BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah.
Skripsi Sastra: Kajian Pragmatik Dalam Wacana Perkenalan Melalui Media Chatting Di Facebook
Bahasa adalah
sistem lambang bunyi
yang bersifat arbritrer,
atau manasuka yang
dipergunakan oleh para
anggota suatu masyarakat
untuk bekerjasama, berinteraksi,
dan mengidentifikasikan diri
(KBBI, 2009:116). Bahasa
mempunyai kedudukan sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat.
Melalui bahasa,
seseorang dapat mengetahui
berbagai macam informasi,
seperti perkembangan yang
sedang terjadi di
dunia saat ini.
Bahasa tidak hanya
bisa disampaikan secara langsung
bertatap muka dengan lawan tutur akan tetapi juga dapat
disampaikan secara tidak
langsung, yaitu melalui
media perantara. Proses komunikasi melalui
media elektronik (internet)
merupakan salah satu
wujud interaksi antarmanusia
secara tidak langsung.
Kegiatan berbahasa
erat kaitannya dengan
kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara
disebut juga sebagai
percakapan. Sebagai makhluk
sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi
antarindividu. Percakapan juga dilakukan untuk
memelihara hubungan sosial
manusia itu sendiri.
Selain untuk bertukar
informasi, percakapan dapat
dilakukan untuk menunjukkan
keberadaan manusia lain terhadap
lingkungannya. “Di dalam masyarakat seseorang tidak lagi dipandang
sebagai individu yang
terpisah dari yang
lain. Ia merupakan
anggota dari kelompok sosialnya”
(Suwito, 1996:3).
Seorang penutur
bahasa terkadang sengaja
menyimpangkan penggunaan aturan
bahasa dengan menggunakan
bentuk tuturan yang
implisit. Hal ini dilakukan
untuk menyampaikan pesan kepada mitra tutur dengan maksud tertentu.
1 Bentuk
tuturan implisit dapat
menimbulkan interpretasi yang
menyimpang, bila pesan
yang disampaikan tidak
diterima dengan baik.
Dalam komunikasi lisan, tuturan
sangat dipengaruhi oleh
konteks. Maka, penafsirannya
perlu melibatkan konteks untuk melingkupi tuturan.
George Yule
mengemukakan bahwa ketika
terlibat percakapan, penutur dan
mitra tutur dapat
diasumsikan sedang bekerja
sama. Asumsi kerja
sama ini dapat
dinyatakan sebagai prinsip
kerja sama percakapan
dan dirinci ke
dalam empat sub-prinsip,
yang disebut dengan
maksim. Bentuk kerja
sama ini adalah kerja
sama yang sederhana,
dikarenakan penutur tidak
saling berusaha membingungkan,
mempermainkan, atau menyesatkan
mitra tutur (edisi terjemahan (Indah Fajar Wahyuni dan Rombe
Mustajab, 2006:60-63).
Bertujuan untuk
menyatakan secara tepat
yang dimaksud oleh
penutur, penutur mungkin akan
menuturkan kalimat yang unik untuk menyesuaikan ujaran dengan
konteksnya. Hal ini
terjadi pula kepada
penutur yang sedang
terlibat percakapan perkenalan
melalui media sosial
yaitu Facebook. Dalam
percakapan perkenalan, baik
secara langsung maupun tidak langsung, penutur dituntut untuk dapat
berbicara secara luwes,
komunikatif, dan situasional.
Berbicara luwes berarti dapat menggunakan bahasa yang tidak
kaku, tidak canggung, dan mudah menyesuaikan dengan kebutuhan. Komunikatif
berarti dapat menggunakan bahasa yang
mudah dipahami oleh mitra tuturnya yang saat itu sedang diajak
berkenalan.
Situasional berarti
dapat berbicara sesuai
dengan situasi yang
ada. Penggunaan bahasa
yang luwes, komunikatif, dan situasional akan lebih mudah diterima dan dimengerti oleh mitra tutur. Hal ini
menyebabkan seorang penutur (dalam situasi percakapan dalam sebuah perkenalan)
mempunyai karakter masing-masing dalam pemakaian
bahasa, misalnya dari segi diksi atau yang lainnya.
Penelitian ini
mengambil percakapan dalam
wacana perkenalan melalui media chatting di Facebook sebagai bahan
penelitian. Media chatting di Facebook dipilih
karena Facebook merupakan salah satu jejaring sosial yang
jangkauannya paling luas dan paling
„memasyarakat‟.
MADCOM (2010:1) menjelaskan bahwa
Facebook adalah sebuah layanan jejaring sosial yang bisa menghubungkan seseorang
dengan saudara, rekan, atau bahkan berbagai
orang yang ada di belahan
dunia lain untuk
bisa saling berkomunikasi.
Melalui Facebook, semua
hal bisa dilakukan
dengan mudah, mulai
dari berbagi informasi,
berbagi foto, video
dan hal-hal menarik
lainnya.
Sebagian besar
orang juga memanfaatkan
Facebook sebagai sarana
komunikasi, berniaga, bahkan
untuk berhubungan dengan
teman lama yang
mungkin sudah tidak pernah bertemu lagi. Dengan mencari atau
mengetik nama yang ada di kotak pencarian nama
di dalamnya, secara
otomatis kita akan
menemukan orang atau teman
yang sedang dicari.
Facebook juga merupakan salah satu „wadah‟ atau
penampung dari segala aktifitas masyarakat
dalam berbagai hal.
Bagi masyarakat yang
cerdas, mereka sudah
dapat mengerti dan
memaksimalkan manfaat dari
Facebook. Salah satu fasilitas dari
Facebook yang banyak
diminati dan bermanfaat
bagi masyarakat adalah fasilitas chatting.
Melalui chatting,
pengguna dapat saling
berkomunikasi secara personal dengan orang tertentu yang saat itu sedang
sama-sama 'berselancar' di dunia maya (online). Media
atau aplikasi chatting
dalam Facebook juga
sudah tidak jarang lagi
dimanfaatkan banyak orang
sebagai media perkenalan.
Melalui chatting dalam Facebook,
seseorang dapat dengan
leluasa dan rahasia
untuk saling berkenalan. Hal itu disebabkan oleh karena
sebagian besar orang atau pengguna Facebook seringkali juga menambahkan atau menyetujui
permintaan pertemanan dari orang
yang belum dikenal.
Oleh karena itu,
fenomena perkenalan melalui media chatting di Facebook telah banyak
terjadi, khususnya generasi muda zaman sekarang.
Jasmadi (2004:133)
mengungkapkan bahwa chatting
adalah fasilitas internet yang memungkinkan komunikasi
antarpengguna secara langsung melalui media
teks. Chatting merupakan kata bahasa Inggris yang berasal dari bentuk kata chat
yang berarti 'obrolan'.
Chatting dapat didefinisikan
sebagai suatu bentuk aktifitas
berupa tindak komunikasi
percakapan yang dilakukan
oleh orang per orang
atau diskusi dua orang atau lebih melalui media internet dengan seperangkat komputer yang terjadi secara langsung (real
time) dan interaktif secara dua arah (bidirectional)
(wikipedia.org/wiki/Facebook).
Dalam skripsinya,
Nanik Andayani (2009)
juga mendefinisakan chatting sebagai sebuah fasilitas dalam
internet yang sangat praktis, karena hanya dengan duduk
di depan PC
(komputer) yang tersambung
dengan koneksi internet, pengguna
sudah dapat berbincang-bincang dengan
teman lama maupun
orang baru. Pengguna
media chatting disebut
peserta chatting. Peserta
chatting dapat bergabung
dalam forum diskusi
sesuai dengan hobi
dan kesenangannya. Selain melakukan
chatting, peserta chatting
juga dapat melihat
wajah lawan chatnya dengan
menggunakan layanan webcam/videocall yang
disediakan oleh aplikasi chatting. Oleh karena itu masyarakat luas
terlebih di zaman yang semakin maju ini
gemar menggunakan internet
untuk chatting. Semakin
maraknya pengguna internet
untuk chatting memunculkan
banyak situs jejaring
sosial pertemanan seperti
Facebook, Twitter, Myspace,
Yahoo Messanger, WhatsApp
dan sebagainya. Salah
satunya adalah Facebook
yang menyedot cukup
banyak pengguna sampai saat ini.
Melalui chatting
seseorang dapat berkenalan
dengan orang lain
tanpa bertemu langsung. Mulai
dari menyapa dengan kata hi, hai,
halloo, atau sekedar mengucapkan selamat
pagi/siang/sore/malam
(tergantung waktu menyapa
atau berkenalan). Dapat juga
mengucapkan assalamu’alaikum, maka mitra
tutur akan menjawab wa'alaikumsallam apabila
beragama Islam, hingga
berbicara tentang pribadi masing-masing.
