Kamis, 21 Agustus 2014

Skripsi Syariah:JUAL BELI SISTEM PANJAR DALAM PERSEPEKTIF MAZ|HAB SYAFI’I


BAB I  PENDAHULUAN
 A.   Latar Belakang Masalah  Sumber dan pedoman bagi umat  Islam adalah Al - Qur’an dan As- Sunnah  yang mengandung ajaran - ajaran tentang aqidah dan ajaran syari’at, kemudian syari’at itu di bagi menjadi dua : ibadah dan  mu’a> mala>h  Mu’a> mala> h secara umum dapat difahami sebagai aturan - aturan  ( Hukum ) Allah SWT yang ditujukan untuk mengatur kehidupan manusi a dalam  urusan keduniaan dan sos ial masyarakat.
Dengan demikian,  apapun aktivitas manusia di dunia ini senantiasa dalam rangka mengabdika n diri kepada Allah SWT, sebagaimana firmanNya dalam surat Q.S. Az|- Z|a>riyyat:  Artinya:  “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”(Q.S. A z|- Z| a>riyyat: 56)  Telah menjadi sunatullah bahwa manusia hidup bermasyarakat, tolong menolong antara satu dengan yang  lainnya . Sebagai makhluk  sosial manusia menerima dan memberikan andilnya pada orang  lain, selain bermuamalah atau   Mahmud Syaltut, Islam sebagai Aqidah dan Syari’at, h.
 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h. 862     bekerja sama dengan orang lain dalam  rangka memenuhi hajat hidup dan mencapai kemajuan dalam hidup.

Hal ini tidak bisa  dipungkiri, bahwa manusia menyesuaikan diri dengan  peraturan atau  hukumAllah  SWT (al - Qur’an dan Sunnah)dan bagi siapa yang  telah menentang  hukum Allah tersebut dengan   mengasingkan diri dari hidup bermasyarakat, maka ia akan sangat menderita dalam hidupnya.
Untuk mencapai tujuan dan kemajuan hidup manusia, diperlukan adanya  kerja sama antara sesama manusia seperti yang di jelaskan dalam Al - Qur’an surat  Al - Ma> idah  ayat: 2   Artinya:  “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan  dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan  pelanggaran….”(Q.S. al - Ma> idah: 2)  Bermuamalah dengan jalan saling tolong menolong, ini akan lebih memudahkan manusia dalam mencapai kemajuan dalam hidupnya, karena manusia tidak mungkin dapat memenuhi hajat hidupnya seorang diri tanpa bantuan dari ora ng lain.
Dalam memenuhi hajat hidu pnya manusia dilarang merugika n pihak lain  dengan cara yang tidak wajar  dan diseru kan agar tetap memelihara  tali  persaudaraan (Ukhuwah  Islamiyah), dalam  aturan hukum  Islam manusia telah dilarang memakan harta sesama atau memakan harta yang diperoleh dengan ja lan  batil (tidak sah ) seperti halnya telah dijelaskan dalam Firman Allah SWT .
 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h, 157     Dalam surat QS. An- Nisa>’ Ayat 29   Artinya:  “Hai orang -orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan  harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”(Q.S. An- Nisa>’: 29).
 Salah satu usaha untuk mencapai hajat hidup dengan meningkatkan taraf  hidup adalah dengan cara melakukan transaksi jual beli, pada pri nsipnya jual beli  (perdagangan ) adalah halal selama tidak melanggar aturan - aturan syari’at  Islam ,  bahkan u saha perdagangan itu dianggap mulia apabila dilakukan dengan jujur dan  tidak ada unsur tipu menipu antara satu dengan yang lai nnya dan benar - benar  harus berdasarkan prinsip syari’at  Islam.
Jual beli merupakan tindakan atau transaksi yang telah di syari’atkandalam arti telah terdapat hukumnya yang jelas dalam Islam, yang berkenaan dengan hukum taklifi. Hukumnya adalah boleh atau kebolehanya dapat  ditemukan dala m Al - Qur’an dan sunnah Nabi SAW.
 sebagaima na di jelaskan  dalam Al - Qur’an Surat Al - Baqarah ayat 275    Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h,   Amir Syarifuddin, Garis-garis besar Fiqih Islam.  h.139   Artinya: “Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah  menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang  telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di  dalamnya.”(Q.S. Al - Baqarah: 275)  Dan terdapat juga pada hadis di bawah iniArtinya:  “Dari  rifa’ah bin rafi’ bahwa Rasulullah SAW. Pernah ditanya orang. Apakah  usahayang paling baik? Rasulul lah menjawab “Usaha seseorang dengan tangannya sendiri   dan tiap-tiap jual beli yang jujur”. (H.R Bazzar dan Hakim)  Dalam h}adi|s Nabi tersebut dimasukan jual beli tersebut kedalam usaha  yang lebih baik dengan catatan  mabru>r secara umum diartikan atas dasar suka  sama suka dan bebas dari penipuan serta penghianatan, ini merupakan prinsip  pokok suatu transaksi.
 Dalam melakukan  transaksi  jual beli, hal yang penting  diperhatikan  ialah mencari baran g yang halal dan dengan jala n yang halal pula. Artinya, carilah  barang yang halal untuk diperjual belikan  kepada orang lain  atau diperdagangkan   Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemah, h.
 Imam Ahmad bin Hambal,  Musnad Imam Ahmad bin  Hambali, jus 4, h.
 Amir Syarifuddin, Garis-garis besar Fiqih Islam.  h. 194    dengan cara yang sejujur - jujurnya,  bersih dari segala sifat yang dapat merusak  jual beli seperti  halnya penipuan, pencurian, perampasan , rib a, dan lain - lain.
 Seluruh aspek jual beli ata u perdagangan terdapat aturan nya, dengan demikian tatkala pedagang atau penjual melakukan aktivitas perdagangan atau jual belinya, maka wajib mematuhi seluruh  aturan   hukum .
Dalam kaitannya dengan jual beli pan jar yang dewasa ini lebih  dikenal dengan istilah uang muka sedikit hal ini sudah sering dilakukan tanpa memandang suatu aturan  hukumtentang boleh atau tidak dengan melakukan aktivitas jual beli seperti ini, akan tetapi dewasa ini jual beli panjar sudah me njadi  suatu kebiasaan di kalanga n masyarakat.
Masyarakat sudah terbiasa melakukan aktivitas jual beli dengan si stem  panjar dengan memberikan uang yang jumlahnya lebih sedikit kepada penjual dan  mengambil barang dari  penjual kemudia n sisa  pembayarannya dilakukan  kemudian hari.   Dan  jual beli seperti ini oleh masyarakat tidak  permasalahkan  tentang  akibat hukumnya, dari sini lah   Islam melihat  bahwa  konsep jual beli itu  sebagai suatu alat untuk menjadikan manusia semakin dewasa dalam pola pikir  dan melakukan berbagai aktivitas ekonomi, pasar sebagai aktivitas jual beli  dan  bahkan pusat perdagangan  harus dijadikan sebagai tempat pelatihan yang tepat  bagi manusia sebagai khalifah di muka bumi  .
 Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Mazhab Syafi’i,h.
 www. Asofwa or id    Maka sebenarnya jual beli dalam  Islam merupakan wadah untuk memproduksi khalifah - khalifah yang tangguh di muka bumi,Abdurrahman bin  Auf adalah salah satu contoh sahabat Nabi yang lahir sebagai seorang Mukmin  yang tangguh berkat hasil pendidikan di pasar, beliau menjadi salah satu orang  kaya yang amanah dan juga memiliki kepribadian yang ihsan.
 Namundalam praktek jual beli  ini,  terdapat suatu kejanggalan tentang  jual beli  sistem  panjar  dan  ada beberapa pendapat di kalanga n ulama’   (Malik,  Syafi’i, Hanafi),  yang mengatakan jual beli seperti ini adalah dilarang (tidak sah ) dan jual beli seperti ini masuk dalam kategori penipuan dan juga memakan harta  orang lain dengan cara bat } il dan ada pula yang mengatakan jual beli seperti ini  boleh, seperti yang dikatakan  Imam Ahmad bin Hambal i namun dalam hal ini  Maz| habSya> fi’i >  termasuk salah satu ulama yang tidak membolehkan jual beli  sistem panjar dan pendapat seperti ini dikatakan juga oleh Ima> m Sya> fi’i >.
Seperti yang telah diketahui bahwa jual beli dengan si stem panjar masih  terjadi perselisihan dikalangan ulama’ terutama  dalam  Maz{{{{|hab  Sya> fi’ i>, jual beli seperti ini yang prakteknya sering terjadi di masyarakat dan tidak lagi  dipermasalahkan dengan memberikan panjar (DP ) kepada seorang penjual dengan ketentuan mengambil barang dan jika seorang pembeli tidak jadi membelinyamaka uang panjar yang diberikan kepada penjual sebagai uang panjar  tersebut  itu menjadi milik penjual dan apabila seorang pembeli jadi untuk   Ibid     membeli barang tersebut maka uang panjar tersebut masuk dalam harga barang  yang hendak dibelinya  Sedangkan yang  menjadi permasalahan di sini adalah apakah jual beli  seperti ini diperbolehkan atau tidak dalam Islam artinya bahwa dalam  praktek jual  beli si stem panjar ini sebagian Fuqaha’melarangnya dan jual beli seperti ini tidak  sah sedangkan  dalam praktek  jual beliseperti ini sudah biasa oleh masyarakat  dilakukan dan itu boleh (artinya tidak dipermasalahkan lagi) .
Maka,  dari  situlah penulis ingin mencoba mengkaji dan menganalisis  pandangan Maz | hab  Sya> fi’i >  tentang jual beli si stem panjar yang  terkaitdengan  jual  beli  sistem panjar yang dilakukan  oleh  masyarakat karena  dalam pandangan  Maz| habSya> fi’i >  jual beli seperti ini tidak boleh.   Bertitik pijak dari pemaparan diatas, maka penulis berasumsi bahwa dalam hal ini  ada dua bentuk pendekatan, yaitu pendekatan mel alui analisa tekstual dan pendekatan sosio - historis yang artinya mengandung modernitas pemikiran. Gerakan dalam aliran dalam usaha untuk merubah paham, adapt istiadat dan institusi lama disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh  kemajuan ilmu pe ngetahuan dan teknologi modern. Dari sini penulis ingin menkaji pembahasan dengan tema  “  JUAL BELI SISTEM PANJAR DALAM  PERSEPEKTIF MAZ | HAB SYA> FI’I  >”   B.  Rumusan Masalah   Ibnu Rusyd. Bidayatul Mujtahidjilid II h : 779    Dari latar belakang  yang telah penulis paparkan diatas, Maka dapat dirumuskan masala h - masalah yang dibahas, yaitu  1.  Bagaimana jual beli sistem panjarDalam Persepektif Maz | hab Sya> fi’i >?  2.  Bagaimana  analisis terhadap jual beli  si stem panjar dalam persepektif Maz| hab Sya> fi’i > ?  C.   Tujuan Penelitian  Sejalan dengan rumusan masalah tersebut,  maka tujuan yang dikehendaki dari penelitian ini adalah  1.  Untuk mengetahui lebih lanjut  jual beli sistem panjar dalam Persepektif maz | hab Sya> fi’i >  2.  Untuk menganalisis pandangan maz| hab Sya> fi’i >tentang jual beli sistem panjar D.  Kajian Pustaka  Dari hasil  penelitian yang telah penulis lakukan sampai saat ini, penulis  belum pernah menjumpai atau menemukan penelitian atau tulisan yang membahas  masalah jual beli si stem panjar menurut pendapat  Maz | habSya> fi’i >,  adapun permasalahan  tentang jual beli panjar, baru kali ini penulis mengkajinya  dengan melihat praktek jual beli seperti ini tidak lagi asing bagi masyarakat, dan  penulis hanya menjumpai dari beberapa tulisan - tulisan yang membahas masalah masalah jual beli yang tidak ada kaitannya dengan jual beli dengansistem panjar.    Adapun mayoritas jumhur ulama  memasukkan kajian jual beli  sistem  panjar  ini  dalam pembahasan jual beli yang dilarang atau disyaratkan karena dalam praktek jual beli seperti ini terdapat dua syarat yang fasad demikian juga  pendapat  Maz| hab  Sya> fi’i >  yang mengatakan demikian seperti halnya pendapat  Ima> m Malik, Ima > m Hanafidan Ima> m Sya> fi’i >.


Download lengkap Versi PDF

4 komentar:

  1. Balasan
    1. Semoga bermanfaat untuk saya khususnya & bermnfaat untuk umumnya :-)amin

      Hapus
    2. Semoga bermanfaat untuk saya khususnya & bermnfaat untuk umumnya :-)amin

      Hapus

pesan skripsi