Rabu, 03 Desember 2014

Skripsi Sastra: Perkembangan Pertambangan Batubara Bukit Asam Di Tanjung Enim Kabupaten Muara Enim

  BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
Skripsi Sastra: Perkembangan Pertambangan Batubara Bukit Asam Di Tanjung Enim Kabupaten Muara Enim
Indonesia  merupakan  negeri  kepulauan  terluas  di  dunia,  yang  memiliki  daratan sekitar dua  juta kilometer  persegi  dan meliputi 17.500 lebih pulau  besar  dan  kecil.  Pulau  yang  satu  dengan  yang  lain  disatukan  oleh  laut dan  secara  keseluruhan  luas  wilayah  lautannya  sekitar  dua  setengah  kali  luas  daratan.

Indonesia  terbentang  dari  wilayah  Barat  hingga  Timur  dan  setiap  daerah  di  Indonesia  memiliki  sumber  daya  alam  yang  beraneka  ragam  yang  dipengaruhi  letak wilayahnya.
Di wilayah Indonesia terdapat dua daerah yang disebut Paparan Sunda dan  Paparan  Sahul  yang  terpisahkan  oleh  daerah  goyah  yang  membentuk  busur  kepulauan  dan  palung  laut-dalam.  Paparan  Sunda  merupakan  ujung  tenggara  Lempeng  Eurasia,  dan  Paparan  Sahul  merupakan tepi  utara  Lempeng  Australia.
Daerah antara kedua paparan itu disebut lajur peralihan yang masih goyah, secara  fisiografi  membentuk  busur  kepulauan  dan  secara  tektonika  membentuk  lajur  gunung  api,  lajur  gempa  bumi,  dan  lajur  anomali  gaya  berat  negatif.  Lajur  peralihan ini, dari daerah barat membentuk busur kepulauan ganda, busur-luar dan  busur-dalam  yang  membentang  dari  Sumatra,  Jawa,  Nusa  Tenggara,  dan  melengkung  ke  arah  utara  mengintari  Laut  Banda.  Di  daerah  tengah  terdapat  Djoko  Darmono,  2009, Mineral  dan  Energi  Kekayaan  Bangsa  sejarah  pertambangan  dan  energy  Indonesia,  Jakarta,  Departemen  Energi  dan  Sumber  Daya Mineral: Hlm 1.
1    beberapa  deretan  pulau,  yaitu  Buru-Seram,  Banggai-Sula,  Sulawesi  dan  Halmahera  yang  tersusun  oleh  Mendala  Barat  dan  Mendala  Timur.  Lajur  peralihan  di  daerah  timur  membentang  berarah  barat-timur  sebelah  utara  sekitar  Sorong,  di  pesisir  utara  Papua.  Setiap  daerah  mantap  maupun  daerah  goyah,  memiliki  himpunan  sumber  daya  mineral  dan  energi  tertentu,  sesuai  sejarah  batuan induknya.
Sumber daya mineral dan energi  yang dimiliki Indonesia beraneka ragam  dari  wilayah  barat  hingga  daerah  timur  Indonesia. Sumber  daya  energi  terbagi  menajadi  sumber  daya  primer  dan  juga  sumber  daya  sekunder.  Sumber  daya  primer  merupakan  sumber  daya  energi  utama  sedangkan  sumber  daya  energi  sekunder  merupakan  sumber  daya  energi  yang  keberadaannya  harus  ditopang  dengan sumber daya primer.
Sumber  daya  energi  primer yang  di  miliki  Indonesia,  antara lain minyak  bumi, gas bumi, batubara, tenaga air, tenaga panas bumi, tenaga matahari, tenaga  angin,  biomassa,  gambut,  bijih  unsur  radioaktif  untuk  tenaga  nuklir,  tenaga  gelombang  laut,  tenaga  pasang  surut, ocean  thermal  energy  conversion (OTEC;  konversi  panas  akibat  adanya  perbedaan  suhu  air  laut)  dan coal  bed  methane (CBM;  metana  lapisan  batubara).
Sumber  daya  energi  pada  umumnya  dapat  digunakan setelah melalui proses tertentu ataupun penggunaan teknologi tertentu.
Sumber daya mineral khususnya batubara pada umumnya digunakan untuk  bahan  bakar  industri  atau  pembangkitan  tenaga  listrik.  Pada  zaman  Hindia-Ibid, Hlm 35 dan 3Ibid, Hlm 13.     Belanda, batubara digunakan untuk mejalankan kereta api.   Untuk mempermudah  proses pembakaran biasanya batubara dibuat serbuk pada ukuran tertentu. Untuk  mengganti peran  minyak tanah, batubara diproses menjadi  briket  batubara untuk  bahan bakar di rumah tangga dan industri rumah tangga. Selain itu batubara dapat  juga  diproses  menjadi  batubara  cair  (coal  liquefaction)  dan  gas  batubara  (coal  gasification).
Kebutuhan  akan  batubara  semakin  lama  semakin  meningkat  seiring  dengan  perkembangan  zaman.  Pada  zaman  Hindia-Belanda  kebutuhan  akan  batubara  meningkat  seiring  dengan  berkembangnya  industri  dan  keperluan  pendukung  industri  seperti kereta  api  atau  pun  keperluan  lain.  Hindia-Belanda  melakukan pencarian batubara kesejumlah wilayah yang ada di Indonesia.
Pada  abad ke-19,  Hindia Belanda  mengadakan  ekspansi  melalui berbagai  peperangan  menghadapi  raja-raja  setempat  dihampir  seluruh  Nusantara.  Di  wilayah-wilayah yang dikuasainya terjadi perlawanan, antara lain oleh Pattimura,  Imam Bonjol, Diponegoro, dan beberapa perlawanan dari Aceh. Dengan cara itu,  Hindia Belanda berangsur-angsur menguasai wilayah yang terbentang dari Sabang  sampai Merauke. Ekspansi territorial Belanda tersebut didorong oleh kepentingan  ekonomi.
Daerah  yang  menjadi  tempat  pencarian  sumber  daya  mineral  batubara  sebagian  besar  terdapat  di  Kalimantan  dan  Sumatera.  Beberapa  daerah  di  Kalimantan  dan  Sumatera  dilakukan  penelitian  pertambangan.  Kedua  tambang  Ibid, Hlm 13-1Ibid, Hlm 63    batubara  di  Kalimantan  adalah  perusahaan  tambang  swasta  pertama  yaitu Oost  Borneo  Maatschappij  yang  beroperasi  pada  tahun  1882.  Dalam  upaya  mengoptimalkan penyelidikan geologi dan pertambangan, maka pada tahun 1850  pemerintah  Hindia  Belanda  membentuk Dienst  Van  Het  Mijnwezen atau  Dinas  Pertambangan yang berkedudukan di Bandung.
Pertambangan  batubara secara  modern  di  awali di  Ombilin  pada  tahun  1856,  yang  dilanjutkan  dengan  pekerjaan  persiapan  lebih  kurang  36  tahun sebelum  produksi  pertama  tahun  1892. Upaya  mencari  endapan  batubara  yang  bercadangan  besar  terus dilakukan  di  daerah  Sumatera.  Penyelidikan  geologi  di  Sumatera Selatan  pada tahun 1915-1918  menemukan  endapan  batubara  bermutu  antrasit dalam jumlah cukup besar di daerah Bukit Asam. Endapan ini kemudian  mulai  diusahakan  pada  tahun  1919.  Dua  tambang,  Bukit  Asam  dan  Ombilin  selama dasawarsa 1930-an mampu memproduksi 64 persen dari jumlah produksi  di  seluruh  Hindia  Belanda,  dan  menjelang  Perang  Dunia  II  dapat  menghasilakn  sekitar sejuta ton pertahun.
Pertambangan  batubara  Bukit  Asam  terletak  di  Kabupaten  Muara  Enim  Provinsi Sumatera Selatan. Pertambangan batubara ini menjadi aset dan sekaligus  menjadikan  Muara  Enim  identik  sebagai  kota  penghasil  batubara  terbesar.
Batubara  merupakan  komoditas  pertambangan  yang  memberi  kontribusi  cukup  besar dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah Muara Enim.
Ibid, Hlm 7Kompas,  2001, Profil  Daerah  Kabupaten  dan  Kota  jilid  1,  Jakarta,  Buku  Kompas: Hlm 130.
  Pertambangan batubara  Bukit  Asam  menggunakan  metode  terbuka  dan  lokasi  pertamanya,  yaitu  di  Tambang  Air  Laya.  Kemudian  pada  tahun  1923  beroperasi  dengan  menggunakan  metode  bawah  tanah. Kegiatan  pertambangan  pada  umumnya  meliputi  tiga  tahap  pekerjaan,  yaitu  pembersihan  permukaan  (clearing), pengupasan  tanah penutup dan penambangan batubara.
Bukit  Asam  merupakan  salah  satu  dari  lima  pertambangan  milik  Negara.  Lima  tambang  Negara, yaitu Bangka (Timah); Ombilin, Bukit Asam, dan Pulu Laut (Batubara);  dan Tambang Sawah  (Emas  dan  Perak).
Dalam  proses  pertambangan  batubara,  orang-orang  atau  buruh  yang  melakukan  penambangan  batubara  sebagian  besar  adalah orang Jawa, dan di tambang-tambang Negara ada juga buruh tahanan yang  dipakai untuk melakukan penambangan batubara.
Dalam  pertambangan  ataupun  perkebunan  dilakukan  perjanjian  kerja  antara  buruh  dan  majikan.  Perjanjian kerja  ialah  suatu  perjanjian  antara  orang  perorangan pada satu pihak dengan pihak lain sebagai majikan untuk melakukan  suatu pekerjaan dengan mendapatkan upah. Antara buruh dan juga majikan  juga  diatur  dalam  hukum.  Hubungan  hukum  antara  buruh  dan  majikan  selain  diatur  oleh  hukum  otomom,  artinya  ketentuan  yang  dibuat  oleh  majikan  dan  buruh itu  Soeka  Ngaja  Ginting,  1987, Penertiban  pengamanan  teknis  pertambangan  pada tambang batubara PT (Persero) tambang batubara Bukit Asam di Tanjung  Enim  Kabupaten  Muara  Enim  Provinsi  Sumatera  Selatan,  Jakarta,  Direktorat  Pengamanan Teknis: Hlm 18.
J.S.  Furnivall,  2009, Hindia  Belanda  studi  tentang  Ekonomi  Majemuk,  Jakarta, Freedom Institute: Hlm 344.
  sendiri, juga diatur oleh hukum heteronom yang artinya ketentuan yang ditetapkan  oleh pembentuk undang-undang.
1Tahun  1919  merupakan  tahun  dibukanya  pertambangan  batubara  Bukit  Asam  Tanjung  Enim.  Pertambangan  tidak  lepas  dari  para  buruh-buruh  penambang.  Buruh-buruh  ini  sebagian  besar  dari  Jawa  dan  ada  juga  yang  merupakan  tahanan.  Kehidupan  para  buruh  pun  tidak  terlepas  dari  kehidupan  pertambangan  baik  dari  para  penguasa maupun  dari  buruh  itu  sendiri. Buruhburuh  meyogok  para  mandor  agar  memperoleh  kerja  ringan  di  dalam  lobang  ataupun  meyogok  para  sipir  penjara  agar  diperbolehkan  keluar  dari  tempat  penambangan lebih lama. Buruh-buruh pun memerlukan hiburan selama di tempat  penambangan,  maka  didatangkanlah  Gamelan,  Ronggeng,  atau  pun  hiburan  lain  seperti  judi  untuk  menghilangkan  rasa  tertekan  dan  bosan  selama  di  tempat  penambangan.  Mayoritas  buruh  pertambangan  adalah  laki-laki,  sebagai  laki-laki  normal  pasti  mereka  memiliki  hasrat  kelelakian.  Berbagai  cara  mereka  lakukan  untuk  memenuhi  hasrat  mereka,  tidak  ada  wanita  sesama  laki-laki  pun  jadi.
