BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah.
Skripsi Sastra: Perkembangan Pertambangan Batubara Bukit Asam Di Tanjung Enim Kabupaten Muara Enim
Indonesia merupakan
negeri kepulauan terluas
di dunia, yang
memiliki daratan sekitar dua juta kilometer persegi
dan meliputi 17.500 lebih pulau
besar dan kecil.
Pulau yang satu
dengan yang lain
disatukan oleh laut dan
secara keseluruhan luas
wilayah lautannya sekitar
dua setengah kali
luas daratan.
Indonesia terbentang
dari wilayah Barat
hingga Timur dan
setiap daerah di Indonesia memiliki
sumber daya alam
yang beraneka ragam
yang dipengaruhi letak wilayahnya.
Di wilayah Indonesia terdapat dua
daerah yang disebut Paparan Sunda dan Paparan Sahul
yang terpisahkan oleh
daerah goyah yang
membentuk busur kepulauan
dan palung laut-dalam.
Paparan Sunda merupakan
ujung tenggara Lempeng
Eurasia, dan Paparan
Sahul merupakan tepi utara
Lempeng Australia.
Daerah antara kedua paparan itu
disebut lajur peralihan yang masih goyah, secara fisiografi
membentuk busur kepulauan
dan secara tektonika
membentuk lajur gunung
api, lajur gempa
bumi, dan lajur
anomali gaya berat
negatif. Lajur peralihan ini, dari daerah barat membentuk
busur kepulauan ganda, busur-luar dan busur-dalam yang
membentang dari Sumatra,
Jawa, Nusa Tenggara,
dan melengkung ke
arah utara mengintari
Laut Banda. Di
daerah tengah terdapat Djoko
Darmono, 2009, Mineral dan
Energi Kekayaan Bangsa
sejarah pertambangan dan
energy Indonesia, Jakarta,
Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral: Hlm 1.
1 beberapa
deretan pulau, yaitu
Buru-Seram, Banggai-Sula, Sulawesi
dan Halmahera yang
tersusun oleh Mendala
Barat dan Mendala
Timur. Lajur peralihan
di daerah timur
membentang berarah barat-timur
sebelah utara sekitar Sorong,
di pesisir utara
Papua. Setiap daerah
mantap maupun daerah
goyah, memiliki himpunan
sumber daya mineral
dan energi tertentu,
sesuai sejarah batuan induknya.
Sumber daya mineral dan energi yang dimiliki Indonesia beraneka ragam dari
wilayah barat hingga
daerah timur Indonesia. Sumber daya
energi terbagi menajadi
sumber daya primer
dan juga sumber
daya sekunder. Sumber
daya primer merupakan
sumber daya energi
utama sedangkan sumber
daya energi sekunder
merupakan sumber daya
energi yang keberadaannya
harus ditopang dengan sumber daya primer.
Sumber daya
energi primer yang di
miliki Indonesia, antara lain minyak bumi, gas bumi, batubara, tenaga air, tenaga
panas bumi, tenaga matahari, tenaga angin, biomassa,
gambut, bijih unsur
radioaktif untuk tenaga
nuklir, tenaga gelombang
laut, tenaga pasang
surut, ocean thermal energy
conversion (OTEC; konversi panas
akibat adanya perbedaan
suhu air laut)
dan coal bed methane (CBM;
metana lapisan batubara).
Sumber daya
energi pada umumnya
dapat digunakan setelah melalui
proses tertentu ataupun penggunaan teknologi tertentu.
Sumber daya mineral khususnya
batubara pada umumnya digunakan untuk bahan bakar
industri atau pembangkitan
tenaga listrik. Pada
zaman Hindia-Ibid, Hlm 35 dan 3Ibid,
Hlm 13. Belanda, batubara digunakan untuk mejalankan
kereta api. Untuk mempermudah proses pembakaran biasanya batubara dibuat
serbuk pada ukuran tertentu. Untuk mengganti
peran minyak tanah, batubara diproses
menjadi briket batubara untuk bahan bakar di rumah tangga dan industri rumah
tangga. Selain itu batubara dapat juga diproses
menjadi batubara cair
(coal liquefaction) dan
gas batubara (coal gasification).
Kebutuhan akan
batubara semakin lama
semakin meningkat seiring dengan
perkembangan zaman. Pada
zaman Hindia-Belanda kebutuhan
akan batubara meningkat
seiring dengan berkembangnya
industri dan keperluan pendukung
industri seperti kereta api
atau pun keperluan
lain. Hindia-Belanda melakukan pencarian batubara kesejumlah wilayah
yang ada di Indonesia.
