? Sarah Octha    : idiihh engga suka banget, emang beli dimana? Anemp Kueteck  : di hatimu, ehem ehem icikiwiiiir .....
(127/PPKS/ CFB/21 Februari 2014) Pelanggaran  prinsip  kerja  sama  terjadi  pada  data  di  atas.  Pelanggaran  tersebut  dilakukan  oleh  pemilik  akun  Anemp  Kueteck  terhadap  pemilik  akun  Sarah  Octha.  Bentuk  pelanggaran  terhadap  prinsip  kerja  sama  terhadap  maksim  kualitas terdapat pada tuturan pemilik akun Anemp Kueteck yang mengatakan  “ di  hatimu,  ehem  ehem  icikiwiiiir  ”.  Melalui  tuturan  tersebut,  pemilik  akun  Anemp Kueteck memberikan kontribusi yang diyakininya salah, sehingga tuturan  tersebut melanggar prinsip kerja sama yaitu maksim kualitas.
Seperti  yang  diketahui  bahwa  kucing  tidak  bisa  dibeli  „di  hati‟  atau  dengan kata lain „hati‟ bukanlah tempat untuk membeli kucing. Tuturan tersebut  ditujukan  oleh  pemilik  akun  Anemp  Kueteck  kepada  pemilik  akun  Sarah  Octha  sebagai  bentuk rayuan. Akan tetapi, hal tersebut tentu melanggar maksim kualitas  karena  pemilik  akun  Anemp  Kueteck  telah  memberikan  kontribusi  yang  salah  atau tidak benar terhadap pemilik akun Sarah Octha. Tuturan dari pemilik akun  Anemp  Kueteck  tidak  akan  melanggar  maksim  kualitas   jika  ia  memberikan    kontribusi  yang  benar.  Misalnya,  ia  mengatakan  bahwa  kucing  persia  yang  dimilikinya membeli di sebuah toko hewan, dan lain sebagainya.
Berdasarkan  latar belakang  tersebut, maka peneliti  mengambil percakapan  dalam  wacana  perkenalan  melalui  media  chatting  di  Facebook  sebagai  bahan  penelitian.  Fokus  utama  dalam  penelitian  ini  adalah  untuk  mendeskripsikan bentuk tindak tutur ekspresif, bentuk pelanggaran prinsip kerja sama, dan bentuk  pelanggaran  prinsip  kesopanan  yang  terjadi  dalam  wacana  perkenalan  melalui  media  chatting  di  Facebook.  Berangkat  dari  hal  ini,  peneliti  mengambil  judul  penelitian “Kajian Pragmatik  dalam Wacana Perkenalan melalui Media  Chatting  di Facebook”.
B.  Pembatasan Masalah.
Untuk  membatasi  penelitian  ini  agar  lebih  mendalam  dan  terarah  sesuai  dengan tujuan yang ingin dicapai, sangat diperlukan adanya pembatasan masalah.
Hal  ini  senada  dengan  pendapat  Lexy  J.  Moleong  (2000:63)  yang  menyatakan  bahwa  untuk  mencegah  timbulnya  kerancuan  pengertian,  kekaburan  wilayah,  persoalan  dan  mengarahkan  penelitian  agar  lebih  intensif  dan  efisien,  sesuai  dengan tujuan penelitian, maka diperlukan adanya pembatasan masalah.
Adapun  yang  menjadi  lingkup  permasalahan  dalam  penelitian  ini  adalah  pemakaian bahasa dalam wacana perkenalan melalui media  chatting  di  Facebook  yang  terbatas  pada  masalah  bentuk  tindak  tutur  ekspresif,  pelanggaran  prinsip  kerja  sama,  dan  pelanggaran  prinsip  kesopanan.  Peneliti  menganalisis  permasalahan ini dengan menggunakan  kajian  pragmatik. Peneliti memilih tindak  tutur  ekspresif  karena  dalam  wacana  perkenalan  melalui  media  chatting  di    Facebook  terdapat  tuturan  yang  mengandung  tindak  tutur  ekspresif.  Dalam  menganalisis  tuturan  yang  terdapat  dalam  wacana  perkenalan  melalui  media  chatting  di  Facebook  tersebut  juga  banyak  ditemukan  bentuk  pelanggaran  terhadap  prinsip  kerja  sama  dan  kesopanan  dalam  bertutur.  Selain  itu  juga  memperhatikan  konteks  tuturan  yang  terdapat  pada  setiap  perkenalan  melalui  media chatting di Facebook.
C.  Rumusan Masalah.
Berdasarkan  uraian  pada  latar  belakang  dan  pembatasan  masalah,  maka  permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :.
1.  Bagaimanakah  bentuk  tindak  tutur  ekspresif  dalam  wacana  perkenalan  melalui media chatting di Facebook?.
2.  Bagaimanakah  bentuk  pelanggaran  prinsip  kerja  sama  dalam  wacana  perkenalan melalui media chatting di Facebook?.
3.  Bagaimanakah  bentuk  pelanggaran  prinsip  kesopanan  dalam  wacana  perkenalan melalui media chatting di Facebook?.
D.  Tujuan Penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :.
1.  Mendeskripsikan  bentuk  tindak  tutur  ekspresif  dalam  wacana  perkenalan melalui media chatting di Facebook.
2.  Mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kerja sama dalam wacana  perkenalan melalui media chatting di Facebook.  
3.  Mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesopanan dalam wacana  perkenalan melalui media chatting di Facebook.
Skripsi Sastra: Kajian Pragmatik Dalam Wacana Perkenalan Melalui Media Chatting Di Facebook



Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi