Rabu, 03 Desember 2014

Skripsi Sastra: Variasi Fonologis Dialek Arab Pasar Kliwon Surakarta

BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
Skripsi Sastra: Variasi Fonologis Dialek Arab Pasar Kliwon Surakarta
Bahasa Arab menurut  Wafi (1982:79)  terbagi menjadi  dua macam, yaitu: bahasa  Arab  ba>’idah  dan  ba>qiyah.  Bahasa  Arab  ba>’idah  mencakup  lahjah  Arab  janu>biyah  dan  syama>’iliyah sedangkan bahasa Arab ba>qiyah  mengandung kaidah  bahasa Arab  ja>hiliyah  yang terpakai sampai sekarang  dan mencakup  lahjah  yang  beragam.  Bahasa Arab ba>’idah  tersebar mulai dari Damaskus hingga Hijaz bagian  Utara sedangkan bahasa Arab  ba>qiyah  merupakan bahasa Arab yang berkembang  hingga  saat  ini  di  jazirah  Arab  dengan  beragam  bunyi,  kosakata,  dan  kalimat.

Bahasa  Arab  ba>qiyah  menurut  Ya‟kub  (1982:117)  terbagi  menjadi  dua,  yaitu: fushcha>> (fasih) dan lahjah (dialek).
Bahasa  Arab  fushcha>  merupakan  bahasa  yang  sering  digunakan  dalam  khotbah,  penyiaran,  surat  kabar  saat  ini  di  jazirah  Arab  sedangkan  lahjah merupakan  dialek  yang  digunakan  untuk  bercakap-cakap  oleh  kabilah  tertentu  dengan  sesamanya  dan  mempunyai  perbedaan  dengan  bahasa  Arab  fasih  dalam  tataran  suara,  makna,  kaidah,  dan  kosa  kata.  Al-Khuli  (1982:267)  menjelaskan  bahwa  bahasa  Arab  fushcha>>  merupakan  ragam  bahasa  yang  telah  digunakan  dalam  ilmu  pengetahuan  dan  sastra,  juga  telah  mendapatkan  posisi  yang  elit  di  antara  dialek-dialek  lainnya  dan  dianggap  sebagai  dialek  yang  paling  sempurna  dan  lengkap  di  antara  dialek-dialek  lainnya  dari  suatu  bahasa  tertentu.  Anis  (1974:15)  mendefinisikan  lahjah  sebagai  seperangkat  kode  bahasa  yang  berkembang  dalam  suatu  komunitas  tertentu  yang  digunakan  sebagai  sarana  komunikasi  oleh  individu  di  lingkungan  tersebut.  Kridalaksana  (1993:21)    membatasi dialek sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan  oleh  anggota  suatu  masyarakat  untuk  bekerja  sama,  berinteraksi,  dan  mengidentifikasi  diri.  Jadi,  lahjah  adalah  seperangkat  bentuk  ujaran  yang  digunakan oleh kelompok masyarakat di wilayah tertentu dan memiliki perbedaan  dalam  tataran  fonologi,  morfologi,  dan  sintaksis,  tetapi  hal  tersebut  tidak  menggangu pemahaman sewaktu berkomunikasi  Wafi  (2004:105-106)  menjelaskan  faktor-faktor  yang  menyebabkan  munculnya variasi dialek Arab  sebagai berikut. Pertama, bahasa Arab tersebar ke  dalam  lingkungan  non  Arab  sehingga  dialek  wilayah  tersebut  mempengaruhi  bahasa  Arab  fushcha>  seperti  bahasa Arab  di Syam yang terpengaruh oleh bahasa  Aram kuno, bahasa  Arab di  Maroko terpengaruh oleh bahasa Barbariyah. Kedua,  faktor  sosial  politik  seperti  pecahnya  pemerintah  Arab  sehingga  membentuk  negara sendiri-sendiri. Ketiga, faktor keturunan yang terangkum dalam perbedaan  suku  yang  menjadi  asal-usul  mereka.  Keempat,  perubahan  alat  ucap  yang  disebabkan oleh perbedaan masyarakat. Kelima, berubahnya bunyi dalam sebuah  kata  dan  kebanyakan  terjadi  pada  bunyi-bunyi  yang  terletak  di  akhir  kata.
Ketujuh, masuknya kata-kata baru dari bahasa asing  ke  dialek Arab. Kedelapan,  sebagian kata hilang akibat kurang digunakan atau berat saat diucapkan.
Salah satu faktor yang menjadikan  dialek Arab  berkembang  adalah  faktor  tersebarnya  bahasa  Arab  fushcha>  ke  negara-negara  yang  bahasa  pertama  bukan  bahasa  Arab.  Wafi  (2004:105)  memaparkan  bahwa  persebaran  bahasa  Arab  menggantikan  bahasa  Yaman  kuno  di  sebagian  besar  Negara  Yaman,  menggantikan bahasa Aram di negara Irak dan Syam, menggantikan bahasa Qibti,  Barbar, Kusyiyah di Negara Mesir, serta bagian Utara dan Timur benua Afrika.
  Jadi,  bahasa  pertama  dari  negara-negara  tersebut  tergantikan  oleh  bahasa  Arab  fushcha>  hingga melahirkan dialek khas Yaman, Syam, dan Irak.
Wafi  (58-61)  menjelaskan  bahwa  pada  awalnya  Yaman  memiliki  bahasa  sendiri  yang  disebut  dengan  bahasa  al-yamaniyah  al-qadi>mah  atau  alqachthaniyah  tetapi  seiring  dengan  berkembangnya  waktu  bahasa  al-yamaniyah  al-qadi>mah  (Yaman kuno)  terbagi menjadi lima  dialek besar  yang salah satunya  adalah dialek al-hadramiyah. Dialek al-hadramiyah merupakan dialek dari kabilah  dari  penduduk  yang  tinggal  dan  berkembang  di  Hadramaut.  Van  Den  (1989:1)  menjelaskan bahwa Hadramaut merupakan salah satu Jazirah Arab bagian Selatan  yang  sekarang  dikenal  sebagai  Yaman  Selatan.  Dialek  al-hadramiyah  memiliki  ciri  khas  tersendiri  yang  berbeda  dengan  bahasa  Arab  fushcha>  sehingga  perlu  diteliti dengan menggunakan kajian dialektologi.
Chambers  dan  Trudgill  (2004:3)  berpendapat  bahwa  dialektologi  merupakan salah satu cabang dari disiplin ilmu linguistik yang mengkaji tentang  dialek  atau  dialek-dialek.  Menurut  Mahsun  (1995:15)  kajian  dialektologi  bertumpu  pada  konsep-konsep  yang  dikembangkan  dalam  linguistik  seperti  konsep fonem dan alofon untuk bidang fonologi. Selanjutnya, dalam melakukan  penelitian  tentang  dialektologi  ada  disiplin  lain  yang  mampu  dijadikan  sebagai  kajian analisis untuk memerikan dialek suatu bahasa. Displin ilmu yang dimaksud  adalah kajian fonologi. Muslich (2012:3) menjelaskan bahwa dialektologi sering  memanfaatkan  hasil  kajian  fonologi  terutama  variasi-variasi  ucapan  pemakaian  bahasa,  baik  secara  sosial  maupun  geografis.  Melalui  kajian  fonologi,  dialek  diteliti dari aspek pendeskripsian wujud bunyi vokal dan konsonannya, sifat-sifat  bunyi  muncul  dari  dialek,  serta  penjabaran  variasi  perubahan  fonologis  yang    terjadi  dalam  dialek  tertentu.  Dalam  penelitian  ini,  konsep  dialektologi  dan  fonologi Arab diharapkan mampu menelaah variasi bunyi dialek Arab.
Seiring  berjalannya  waktu,  masyarakat  Arab  Hadramaut  ini  tersebar  hingga  ke  Indonesia.  Surakarta  merupakan  salah  satu  daerah  tempat  persebaran  keturunan Arab dari Hadramaut.  Pada awalnya kedatangan penduduk Hadramaut  adalah  berdagang  dan  berdakwah,  tetapi  seiring  berjalannya  waktu  masyarakat  Hadramaut  tinggal  menetap  dan  berkeluarga  dengan  masyarakat  di  Kelurahan  Pasar  Kliwon,  Kecamatan  Pasar  Kliwon,  Surakarta.  Interaksi  dan  komunikasi  terjadi antara penduduk Pasar Kliwon dan penduduk Hadramaut. Melalui interaksi  dan komunikasi tersebut, bahasa Arab  yang berkembang di Pasar Kliwon memilki  variasi  bunyi  yang  berbeda  dengan  bahasa  Arab  fushcha>.  Perbedaan  ciri  khas  variasi  bunyi  tersebut  bisa  dikatakan  sebagai  isolek.  Isolek  menurut  Mahsun  (1995:11) adalah istilah netral untuk perbedaan dialek atau bahasa.
Setelah  dilakukan  tahap  pra  penelitian  tanggal  10  sampai  20  Februari  2014,  diperoleh  sebuah  kesimpulan  bahwa  masyarakat  keturunan  Arab  di  Kelurahan  Pasar  Kliwon  mampu  menggunakan  dialek  Arab  Pasar  Kliwon.
Masyarakat  Arab  Pasar  Kliwon  menggunakan  dialek  Arab  Pasar  Kliwon  ketika  acara  tertentu  seperti  forum  kajian  keagamaan  dan  percakapan  dengan  sesama  yang mampu menggunakan bahasa Arab.  Forum kajian keagamaan dilaksanakan  setiap pagi pukul 06.30 WIB di masjid Jami‟ as-Segaf dan pukul 12.00 WIB di  masjid Riyadh. Bahasa Arab Pasar Kliwon disebut dengan dialek karena di  antara  penutur terdapat pemahaman timbal balik satu sama lain saat terjadi kontak dalam  penggunaan  isolek  masing-masing.  Menurut  Mahsun  (1995:113),  metode  pemahaman  timbal  balik  bertumpu  pada  prinsip  bahwa  apabila  penutur-penutur    dari satu atau lebih sistem isolek  yang melakukan kontak dengan menggunakan  isoleknya masing-masing terdapat pemahaman timbal balik satu sama lain  maka  isolek-isolek  tersebut  merupakan  dialek  dari  suatu  bahasa.  Sebagai  hasil  dari  pengamatan,  berikut  contoh  dialek  Arab  yang  mereka  pakai  ketika  bertemu  dengan teman ketika di masjid.
ملكتلما 1 :  لاً هأ  لاً هأ  ... ؟ يرخ  /?ahlan ?ahlan....xεr/ „Selamat datang....selamat datang.....kabar baik?‟    ملكتلما 2         :   يرخ .
/xεr/ ‘baik’ Jika  diteliti  dengan  seksama  ternyata  dalam  percakapan  di  atas  terdapat  bunyi  vokal /ε/  pada  kata /xεr/.  Bunyi  /xεr/ jika dirunut asalnya berasal dari  bunyi  /xayr/  dalam  bahasa  Arab  fushcha>.  Bunyi  /xεr/  merupakan  lahjah  Arab  yang  berbeda dari  bahasa  Arab  fushcha>>.  Bunyi  /xayr/  yang  berarti  baik  dalam  bahasa  Arab  fushcha>>  diucapkan  dengan  bunyi  /xεr/.  Bunyi  diftong  /ay/  pada  kata  /xayr/  berubah menjadi  vokal  /ε/  pada kata /xεr/.  Diftong /ay/ merupakan bunyi rangkap  yang berbeda sonoritasnya (tingkat kenyaringan).  Bunyi /a/ yang ada dalam bunyi  diftong tersebut merupakan bunyi rendah sedangkan /y/ merupakan bunyi tinggi dan identik dengan vokal /i/  muncul karena adanya huruf ya>’ sukun  ( يْ ).  Adapun  untuk  bunyi  vokal  /ε/  merupakan  bunyi  agak  rendah  karena  posisi  lidah  saat  mengucapkan  vokal  /ε/  dengan  menaikkan  rahang  bawah  ke  rahang  atas.
Perubahan  ini  menunjukkan  bahwa  vokal  /ε/  diucapkan  untuk  mempermudah  dalam mengucapkan vokal diftong /ai/.
  Selain  contoh  di  atas,  tuturan  berikut  juga  ditemukan  dalam  tahap  pengamatan  variasi  bunyi dialek  Arab masyarakat keturunan Arab  di  Kelurahan Pasar Kliwon.
رصالمحا :   ل وغي ملس و هيلع للها ىلص للها ل وس ر ّ ن  ....
/?anna rasu:lulla:h ṣallallahu ‘alayhi wa sallam yaġu:l......
 „bahwa Rasulullah SAW bersabda……….‟ Tuturan  di  atas  diucapkan  oleh  al-mucha>dhir  (pembicara)  saat  acara  kajian  keagamaan di masjid Riyadh Kelurahan Pasar Kliwon pukul 12.30 WIB.  Simbol  transkripsi dari kata    غ لو   adalah  /yaġu:l/. Kata ini  merupakan dialek Arab Pasar  Kliwon  yang  sebenarnya berasal dari kata  /yaqu:l/  berarti  berkata.  Kata  /yaqu:l/ merupakan bahasa Arab fasih. Dari kata tersebut, terlihat perubahan bunyi /q/  → /g/.  Dengan  demikian,  gajala  bahasa  dari  contoh  tersebut  merupakan  fenomena variasi  fonologis  dialek  Arab  masyarakat  keturunan  Arab  di  Kelurahan  Pasar  Kliwon.
Gejala  perubahan  variasi  dialek  Arab  perlu  diteliti  lebih  lanjut  untuk  mengetahui  pendeskripsian  bunyi  vokal,  konsonan,  serta  perubahan-perubahan  fonologis  dialek Arab Pasar Kliwon.  Tentunya  variasi dialek  yang dimiliki oleh  masyarakat keturunan Arab di Pasar Kliwon Surakarta tidak hanya sebatas contoh  di  atas.  Oleh  karena  itu,  variasi  bahasa  Arab  dari  dialek  masyarakat  keturunan  Arab  di  Kelurahan  Pasar  Kliwon  menjadi  kajian  dialektologi  yang  menarik  terutama di bidang fonologi.
Penelitian  terkait  variasi  bunyi  pernah  dilakukan  oleh  beberapa  kalangan  akademika.  Berikut  ini  pemaparan  beberapa  penelitian  relevan  yang  telah  dilakukan.
  1.  Rachmawati  (2007)  pernah  meneliti  variasi  fonologi  dalam  serapan  Bahasa  Indonesia  ke  Bahasa  Belanda  dalam  skripsi  yang  berjudul  “Perubahan  Fonologis dan Perubahan Makna pada Kata Serapan Bahasa Indonesia dalam  Bahasa Belanda”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan perubahan  bunyi  yang  meliputi  syncope,  apocope,  epenthesis,  loss,  perubahan  bunyi  vokal  di  suatu  kata,  penambahan  bunyi  di  akhir  kata,  perubahan  bunyi  [u],  [G], dan perubahan bunyi vokal pendek menjadi panjang.
2.  Shalihatin  (2008)  meneliti  variasi  bahasa  dalam  tesis  yang  berjudul  “Pemilihan  Kode  Pada  Masyarakat  Keturunan  Arab  di  Noyontaan,  Kota  Pekalongan:  Kajian  Sosiolinguistik”.  Hasil  penelitian  tersebut  menemukan  pola  pemilihan  kode  berdasarkan  hubungan  antara  latar,  hubungan  peran  antar-peserta  tutur,  dan  pokok  pembicaraan.  Selain  itu,  variasi  kode  bahasa  masyarakat tutur di Noyontaan mencakup variasi tunggal, variasi alih kode,  dan variasi campur kode.
3.  Monica  (2009)  juga  pernah  meneliti  perubahan  fonologis  dalam  sripsinya  yang  berjudul  “Perubahan  Fonologis  dan  Semantis  Istilah  Hukum  Bahasa  Indonesia yang Berasal dari Bahasa Belanda.” Penelitian tersebut menemukan  perubahan bunyi di suku kata awal dan akhir, suku kata awal, suku kata akhir,  bunyi  vokal  menjadi  pendek,  bunyi  /γ/  menjadi  bunyi  /g/.  Variasi  tunggal  meliputi variasi kode bahasa Arab ragam  fushcha>>  dan ragam  a>miyah, variasi  bahasa Indonesia, dan variasi bahasa Jawa.
4.  Mulia (2009) pernah meneliti variasi fonologi bahasa Arab dalam skripsinya  yang  berjudul  “Analisis  Fonologis  Qira:?atu  Al-sab’ati”.  Hasil  dari  penelitian yaitu terdapat perbedaan fonem, pasangan minimal, dan asimilasi.
  Kesemuanya  tidak  menyebabkan  perbedaan  makna.  Dapat  dikatakan  bahwa  Qira:?atu  Al-sab’ati  merupakan  bacaan  al-Qur‟an  yang  terdapat  perbedaan  dialek atau alofon saja.
5.  Sholihah (2009) meneliti tradisi haul di Kelurahan Pasar Kliwon dengan judul  “Tradisi  Haul  Habib  Ali  Al-Habsyi  Masyarakat  Muslim  Muhibbin  di  Pasar  Kliwon Surakarta Tahun 1980-2006”.  Hasil penelitian tentang tradisi tersebut  menghasilkan  beberapa  simpulan.  Pertama,  dari  aspek  sosial  Haul  di  Pasar  Kliwon  merupakan  sarana  untuk  melakukan  hubungan  interaksi  sosial  dan  mempererat  hubungan  antar  individu  maupun  kelompok.  Kedua,  dari  aspek  keagamaan  masyarakat  Pasar  Kliwon  memperoleh  kepuasan  batin  dan  mempunyai  anggapan  positif  bahwa  hidupnya  akan  mendapatkan  banyak  berkah,  menumbuhkan  semangat  untuk  memperkuat  iman  dan  mengerjakan  amal-amal  saleh  yang  dapat  dijadikan  pegangan  bagi  mereka  dalam  menentukan sikap dan perilakunya sehari-hari.
Berdasarkan  penelitian-penelitian  terdahulu,  variasi  dialek  Arab  belum  terkaji  secara  khusus  sedangkan  penelitian  ini  justru  berfokus  pada  penelitian  lapangan  dialek  Arab  dari  kalangan  masyarakat  keturunan  Arab  di  Kelurahan  Pasar  Kliwon.  Data  penelitian  ini  mengacu  pada  daftar  tanyaan  yang  berjumlah  seratus  dua  puluh  (120)  kosa  kata  dasar  Swadesh.  Selain  itu,  penelitian  ini  mengkaji variasi bunyi vokal, konsonan, diftong, semi-vokal dan perubahan bunyi  secara khusus dialek Arab Pasar Kliwon.
Alasan masyarakat keturunan Arab di Kelurahan Pasar Kliwon dijadikan  sebagai  objek  penelitian  adalah  sebagai  berikut.  Pertama,  masyarakat  keturunan  Arab  di  Pasar  Kliwon  dapat  dikatakan  sebagai  penutur  bahasa  Arab  karena    memiliki  verbal  repertoar  dialek  Arab  khas  Pasar  Kliwon.  Hal  ini  terbukti  saat tahap pra penelitian ditemukan  bunyi  lahjah  Arab pada saat percakapan. Kedua,  dibutuhkan  sebuah  penelitan  lahjah  Arab  masyarakat  keturunan  Arab  di  Pasar  Kliwon  untuk  memerikan  variasi  fonologis  dialek  Arab  yang  dimiliki.  Ketiga,  Kelurahan  Pasar  Kliwon  merupakan  pusat  kegiatan  masyarakat  Arab  di  Kecamatan  Pasar  Kliwon  sehingga  muncul  beragam  interaksi  dan  komunikasi  antar  sesama.  Dialek  Arab  Pasar  Kliwon  muncul  saat  interaksi  dan  komunikasi  tersebut.  Ketiga  faktor  inilah  yang  menjadi  latar  belakang  penelitian  tentang  variasi fonologis dialek Arab Pasar Kliwon Surakarta.

 Skripsi Sastra: Variasi Fonologis Dialek Arab Pasar Kliwon Surakarta

Download lengkap Versi PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pesan skripsi