Pada abad ke-19,
Hindia Belanda mengadakan ekspansi
melalui berbagai peperangan menghadapi
raja-raja setempat dihampir
seluruh Nusantara. Di wilayah-wilayah
yang dikuasainya terjadi perlawanan, antara lain oleh Pattimura, Imam Bonjol, Diponegoro, dan beberapa
perlawanan dari Aceh. Dengan cara itu, Hindia
Belanda berangsur-angsur menguasai wilayah yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Ekspansi territorial Belanda
tersebut didorong oleh kepentingan ekonomi.
Daerah yang
menjadi tempat pencarian
sumber daya mineral
batubara sebagian besar
terdapat di Kalimantan
dan Sumatera. Beberapa
daerah di Kalimantan
dan Sumatera dilakukan
penelitian pertambangan. Kedua
tambang Ibid, Hlm 13-1Ibid, Hlm
63 batubara di
Kalimantan adalah perusahaan
tambang swasta pertama
yaitu Oost Borneo Maatschappij
yang beroperasi pada
tahun 1882. Dalam
upaya mengoptimalkan penyelidikan
geologi dan pertambangan, maka pada tahun 1850 pemerintah
Hindia Belanda membentuk Dienst Van
Het Mijnwezen atau Dinas Pertambangan
yang berkedudukan di Bandung.
Pertambangan batubara secara modern
di awali di Ombilin
pada tahun 1856,
yang dilanjutkan dengan
pekerjaan persiapan lebih
kurang 36 tahun sebelum
produksi pertama tahun
1892. Upaya mencari endapan
batubara yang bercadangan
besar terus dilakukan di
daerah Sumatera. Penyelidikan
geologi di Sumatera Selatan pada tahun 1915-1918 menemukan
endapan batubara bermutu antrasit dalam jumlah cukup besar di daerah
Bukit Asam. Endapan ini kemudian mulai diusahakan
pada tahun 1919.
Dua tambang, Bukit
Asam dan Ombilin selama dasawarsa 1930-an mampu memproduksi 64
persen dari jumlah produksi di seluruh
Hindia Belanda, dan
menjelang Perang Dunia
II dapat menghasilakn sekitar sejuta ton pertahun.
Pertambangan batubara
Bukit Asam terletak
di Kabupaten Muara
Enim Provinsi Sumatera Selatan.
Pertambangan batubara ini menjadi aset dan sekaligus menjadikan
Muara Enim identik
sebagai kota penghasil
batubara terbesar.
Batubara merupakan
komoditas pertambangan yang
memberi kontribusi cukup besar
dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah Muara Enim.
Ibid, Hlm 7Kompas, 2001, Profil
Daerah Kabupaten dan
Kota jilid 1,
Jakarta, Buku Kompas: Hlm 130.
Pertambangan batubara Bukit Asam
menggunakan metode terbuka
dan lokasi pertamanya,
yaitu di Tambang
Air Laya. Kemudian
pada tahun 1923 beroperasi dengan
menggunakan metode bawah
tanah. Kegiatan pertambangan pada
umumnya meliputi tiga
tahap pekerjaan, yaitu
pembersihan permukaan (clearing), pengupasan tanah penutup dan penambangan batubara.
Bukit Asam merupakan salah
satu dari lima
pertambangan milik Negara.
Lima tambang Negara, yaitu Bangka (Timah); Ombilin, Bukit
Asam, dan Pulu Laut (Batubara); dan
Tambang Sawah (Emas dan
Perak).
Dalam proses
pertambangan batubara, orang-orang
atau buruh yang
melakukan penambangan batubara
sebagian besar adalah orang Jawa, dan di tambang-tambang
Negara ada juga buruh tahanan yang dipakai
untuk melakukan penambangan batubara.
Dalam pertambangan
ataupun perkebunan dilakukan
perjanjian kerja antara
buruh dan majikan.
Perjanjian kerja ialah suatu
perjanjian antara orang perorangan
pada satu pihak dengan pihak lain sebagai majikan untuk melakukan suatu pekerjaan dengan mendapatkan upah.
Antara buruh dan juga majikan juga diatur
dalam hukum. Hubungan
hukum antara buruh
dan majikan selain
diatur oleh hukum
otomom, artinya ketentuan
yang dibuat oleh
majikan dan buruh itu Soeka
Ngaja Ginting, 1987, Penertiban pengamanan
teknis pertambangan pada tambang batubara PT (Persero) tambang
batubara Bukit Asam di Tanjung Enim Kabupaten
Muara Enim Provinsi
Sumatera Selatan, Jakarta,
Direktorat Pengamanan Teknis: Hlm
18.
J.S. Furnivall,
2009, Hindia Belanda studi
tentang Ekonomi Majemuk, Jakarta, Freedom Institute: Hlm 344.
sendiri, juga diatur oleh hukum heteronom yang artinya ketentuan yang
ditetapkan oleh pembentuk undang-undang.
1Tahun 1919
merupakan tahun dibukanya
pertambangan batubara Bukit Asam Tanjung
Enim. Pertambangan tidak
lepas dari para
buruh-buruh penambang. Buruh-buruh
ini sebagian besar
dari Jawa dan
ada juga yang merupakan tahanan.
Kehidupan para buruh
pun tidak terlepas
dari kehidupan pertambangan
baik dari para
penguasa maupun dari buruh
itu sendiri. Buruhburuh meyogok
para mandor agar
memperoleh kerja ringan
di dalam lobang ataupun
meyogok para sipir
penjara agar diperbolehkan
keluar dari tempat penambangan lebih lama. Buruh-buruh pun
memerlukan hiburan selama di tempat penambangan, maka didatangkanlah
Gamelan, Ronggeng, atau
pun hiburan lain seperti judi
untuk menghilangkan rasa
tertekan dan bosan
selama di tempat penambangan.
Mayoritas buruh pertambangan
adalah laki-laki, sebagai
laki-laki normal pasti
mereka memiliki hasrat
kelelakian. Berbagai cara
mereka lakukan untuk
memenuhi hasrat mereka,
tidak ada wanita
sesama laki-laki pun
jadi.
Kehidupan buruh
yang penuh dengan
hal-hal yang belum
banyak masyarakat umum
ketahui sangat lah
unik untuk dibahas.
Kehidupan sosial dan
kehidupan ekonomi buruh
pertambangan saling berpengaruh
satu sama lain.
Buruh merupakan salah
satu hal yang
tidak terlepas dari
perkembangan sebuah perusahaan pertambangan.
1Budiarto, 1992, Dampak
Pemutusan Hubungan Kerja
Terhadap Pekerja Pada
Pertambangan di Indonesia,
Yogyakarta, Universitas Pembangunan Nasional Veteran: Hlm 3.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimana
latar belakang diadakannya penambangan
batubara Bukit Asam? 2.
Bagaimana perkembangan pertambangan batubara Bukit Asam pada tahun 1919-1942? 3.
Bagaimana kehidupan para
buruh pertambangan batubara
Bukit Asam Tanjung Enim tahun 1919-1942? C. Tujuan
Penelitian Tujuan dilakukanya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk
mengetahui latar belakang
diadakannya penambangan batubara Bukit Asam.
2. Untuk
mengetahui perkembangan pertambangan
batubara Bukit Asam pada
tahun 1919-1942.
3. Untuk
mengetahui kehidupan para
buruh pertambangan batubara Bukit Asam
Tanjung Enim tahun 1919-1942.
D. Manfaat Penelitian a. Manfaat
Teoritis Penelitian ini diharapkan
mampu memberikan gambaran
mengenai perkembangan pertambangan
batubara Bukit Asam Tanjung
Enim serta kehidupan dari para buruh pertambangan batubara Bukit
Asam Tanjung Enim.
b. Manfaat Praktis Penelitian ini
diharapkan dapat berguna dalam
penelitian-penelitian yang berhubungan dengan tema tulisan ini.
E. Tinjauan Pustaka Laporan Penelitian
yang berjudul Penertiban
pengamanan teknis pertambangan pada tambang batubara PT
(PERSERO) tambang batubara Bukit Asam di
Tanjung Enim Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan yang ditulis oleh Soeka Ngaja Ginting (1987) yang
menjelaskan berbagai kegiatan yang dilakukan di
pertambangan batubara Bukit
Asam di Tanjung
Enim. Daerah pertambangan yang dijelaskan dalam penelitian
ini antara lain Tambang Air Laya, Tambang Suban,
Tambang Air Petai,
Tambang Muara Tiga,
Tambang Klawas Barat,
dan juga Tambang
Klawas Timur.
Kegiatan-kegiatan yang di
lakukan di pertambangan
ini seperti melakukan
kegiatan pernambangan di
daerah-daerah pertambangan Bukit
Asam, kemudian kegiatan
peremukan dan penyaringan batubara yang sudah di tambang, setelah itu
kegiatan pengangkutan batubara dan penjualan batubara. Tata cara
penambangan berbeda-beda di
setiap daerahnya.
Kegiatan penambangan menggunakan
alat bernama BWE
(Bucket Wheel Excavator) yang berfungsi sebagai alat
penggali, kemudian peralatan yang lainnya seperti
bulldozer, shovel loader,
dan dump truck.
Laporan penelitian ini
juga membahas tentang
dampak-dampak yang ditimbulkan
dari pertambangan baik dampak
positif maupun dampak negatif. Relevansi laporan ini dengan tema yaitu keduanya
sama-sama membahas pertambangan
batubara Bukit Asam
namun berbeda periodesasi
waktunya.
Skripsi Sastra: Perkembangan Pertambangan Batubara Bukit Asam Di Tanjung Enim Kabupaten Muara Enim
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi