Rabu, 20 Agustus 2014

Skripsi Dakwah:PELAKSANAAN FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN FUNGSI SOSIAL KEAGAMAAN PONDOK PESANTREN DAR AL-QUR'AN PUCAKWANGI PAGERUYUNG KENDAL TAHUN 2010


BAB I  PENDAHULUAN
 1.1.  Latar Belakang  Pesantren  adalah  lembaga  pendidikan  tradisional  (sikap  dan  cara  berfikir serta bertindak  yang selalu berpegang teguh pada norma agama dan  adat  kebiasaan  yang  ada  secara  turun  temurun)  untuk  mempelajari,  memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan  menekankan  pentingnya  moral  keagamaan  sebagai  pedoman  perilaku  sehari-hari. (Mastuhu, 1994:1).
Lembaga pendidikan ini semula merupakan pendidikan agama Islam  yang dimulai sejak munculnya masyarakat Islam di Nusantara pada abad ke-13.  Beberapa  abad  kemudian  penyelenggaraan  pendidikan  ini  semakin  teratur dengan munculnya tempat-tempat pengajian dan berkembang dengan  pendirian tempat-tempat menginap bagi para pelajar (santri), yang kemudian  disebut pesantren. (Masyhud, 2003:1).
Pesantren  telah  hidup  sejak  ratusan  tahun  yang  lalu  serta  menjangkau seluruh lapisan masyarakat muslim dan pesantren telah diakui  sebagai  lembaga  pendidikan  yang  ikut  serta  mencerdaskan  kehidupan  bangsa.  Menurut  Zamakhsyari  Dhofier  dalam  bukunya  Tradisi  Pesantren:  Studi  Tentang Pandangan Hidup Kiai (1985) telah membuat peta pesantren  di  Jawa  dari  abad  19  dan  abad  20,  peta  itu  menunjukkan  bahwa  ada  40  pemusatan  pesantren  di  Jawa  Timur,  kemudian  Jawa  tengah,  dan  Jawa  Barat. (Yayasan Kantata Bangsa, 2005: 2).    Pengelolaan  pesantren  ditangani  satu  sosok  kharismatik  sang  kiai  (ulama)  dan  mampu  bertahan  bukan  hanya  karena  kemampuannya  untuk  melakukan  adjustment  (pengaturan)  dan  readjustment  (penyesuaian  kembali),  tetapi  juga  karena  karakter  eksistensialnya,  yang  dalam  bahasa  Nur  Kholis  Madjid  (cak  Nun)  disebut  sebagai  lembaga  yang  tidak  hanya  identik  dengan  makna  keislaman  saja,  tetapi  juga  “mengandung  makna  keaslian  Indonesia”  (indigenous).  Sebagai  lembaga  indigenous,  pesantren  muncul  dan  berkembang  dari  pengalaman  sosiologi  masyarakat  lingkungannya.  Dengan  kata  lain,  pesantren  mempunyai  keterkaitan  erat  yang tidak terpisahkan dengan komunitas lingkungannya sehingga pesantren  mampu  mengembangkan  diri  dan  memiliki  reputasi  cukup  baik  dalam  memberikan  kontribusi  bagi  kemajuan  sistem  pendidikan  bangsa  ini.

(Mas’ud, 2004:3).
Pesantren  sebagai  lembaga  pendidikan  agama  Islam,  sudah  tentu  membawa  nilai-nilai  ajaran  Islam  dan  misi  pembangunan  dengan  begitu  pesantren adalah sebuah contoh nyata dari pembangunan nilai dari cita-cita  keagamaan  sehingga  tidak  berlebihan  kiranya  jika  pesantren  dapat  disebut  sebagai  pembangunan  masyarakat  Islami.  Pesantren  juga  telah  mengembangkan  fungsinya  sebagai  lembaga  solidaritas  sosial  dengan  menampung anak-anak dari segala lapisan masyarakat muslim dan memberi  pelayanan yang sama kepada mereka dalam pendidikan tanpa membedakan  tingkat sosial ekonomi mereka. (Masyhud, 2003: 91).
Dengan  demikian  pesantren  harus  dikelola  secara  efektif  (sesuai   tujuan yang telah ditetapkan) dan efisien (melaksanakan secara tepat waktu)  sehingga pesantren sebagai lembaga pendidikan, lembaga penyiaran agama  Islam  dan  juga  lembaga  pemberdayaan  masyarakat  dapat  mewujudkan  tujuannya dalam meningkatkan fungsi sosial keagamaan. (Yayasan Kantata  Bangsa, 2005: 5).
Seiring dengan kemajuan zaman penyebaran pesantren semakin luas  dan  merata  sehingga  bertambahnya  jumlah  pesantren  merupakan  sesuatu  yang harus kita syukuri namun sebagai muslim yang baik tidak boleh puas  hanya  karena  pesantren  bertambah  banyak,  sebab  jika  melihat  fungsi  pesantren sekarang ini rasanya patut prihatin, pada kenyataannya sebagian  pesantren belum berfungsi sebagaimana mestinya.
Menurut  Engking  Soewarman  Hasan  dalam  makalah  Keterpaduan  Penyelenggaraan  Pendidikan  Sekolah  dengan  Pendidikan  Luar  Sekolah  di  Pesantren  Darussalam  Ciamis  Jawa  Barat,  menjelaskan  bahwa  disetiap  pesantren mempunyai ragam masalah  yang  bervariasi  dari persoalan SDM  sampai  Sumber  Dana,  untuk  mendeteksi  masalah  yang  ada  perlu  upaya  identifikasi  masalah.  Adapun  permasalahan  secara  umum  yang  terdapat  dipesantren yaitu; a)  Sumber daya manusia b)  Sarana dan prasarana pendidikan c)  Akses komunikasi ke lembaga luar pesantren d)  Tradisi pesantren e)  Sumber dana   Kelima  rumusan  masalah  tersebut  selalu  menjadi  pekerjaan  rumah  tangga pesantren yang tidak berkesudahan (Yayasan Kantata Bangsa, 2005:  22).
Adapun faktor utama yang harus diperhatikan dalam sebuah lembaga  atau organisasi adalah manusia. Ia merupakan aset termahal dan terpenting  maka manusia diibaratkan sebagai urat nadi kehidupan dari sebuah lembaga  atau  organisasi  karena  eksistensi  dari  sebuah  lembaga  atau  organisasi  ditentukan  oleh  kualitas  dan  kuantitas  manusia  yang  ada  didalamnya.
(Munir, 2006: 187).
Kualitas  dan  kuantitas  sumber  daya  manusia  merupakan  prasyarat  utama  dalam  meningkatkan  fungsi  sosial  keagamaan  pondok  pesantren.
Kualitas  sumber  daya  manusia  tersebut  menyangkut  mutu  mereka  yang  berkaitan  dengan  kemampuan  fisik.  Yang  meliputi  kesehatan  jasmani  (melalui  program  gizi  seimbang,  olahraga,  dan  lain-lain),  dan  kemampuan  nonfisik  yang  meliputi  bekerja,  berfikir,  dan  berbagai  macam  ketrampilan  (melalui  program  pendidikan  dan  pelatihan).  Adapun  kuantitas  yaitu  menyangkut jumlah sumber daya manusia yang ada. (Halim, 2005: 4).
Mengingat  begitu  pentingny  fungsi  manajemen  sumber  daya  manusia  dalam  meningkatkan  fungsi  sosial  keagamaan  di  suatu  lembaga  Islam  atau  organisasi  maka  penulis  tertarik  untuk  meneliti  dan  mengkaji  lebih jauh tentang bagaimana implementasi  fungsi  manajemen sumber daya  manusia  (kiai/pemimpin  pondok  pesantren,  pengurus,  dan  santri)  dengan  mengambil obyek penelitian di sebuah Pondok Pesantren          Dar                 Al-Qur’an  Desa  Pucakwangi  Kecamatan  Pageruyung  Kabupaten  Kendal  dalam  meningkatkan  fungsi  sosial  keagamaannya.  Sehingga  penulis  memilih  “Pelaksanaan  Fungsi  Manajemen  Sumber  Daya  Manusia  dalam  Meningkatkan  Fungsi  Sosial  Keagamaan  Pondok  Pesantren  Dar  al-Qur’an  Pucakwangi Pageruyung Kendal Tahun 2010” sebagai judul skripsi.
1.2.  Rumusan Masalah Berdasarkan  latar  belakang  tersebut,  maka  permasalahan  yang  penulis rumuskan ialah: 1.  Bagaimana  pelaksanaan  fungsi  manajemen  sumber  daya  manusia  terhadap  kiai/pemimpin  pondok  pesantren,  pengurus,  dan  santri  di  Pondok Pesantren Dar al-Qur’an Pucakwangi Pageruyung Kendal? 2.  Bagaimana sumber daya  non manusia (pendukung)  di Pondok Pesantren  Dar Al-Qur’an Pucakwangi Pageruyung Kendal? 3.  Bagaimana  pelaksanaan  fungsi  manajemen  sumber  daya  manusia  dan  sumber daya pendukung dalam meningkatkan  fungsi sosial keagamaan  Pondok Pesantren Dar al-Qur’an Pucakwangi Pageruyung Kendal? 1.3.  Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1.  Tujuan Penelitian Sesuai  dengan  permasalahan  yang  telah  penulis  rumuskan,  maka tujuan penelitian ini secara garis besar adalah: a).  Untuk  mengetahui  dan  mendiskripsikan  pelaksanaan  fungsi  manajemen sumber daya manusia di Pondok Pesantren Dar  alQur’an Pucakwangi Pageruyung Kendal.


Download lengkap Versi PDF

1 komentar:

pesan skripsi