Dari beberapa
alasan yang telah
dikemukakan tersebut, maka
media chatting di
Facebook yang akan
diambil dalam penelitian
ini adalah media chatting
dalam sebuah perkenalan.
Berikut adalah
contoh bentuk perkenalan
melalui chatting dalam Facebook.
Yahya Zaki : lohaa..
Sarah Octha : lohaaaaaa Yahya Zaki : ap kah boleh knal..? Sarah Octha : bolehh Yahya Zaki : kalo boleh siapa namanya? Sarah Octha : panggil aja sarah Yahya Zaki : oo sarah..
Ketika dua orang sedang
berkenalan, salah satu pihak akan bertanya dan pihak
yang lainnya akan menjawab,
begitu sebaliknya secara bergantian. Kedua peserta
chatting akan saling
bertukar informasi satu
sama lain, dan
ketika salah satu
atau bahkan keduanya
mempunyai topik pembicaraan
yang menarik, peristiwa
chatting mungkin akan
berlangsung dalam waktu
yang cukup lama.
Namun terkadang tuturan yang
diucapkan dapat mengandung suatu tindakan yang harus
dipahami oleh kedua
pihak yang sedang
melakukan chatting. Oleh
sebab itu, tindak
tutur sangat berperan
dalam sebuah komunikasi.
Di dalam sebuah percakapan
perkenalan melalui media
chatting di Facebook
inilah banyak ditemukan
tindak tutur ekspresif.
Tindak tutur ekspresif
tersebut diwujudkan melalui ungkapan-ungkapan ketika berbincang
dan melakukan sebuah perkenalan.
Aspek penggunaan
bahasa merupakan sesuatu
yang mendorong peneliti untuk mengkaji wacana perkenalan ini.
Bahasa yang digunakan oleh para peserta tutur tergolong unik. Dalam bertutur, penutur juga
akan memperhatikan konteks, kejelasan tuturan
dan memastikan bahwa
yang diucapkan mudah
dipahami oleh mitra
tuturnya. Meskipun sebuah
tuturan memiliki implikasi
yang sama dan diucapkan pada
dua situasi yang
berbeda, maka volume
dan situasinya akan berbeda pula.
Jika implikasi tidak
ditemukan pada suatu
tuturan, dapat diasumsikan bahwa penutur dan mitra tutur
belum melakukan kerja sama dalam berkomunikasi atau
dengan kata lain
penutur telah melakukan
bentuk pelanggaran, yaitu
pelanggaran prinsip kerja
sama dan pelanggaran
prinsip kesopanan. Pelanggaran
dua prinsip tersebut
tidak terkecuali terjadi
pula dalam percakapan perkenalan melalui media chatting
di Facebook.
Berikut adalah
contoh pelanggaran prinsip
kerja sama pada
wacana perkenalan chatting di
Facebook.
Konteks tuturan : Percakapan terjadi
antara pemilik akun
Sarah Octha dan
pemilik akun Anemp
Kueteck. Dalam percakapan
tersebut pemilik akun
Anemp Kueteck menanggapi
pertanyaan yang diungkapkan
oleh pemilik akun Sarah Octha
mengenai dimana tempat
membeli kucing persia
peliharaan pemilik akun
Anemp Kueteck. Namun,
pemilik akun Anemp
Kueteck justru menanggapi
pertanyaannya dengan gurauan.
Bentuk tututran : .....
Sarah Octha : ihh
punya kucing? Anemp Kueteck : kok males Emang
kenapa? Aku punya kucing dua, cowok Sm cewek namanya jono dan lono Sarah
Octha : males karna biasa kalo belajar
pas lagi ada ulangan aja :D Anemp
Kueteck : suka kucing juga?? Sarah
Octha : ha?? Astaga? Kok cewek namanya
lono? Anemp Kueteck : aku mau kucing
persia kamu tau nggak belinya di mana? Sarah Octha : idiihh engga suka banget, emang beli
dimana? Anemp Kueteck : di hatimu, ehem
ehem icikiwiiiir .....
(127/PPKS/ CFB/21 Februari 2014) Pelanggaran prinsip
kerja sama terjadi
pada data di
atas. Pelanggaran tersebut
dilakukan oleh pemilik
akun Anemp Kueteck
terhadap pemilik akun Sarah Octha.
Bentuk pelanggaran terhadap
prinsip kerja sama
terhadap maksim kualitas terdapat pada tuturan pemilik akun
Anemp Kueteck yang mengatakan “ di hatimu,
ehem ehem icikiwiiiir
”. Melalui tuturan
tersebut, pemilik akun Anemp
Kueteck memberikan kontribusi yang diyakininya salah, sehingga tuturan tersebut melanggar prinsip kerja sama yaitu
maksim kualitas.
Seperti yang
diketahui bahwa kucing
tidak bisa dibeli
„di hati‟ atau dengan
kata lain „hati‟ bukanlah tempat untuk membeli kucing. Tuturan tersebut ditujukan
oleh pemilik akun
Anemp Kueteck kepada
pemilik akun Sarah
Octha sebagai bentuk rayuan. Akan tetapi, hal tersebut
tentu melanggar maksim kualitas karena pemilik
akun Anemp Kueteck
telah memberikan kontribusi
yang salah atau tidak benar terhadap pemilik akun Sarah
Octha. Tuturan dari pemilik akun Anemp Kueteck
tidak akan melanggar
maksim kualitas jika
ia memberikan kontribusi
yang benar. Misalnya,
ia mengatakan bahwa
kucing persia yang dimilikinya
membeli di sebuah toko hewan, dan lain sebagainya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengambil percakapan dalam
wacana perkenalan melalui
media chatting di
Facebook sebagai bahan penelitian. Fokus
utama dalam penelitian
ini adalah untuk
mendeskripsikan bentuk tindak tutur ekspresif, bentuk pelanggaran
prinsip kerja sama, dan bentuk pelanggaran prinsip
kesopanan yang terjadi
dalam wacana perkenalan
melalui media chatting
di Facebook. Berangkat
dari hal ini,
peneliti mengambil judul penelitian
“Kajian Pragmatik dalam Wacana
Perkenalan melalui Media Chatting di Facebook”.
B. Pembatasan Masalah.
Untuk membatasi
penelitian ini agar
lebih mendalam dan
terarah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, sangat
diperlukan adanya pembatasan masalah.
Hal ini
senada dengan pendapat
Lexy J. Moleong
(2000:63) yang menyatakan bahwa
untuk mencegah timbulnya
kerancuan pengertian, kekaburan
wilayah, persoalan dan
mengarahkan penelitian agar
lebih intensif dan
efisien, sesuai dengan tujuan penelitian, maka diperlukan
adanya pembatasan masalah.
Adapun yang
menjadi lingkup permasalahan
dalam penelitian ini
adalah pemakaian bahasa dalam
wacana perkenalan melalui media
chatting di Facebook yang
terbatas pada masalah
bentuk tindak tutur
ekspresif, pelanggaran prinsip kerja
sama, dan pelanggaran
prinsip kesopanan. Peneliti
menganalisis permasalahan ini
dengan menggunakan kajian pragmatik. Peneliti memilih tindak tutur
ekspresif karena dalam
wacana perkenalan melalui
media chatting di Facebook terdapat
tuturan yang mengandung
tindak tutur ekspresif.
Dalam menganalisis tuturan
yang terdapat dalam
wacana perkenalan melalui
media chatting di
Facebook tersebut juga
banyak ditemukan bentuk
pelanggaran terhadap prinsip
kerja sama dan
kesopanan dalam bertutur.
Selain itu juga memperhatikan konteks
tuturan yang terdapat
pada setiap perkenalan
melalui media chatting di
Facebook.
C. Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian
pada latar belakang
dan pembatasan masalah,
maka permasalahan yang dikaji
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :.
1. Bagaimanakah
bentuk tindak tutur
ekspresif dalam wacana
perkenalan melalui media chatting
di Facebook?.
2. Bagaimanakah
bentuk pelanggaran prinsip
kerja sama dalam
wacana perkenalan melalui media
chatting di Facebook?.
3. Bagaimanakah
bentuk pelanggaran prinsip
kesopanan dalam wacana perkenalan melalui media chatting di Facebook?.
D. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah, maka
tujuan penelitian ini adalah :.
1. Mendeskripsikan bentuk
tindak tutur ekspresif
dalam wacana perkenalan melalui media chatting di Facebook.
2. Mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip
kerja sama dalam wacana perkenalan
melalui media chatting di Facebook.
3.
Mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesopanan dalam wacana perkenalan melalui media chatting di Facebook.
Skripsi Sastra: Kajian Pragmatik Dalam Wacana Perkenalan Melalui Media Chatting Di Facebook
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi