BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah.
Skripsi Sastra: Variasi Fonologis Dialek Arab Pasar Kliwon Surakarta
Bahasa Arab menurut Wafi (1982:79) terbagi menjadi dua macam, yaitu: bahasa Arab
ba>’idah dan ba>qiyah.
Bahasa Arab ba>’idah
mencakup lahjah Arab janu>biyah dan
syama>’iliyah sedangkan bahasa Arab ba>qiyah mengandung kaidah bahasa Arab
ja>hiliyah yang terpakai
sampai sekarang dan mencakup lahjah
yang beragam. Bahasa Arab ba>’idah tersebar mulai dari Damaskus hingga Hijaz
bagian Utara sedangkan bahasa Arab ba>qiyah
merupakan bahasa Arab yang berkembang hingga
saat ini di
jazirah Arab dengan
beragam bunyi, kosakata,
dan kalimat.
Bahasa Arab
ba>qiyah menurut Ya‟kub
(1982:117) terbagi menjadi
dua, yaitu: fushcha>>
(fasih) dan lahjah (dialek).
Bahasa Arab
fushcha> merupakan bahasa
yang sering digunakan
dalam khotbah, penyiaran,
surat kabar saat
ini di jazirah
Arab sedangkan lahjah merupakan dialek
yang digunakan untuk
bercakap-cakap oleh kabilah
tertentu dengan sesamanya
dan mempunyai perbedaan
dengan bahasa Arab
fasih dalam tataran
suara, makna, kaidah,
dan kosa kata.
Al-Khuli (1982:267) menjelaskan bahwa
bahasa Arab fushcha>> merupakan
ragam bahasa yang telah digunakan dalam
ilmu pengetahuan dan
sastra, juga telah
mendapatkan posisi yang
elit di antara
dialek-dialek lainnya dan
dianggap sebagai dialek
yang paling sempurna dan
lengkap di antara
dialek-dialek lainnya dari
suatu bahasa tertentu.
Anis (1974:15) mendefinisikan lahjah
sebagai seperangkat kode
bahasa yang berkembang
dalam suatu komunitas
tertentu yang digunakan
sebagai sarana komunikasi
oleh individu di
lingkungan tersebut. Kridalaksana
(1993:21) membatasi dialek
sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh
anggota suatu masyarakat
untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
Jadi, lahjah adalah
seperangkat bentuk ujaran
yang digunakan oleh kelompok
masyarakat di wilayah tertentu dan memiliki perbedaan dalam
tataran fonologi, morfologi,
dan sintaksis, tetapi
hal tersebut tidak menggangu
pemahaman sewaktu berkomunikasi Wafi (2004:105-106) menjelaskan
faktor-faktor yang menyebabkan munculnya variasi dialek Arab sebagai berikut. Pertama, bahasa Arab
tersebar ke dalam lingkungan
non Arab sehingga
dialek wilayah tersebut
mempengaruhi bahasa Arab
fushcha> seperti bahasa Arab
di Syam yang terpengaruh oleh bahasa Aram kuno, bahasa Arab di
Maroko terpengaruh oleh bahasa Barbariyah. Kedua, faktor
sosial politik seperti
pecahnya pemerintah Arab
sehingga membentuk negara sendiri-sendiri. Ketiga, faktor
keturunan yang terangkum dalam perbedaan suku
yang menjadi asal-usul
mereka. Keempat, perubahan
alat ucap yang disebabkan
oleh perbedaan masyarakat. Kelima, berubahnya bunyi dalam sebuah kata
dan kebanyakan terjadi
pada bunyi-bunyi yang
terletak di akhir
kata.
Ketujuh, masuknya kata-kata baru
dari bahasa asing ke dialek Arab. Kedelapan, sebagian kata hilang akibat kurang digunakan
atau berat saat diucapkan.
Salah satu faktor yang
menjadikan dialek Arab berkembang
adalah faktor tersebarnya
bahasa Arab fushcha>
ke negara-negara yang
bahasa pertama bukan bahasa Arab.
Wafi (2004:105) memaparkan
bahwa persebaran bahasa
Arab menggantikan bahasa
Yaman kuno di
sebagian besar Negara
Yaman, menggantikan bahasa Aram
di negara Irak dan Syam, menggantikan bahasa Qibti, Barbar, Kusyiyah di Negara Mesir, serta bagian
Utara dan Timur benua Afrika.
Jadi, bahasa pertama
dari negara-negara tersebut
tergantikan oleh bahasa
Arab fushcha> hingga melahirkan dialek khas Yaman, Syam,
dan Irak.
Wafi (58-61)
menjelaskan bahwa pada
awalnya Yaman memiliki
bahasa sendiri yang
disebut dengan bahasa
al-yamaniyah al-qadi>mah atau
alqachthaniyah tetapi seiring
dengan berkembangnya waktu
bahasa al-yamaniyah al-qadi>mah
(Yaman kuno) terbagi menjadi
lima dialek besar yang salah satunya adalah dialek al-hadramiyah. Dialek
al-hadramiyah merupakan dialek dari kabilah dari
penduduk yang tinggal
dan berkembang di
Hadramaut. Van Den
(1989:1) menjelaskan bahwa
Hadramaut merupakan salah satu Jazirah Arab bagian Selatan yang
sekarang dikenal sebagai
Yaman Selatan. Dialek
al-hadramiyah memiliki ciri khas
tersendiri yang berbeda
dengan bahasa Arab
fushcha> sehingga perlu diteliti
dengan menggunakan kajian dialektologi.
Chambers dan
Trudgill (2004:3) berpendapat
bahwa dialektologi merupakan salah satu cabang dari disiplin ilmu
linguistik yang mengkaji tentang dialek atau
dialek-dialek. Menurut Mahsun
(1995:15) kajian dialektologi bertumpu
pada konsep-konsep yang
dikembangkan dalam linguistik
seperti konsep fonem dan alofon
untuk bidang fonologi. Selanjutnya, dalam melakukan penelitian
tentang dialektologi ada
disiplin lain yang
mampu dijadikan sebagai kajian analisis untuk memerikan dialek suatu
bahasa. Displin ilmu yang dimaksud adalah
kajian fonologi. Muslich (2012:3) menjelaskan bahwa dialektologi sering memanfaatkan
hasil kajian fonologi
terutama variasi-variasi ucapan
pemakaian bahasa, baik
secara sosial maupun
geografis. Melalui kajian
fonologi, dialek diteliti dari aspek pendeskripsian wujud bunyi
vokal dan konsonannya, sifat-sifat bunyi muncul
dari dialek, serta
penjabaran variasi perubahan
fonologis yang terjadi
dalam dialek tertentu.
Dalam penelitian ini,
konsep dialektologi dan fonologi
Arab diharapkan mampu menelaah variasi bunyi dialek Arab.
Seiring berjalannya
waktu, masyarakat Arab
Hadramaut ini tersebar hingga
ke Indonesia. Surakarta
merupakan salah satu
daerah tempat persebaran keturunan Arab dari Hadramaut. Pada awalnya kedatangan penduduk Hadramaut adalah
berdagang dan berdakwah,
tetapi seiring berjalannya
waktu masyarakat Hadramaut
tinggal menetap dan
berkeluarga dengan masyarakat
di Kelurahan Pasar
Kliwon, Kecamatan Pasar
Kliwon, Surakarta. Interaksi
dan komunikasi terjadi antara penduduk Pasar Kliwon dan
penduduk Hadramaut. Melalui interaksi dan
komunikasi tersebut, bahasa Arab yang
berkembang di Pasar Kliwon memilki variasi bunyi
yang berbeda dengan
bahasa Arab fushcha>.
Perbedaan ciri khas variasi bunyi
tersebut bisa dikatakan
sebagai isolek. Isolek
menurut Mahsun (1995:11) adalah istilah netral untuk
perbedaan dialek atau bahasa.
Setelah dilakukan
tahap pra penelitian
tanggal 10 sampai
20 Februari 2014,
diperoleh sebuah kesimpulan
bahwa masyarakat keturunan
Arab di Kelurahan
Pasar Kliwon mampu
menggunakan dialek Arab
Pasar Kliwon.
Masyarakat Arab
Pasar Kliwon menggunakan
dialek Arab Pasar
Kliwon ketika acara
tertentu seperti forum
kajian keagamaan dan
percakapan dengan sesama yang mampu menggunakan bahasa Arab. Forum kajian keagamaan dilaksanakan setiap pagi pukul 06.30 WIB di masjid Jami‟
as-Segaf dan pukul 12.00 WIB di masjid
Riyadh. Bahasa Arab Pasar Kliwon disebut dengan dialek karena di antara penutur terdapat pemahaman timbal balik satu
sama lain saat terjadi kontak dalam penggunaan isolek
masing-masing. Menurut Mahsun
(1995:113), metode pemahaman
timbal balik bertumpu
pada prinsip bahwa
apabila penutur-penutur dari satu atau lebih sistem isolek yang melakukan kontak dengan menggunakan isoleknya masing-masing terdapat pemahaman
timbal balik satu sama lain maka isolek-isolek
tersebut merupakan dialek
dari suatu bahasa.
Sebagai hasil dari pengamatan, berikut
contoh dialek Arab
yang mereka pakai
ketika bertemu dengan teman ketika di masjid.
ملكتلما
1 : لاً
هأ لاً
هأ ... ؟
يرخ /?ahlan ?ahlan....xεr/ „Selamat
datang....selamat datang.....kabar baik?‟
ملكتلما
2 : يرخ
.
/xεr/ ‘baik’ Jika diteliti
dengan seksama ternyata
dalam percakapan di atas terdapat
bunyi vokal /ε/ pada
kata /xεr/. Bunyi /xεr/ jika dirunut asalnya berasal dari bunyi
/xayr/ dalam bahasa
Arab fushcha>. Bunyi
/xεr/ merupakan lahjah
Arab yang berbeda dari
bahasa Arab fushcha>>. Bunyi
/xayr/ yang berarti
baik dalam bahasa
Arab fushcha>> diucapkan
dengan bunyi /xεr/.
Bunyi diftong /ay/
pada kata /xayr/ berubah menjadi vokal
/ε/ pada kata /xεr/. Diftong /ay/ merupakan bunyi rangkap yang berbeda sonoritasnya (tingkat
kenyaringan). Bunyi /a/ yang ada dalam
bunyi diftong tersebut merupakan bunyi
rendah sedangkan /y/ merupakan bunyi tinggi dan identik dengan vokal /i/ muncul karena adanya huruf ya>’ sukun ( يْ
). Adapun untuk bunyi
vokal /ε/ merupakan
bunyi agak rendah
karena posisi lidah
saat mengucapkan vokal
/ε/ dengan menaikkan
rahang bawah ke
rahang atas.
Perubahan ini
menunjukkan bahwa vokal
/ε/ diucapkan untuk
mempermudah dalam mengucapkan vokal
diftong /ai/.
Selain contoh di
atas, tuturan berikut
juga ditemukan dalam
tahap pengamatan variasi
bunyi dialek Arab masyarakat
keturunan Arab di Kelurahan Pasar Kliwon.
رصالمحا
: ل
وغي ملس و هيلع
للها ىلص للها ل
وس ر ّ ن ....
/?anna rasu:lulla:h ṣallallahu
‘alayhi wa sallam yaġu:l......
„bahwa Rasulullah SAW bersabda……….‟ Tuturan di
atas diucapkan oleh
al-mucha>dhir (pembicara) saat
acara kajian keagamaan di masjid Riyadh Kelurahan Pasar
Kliwon pukul 12.30 WIB. Simbol transkripsi dari kata غ
لو adalah
/yaġu:l/. Kata ini merupakan
dialek Arab Pasar Kliwon yang
sebenarnya berasal dari kata
/yaqu:l/ berarti berkata.
Kata /yaqu:l/ merupakan bahasa
Arab fasih. Dari kata tersebut, terlihat perubahan bunyi /q/ → /g/.
Dengan demikian, gajala
bahasa dari contoh
tersebut merupakan fenomena variasi fonologis
dialek Arab masyarakat
keturunan Arab di
Kelurahan Pasar Kliwon.
Gejala perubahan
variasi dialek Arab
perlu diteliti lebih
lanjut untuk mengetahui
pendeskripsian bunyi vokal,
konsonan, serta perubahan-perubahan fonologis
dialek Arab Pasar Kliwon.
Tentunya variasi dialek yang dimiliki oleh masyarakat keturunan Arab di Pasar Kliwon
Surakarta tidak hanya sebatas contoh di atas.
Oleh karena itu,
variasi bahasa Arab
dari dialek masyarakat
keturunan Arab di
Kelurahan Pasar Kliwon
menjadi kajian dialektologi
yang menarik terutama di bidang fonologi.
Penelitian terkait
variasi bunyi pernah
dilakukan oleh beberapa
kalangan akademika. Berikut
ini pemaparan beberapa
penelitian relevan yang
telah dilakukan.
1. Rachmawati (2007)
pernah meneliti variasi
fonologi dalam serapan
Bahasa Indonesia ke
Bahasa Belanda dalam
skripsi yang berjudul
“Perubahan Fonologis dan
Perubahan Makna pada Kata Serapan Bahasa Indonesia dalam Bahasa Belanda”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ditemukan perubahan bunyi yang
meliputi syncope, apocope,
epenthesis, loss, perubahan
bunyi vokal di
suatu kata, penambahan
bunyi di akhir
kata, perubahan bunyi
[u], [G], dan perubahan bunyi
vokal pendek menjadi panjang.
2. Shalihatin
(2008) meneliti variasi
bahasa dalam tesis
yang berjudul “Pemilihan
Kode Pada Masyarakat
Keturunan Arab di
Noyontaan, Kota Pekalongan:
Kajian Sosiolinguistik”. Hasil
penelitian tersebut menemukan pola pemilihan
kode berdasarkan hubungan
antara latar, hubungan
peran antar-peserta tutur,
dan pokok pembicaraan.
Selain itu, variasi
kode bahasa masyarakat tutur di Noyontaan mencakup variasi
tunggal, variasi alih kode, dan variasi
campur kode.
3. Monica
(2009) juga pernah
meneliti perubahan fonologis
dalam sripsinya yang
berjudul “Perubahan Fonologis
dan Semantis Istilah
Hukum Bahasa Indonesia yang Berasal dari Bahasa Belanda.”
Penelitian tersebut menemukan perubahan
bunyi di suku kata awal dan akhir, suku kata awal, suku kata akhir, bunyi
vokal menjadi pendek,
bunyi /γ/ menjadi
bunyi /g/. Variasi
tunggal meliputi variasi kode
bahasa Arab ragam fushcha>> dan ragam
a>miyah, variasi bahasa
Indonesia, dan variasi bahasa Jawa.
4. Mulia (2009) pernah meneliti variasi fonologi
bahasa Arab dalam skripsinya yang berjudul
“Analisis Fonologis Qira:?atu
Al-sab’ati”. Hasil dari penelitian
yaitu terdapat perbedaan fonem, pasangan minimal, dan asimilasi.
Kesemuanya tidak menyebabkan
perbedaan makna. Dapat
dikatakan bahwa Qira:?atu
Al-sab’ati merupakan bacaan
al-Qur‟an yang terdapat
perbedaan dialek atau alofon saja.
5. Sholihah (2009) meneliti tradisi haul di
Kelurahan Pasar Kliwon dengan judul “Tradisi Haul
Habib Ali Al-Habsyi
Masyarakat Muslim Muhibbin
di Pasar Kliwon Surakarta Tahun 1980-2006”. Hasil penelitian tentang tradisi tersebut menghasilkan
beberapa simpulan. Pertama,
dari aspek sosial
Haul di Pasar Kliwon merupakan
sarana untuk melakukan
hubungan interaksi sosial
dan mempererat hubungan
antar individu maupun
kelompok. Kedua, dari
aspek keagamaan masyarakat
Pasar Kliwon memperoleh
kepuasan batin dan mempunyai anggapan
positif bahwa hidupnya
akan mendapatkan banyak berkah,
menumbuhkan semangat untuk
memperkuat iman dan
mengerjakan amal-amal saleh
yang dapat dijadikan
pegangan bagi mereka dalam menentukan
sikap dan perilakunya sehari-hari.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu,
variasi dialek Arab
belum terkaji secara
khusus sedangkan penelitian
ini justru berfokus
pada penelitian lapangan
dialek Arab dari
kalangan masyarakat keturunan
Arab di Kelurahan Pasar
Kliwon. Data penelitian
ini mengacu pada
daftar tanyaan yang
berjumlah seratus dua
puluh (120) kosa
kata dasar Swadesh.
Selain itu, penelitian
ini mengkaji variasi bunyi vokal,
konsonan, diftong, semi-vokal dan perubahan bunyi secara khusus dialek Arab Pasar Kliwon.
Alasan masyarakat keturunan Arab
di Kelurahan Pasar Kliwon dijadikan sebagai objek
penelitian adalah sebagai
berikut. Pertama, masyarakat
keturunan Arab di
Pasar Kliwon dapat
dikatakan sebagai penutur
bahasa Arab karena memiliki
verbal repertoar dialek
Arab khas Pasar
Kliwon. Hal ini
terbukti saat tahap pra
penelitian ditemukan bunyi lahjah
Arab pada saat percakapan. Kedua, dibutuhkan
sebuah penelitan lahjah
Arab masyarakat keturunan
Arab di Pasar Kliwon untuk
memerikan variasi fonologis
dialek Arab yang
dimiliki. Ketiga, Kelurahan
Pasar Kliwon merupakan
pusat kegiatan masyarakat
Arab di Kecamatan
Pasar Kliwon sehingga
muncul beragam interaksi
dan komunikasi antar
sesama. Dialek Arab
Pasar Kliwon muncul
saat interaksi dan
komunikasi tersebut. Ketiga
faktor inilah yang
menjadi latar belakang
penelitian tentang variasi fonologis dialek Arab Pasar Kliwon
Surakarta.
Skripsi Sastra: Variasi Fonologis Dialek Arab Pasar Kliwon Surakarta
Download lengkap Versi PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pesan skripsi