Kehidupan  buruh  yang  penuh  dengan  hal-hal  yang  belum  banyak  masyarakat  umum  ketahui  sangat  lah  unik  untuk  dibahas.  Kehidupan  sosial  dan  kehidupan  ekonomi  buruh  pertambangan  saling  berpengaruh  satu  sama  lain.  Buruh  merupakan  salah  satu  hal  yang  tidak  terlepas  dari  perkembangan  sebuah  perusahaan pertambangan.
1Budiarto,  1992, Dampak  Pemutusan  Hubungan  Kerja  Terhadap  Pekerja  Pada  Pertambangan  di  Indonesia,  Yogyakarta,  Universitas  Pembangunan  Nasional Veteran: Hlm 3.
  B.  Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan  masalahnya adalah: 1.  Bagaimana  latar  belakang diadakannya  penambangan  batubara  Bukit  Asam? 2.  Bagaimana perkembangan pertambangan batubara Bukit Asam pada tahun  1919-1942? 3.  Bagaimana  kehidupan  para  buruh  pertambangan  batubara  Bukit  Asam  Tanjung Enim tahun 1919-1942? C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukanya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.  Untuk  mengetahui  latar  belakang  diadakannya  penambangan  batubara Bukit Asam.
2.  Untuk  mengetahui  perkembangan  pertambangan  batubara  Bukit  Asam  pada tahun 1919-1942.
3.  Untuk  mengetahui  kehidupan  para  buruh pertambangan  batubara  Bukit  Asam Tanjung Enim tahun 1919-1942.
  D. Manfaat Penelitian a.  Manfaat Teoritis Penelitian  ini  diharapkan  mampu  memberikan  gambaran  mengenai  perkembangan  pertambangan  batubara  Bukit  Asam Tanjung  Enim  serta  kehidupan dari para buruh  pertambangan batubara  Bukit  Asam  Tanjung  Enim.
b.  Manfaat Praktis Penelitian  ini  diharapkan  dapat berguna  dalam  penelitian-penelitian  yang  berhubungan dengan tema tulisan ini.
E.  Tinjauan Pustaka Laporan  Penelitian  yang  berjudul  Penertiban  pengamanan  teknis  pertambangan pada tambang batubara PT (PERSERO) tambang batubara Bukit  Asam di Tanjung Enim Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan yang  ditulis oleh Soeka Ngaja Ginting (1987) yang menjelaskan berbagai kegiatan yang  dilakukan  di  pertambangan  batubara  Bukit  Asam  di  Tanjung  Enim.  Daerah  pertambangan yang dijelaskan dalam penelitian ini antara lain Tambang Air Laya,  Tambang  Suban,  Tambang  Air  Petai,  Tambang  Muara  Tiga,  Tambang  Klawas  Barat,  dan  juga  Tambang  Klawas  Timur. Kegiatan-kegiatan  yang  di  lakukan  di  pertambangan  ini  seperti  melakukan  kegiatan  pernambangan  di  daerah-daerah  pertambangan  Bukit  Asam,  kemudian  kegiatan  peremukan  dan  penyaringan  batubara yang sudah di tambang, setelah itu kegiatan pengangkutan batubara dan  penjualan  batubara. Tata  cara  penambangan  berbeda-beda  di  setiap  daerahnya.
  Kegiatan  penambangan  menggunakan  alat  bernama   BWE  (Bucket  Wheel  Excavator) yang berfungsi sebagai alat penggali, kemudian peralatan yang lainnya  seperti  bulldozer,  shovel  loader,  dan  dump  truck.  Laporan  penelitian  ini  juga  membahas  tentang  dampak-dampak  yang  ditimbulkan  dari  pertambangan  baik  dampak positif maupun dampak negatif. Relevansi laporan ini dengan tema yaitu  keduanya  sama-sama  membahas  pertambangan  batubara  Bukit  Asam  namun  berbeda periodesasi waktunya.

 Skripsi Sastra: Perkembangan Pertambangan Batubara Bukit Asam Di Tanjung Enim Kabupaten Muara Enim

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi