Kamis, 04 Desember 2014

Skripsi Sastra: Karakteristik Pemakaian Bahasa Caleg (Calon Legislatif) Ri Periode 2014-2019

  BAB I.
PENDAHULUAN.
A.  Latar Belakang Masalah.
Skripsi Sastra: Karakteristik Pemakaian Bahasa Caleg (Calon Legislatif) Ri Periode 2014-2019
Bahasa  merupakan  sarana  komunikasi  dan  ciri  khas  pada  manusia  yang  membedakan  dengan  makhluk  lainnya.  Bahasa  adalah  bagian  dari  masyarakat  dalam  arti  yang  dipakai  masyarakat,  yang  merupakan  gejala  kompleks,  di  mana bahasa selalu dikaitkan dengan gejala masyarakat. Bahasa adalah sebuah sistem,  artinya  bahasa  itu  dibentuk  oleh  sejumlah  komponen  yang  berpola  secara  tetap  dan  dapat  dikaidahkan  (Abdul  Chaer,  2010:11).  Harimurti  Kridalaksana  menyatakan  dalam  Kamus  Linguistik   (2008:24)  bahwa  bahasa  adalah  sistem  lambang  bunyi  yang  dipergunakan  oleh  para  anggota  suatu  masyarakat  untuk  bekerja  sama,  berinteraksi,  dan  mengidentifikasikan  diri.  Hal  serupa  dinyatakan  oleh Samsuri (1978:4) “bahasa tidak terpisahkan dari manusia  dan mengikuti di  dalam  setiap  pekerjaannya,  bahasa  ialah  alat  yang  dipakai  untuk  membentuk  pikiran  dan  perasaannya,  keinginan  dan  perbuatan-perbuatan,  alat  yang  dipakainya untuk mempengaruhi dan dipengaruhi”.

Sejalan  dengan  pendapat  di  atas  Abdul  Chaer  juga  menjelaskan    dalam  Linguistik  Umum  (1999:33)  bahwa  hakikat  dari  bahasa  yakni,  bahasa  adalah sebuah sistem, bahasa itu berwujud lambang, bahasa itu berupa bunyi,  bahasa itu  bersifat  arbriter,  bahasa  itu  bermakna,  bahasa  itu  bersifat  universal,  bahasa  itu produktif, bahasa itu bervariasi,  bahasa itu bersifat dinamis,  bahasa itu berfungsi  sebagai alat interaksi sosial,  bahasa itu merupakan identitas penuturnya. Dengan  bahasa,  manusia  dapat  berkomunikasi  atau  menyampaikan  berbagai  berita,    informasi,  pikiran,  pengalaman,  pendapat  dan  sebagainya.  Dalam  penggunaan  bahasa,  aktivitas  manusia  dalam  kehidupan  sehari-hari  merupakan  perwujudan  bahwa bahasa sebagai alat atau media interaksi antarmanusia.
Pada hakikatnya bahasa digunakan dalam rangka berkomunikasi. Dengan  demikian peranan bahasa sangat penting agar komunikasi berjalan secara efektif.
Sejalan  dengan  hal  tersebut,  dewasa  ini  bahasa  mengalami  perkembangan  di antaranya dari bidang teknologi, salah satunya media cetak.  Pada media cetak, di antaranya  adalah  spanduk,  baliho,  poster  yang  digunakan  dalam  berkomunikasi para  anggota  calon  legislatif.  Salah  satunya  media  tersebut  digunakan  para  anggota calon legisltif dalam rangka untuk berkampanye. Hal tersebut dilakukan  anggota  calon  legislatif,  bahwa  negara  Indonesia  sedang  mengalami  pemilihan  legislatif.
Dengan  adanya  pemilihan  legislatif,  salah  satu  bidang  yang  berperan  penting  dalam  dunia  pendidikan  adalah  bidang  kebahasaan  (sosiolingustik).
Fishman (dalam Suwito 1996:5) menyatakan bahwa sosiolinguistik sebagai studi  tentang  sifat-sifat  khusus  (karakteristik)  variasi  bahasa,  sifat-sifat  khusus  fungsi  bahasa,  dan  sifat-sifat  khusus  pemakaian  bahasa  dalam  jalinan  interaksi  serta  perubahan-perubahan  antara  ketiganya  di  dalam  masyarakat  tuturnya.  Bahasa  mengandung  berbagai  macam  variasi  sosial  yang  tidak  dapat  dijelaskan  oleh  kajian  teori  struktural.  Oleh  karena  itu,  muncullah  kajian  sosiolinguistik  yang  memandang  struktur  masyarakat  dapat  mempengaruhi  struktur  bahasa.  Melalui  kajian ini bahasa akan dikaji bukan hanya sekedar bahasa saja, tetapi juga dengan  masyarakat pengguna bahasa tersebut.
  Pemakaian  bahasa  calon  legislatif  periode  2014-2019  mempunyai  keunikan.  Di  antaranya  sebagian  besar  dominan  menggunakan  bahasa  daerah.
Dengan  demikian  variasi  bahasa  dalam  sosiolinguistik  yang  berkaitan  dengan  penggunaan  bahasa  Jawa,  baik  bahasa  krama  alus  maupun  ngoko  sering  kali  digunakan  para  anggota  calon  legislatif  dalam  berkampanye,  khususnya  pada  media  luar  ruang  (spanduk,  baliho,  poster).  Hal  tersebut  dilakukan,  bahwa  masyarakat  eks-karesidenan  Surakarta  sebagian  besar  adalah  masyarakat  Jawa.
Adapun karakteristik pemakaian bahasa calon legislatif yang  lain sebagian besar  menggunakan ragam bahasa informal. Hal tersebut dilakukan, sehubungan bahwa  ragam  bahasa  informal  cenderung  pada  hal  yang  bersifat  santai,  keakraban,  dan  sebagian  besar  berkombinasi  dengan  bahasa  Jawa.  I  Dewa  Putu  Wijana  dan  Rohmadi  (2013:169)  memaparkan  bahwa  pemakaian  ragam  bahasa  informal  ini  biasanya  mengikuti  atau  menyesuaikan  dengan  keadaan  dan  situasi  komunikasi  (siapa, kepada siapa, masalah apa dan untuk tujuan apa komunikasi itu dilakukan).
Berkaitan  dengan  pengertian  bahasa  yang  telah  dikemukakan  oleh  para  ahli bahasa tersebut, maka peneliti akan membahas  fungsi bahasa yang digunakan  oleh para caleg (calon legislatif) RI periode 2014-2019 pada media luar ruang di  wilayah  eks-karesidenan  Surakarta,  beserta  karakteristik  pemakaian  bahasanya.
Adapun  penelitian  karakteristik  pemakaian  bahasa  caleg  (calon  legislatif)  RI  periode 2014-  2019  dilakukan  pada media luar ruang di wilayah eks-karesidenan  Surakarta, yang di dalamnya terdapat unsur ragam bahasa, kata sapaan, permainan  bahasa, singkatan, akronim, diksi dan gaya bahasa.
  Penelitian  karakteristik  pemakaian  bahasa  caleg  (calon  legislatif)  RI  periode  2014-2019 pada media luar ruang di wilayah eks-karesidenan Surakarta,  didasarkan pada  alasan  bahwa  negara  Indonesia  telah  mengadakan pemilu caleg  (calon  legislatif)  DPR,  DPRD,  dan  DPD  baik  tingkat  pusat,  provinsi,  dan  kabupaten  yang  dilaksanakan  pada  tanggal  9  April  2014.  Akan  tetapi  dalam  penelitian  ini  peneliti  tidak  mengkaji  caleg  (calon  legislatif)  DPD  dikarenakan  data yang tidak mencukupi dan terbatas.
Hal  yang  menarik untuk dikaji  pada penelitian ini  bahwa  calon legislatif DPR atau DPRD (tingkat pusat, tingkat provinsi, dan  tingkat kabupaten)  memulai  kampanye  melalui  spanduk, baliho, poster  (media luar ruang).  Media luar ruang  menjadi  salah  satu  alternatif  calon  legislatif  untuk  berkampanye,  hal  tersebut  dilakukan  untuk  menarik  simpati  masyarakat  luas.  Publikasi  media  luar  ruang  tersebut  dengan  cara  memasang  atau  menempelkan  (spanduk,  baliho,  poster)  di  pinggir jalan,    angkutan umum,    warung  makan,    yang  di dalamnya mengandung  karateristik  pemakaian  bahasa  calon  legislatif.  Sehubungan  dengan  hal  tersebut,  sumber data penelitian ini adalah spanduk, baliho, poster yang terdapat di  wilayah  eks-karesidenan Surakarta di antaranya Boyolali, Karanganyar, Klaten, Sukoharjo,  Surakarta, Sragen, dan Wonogiri.
Selanjutnya  pembahasan  tentang  politik  tidak  hanya  melingkupi  sistem  tatanan  pemerintahan,  melainkan  pemakaian  bahasa  yang  digunakan  sebagai  sarana  berpolitik.  Menurut  Linda  Thomas  dan  Shan  Wareing  (2007:50)  politik  adalah  masalah  kekuasaan,  yaitu  kekuasaan  untuk  membuat  keputusan,  mengendalikan sumber  daya, mengendalikan perilaku orang lain dan sering kali  juga  mengendalikan  nilai-nilai  yang  dianut  orang  lain.  Linda  Thomas  dan    Wareing  (2007:55)  juga  menjelaskan  bahwa  salah  satu  tujuan  yang  hendak  dicapai  politisi  adalah  membujuk  para  pendengar  atau  warga  masyarakat  untuk  percaya  pada  validitas  dari  klaim-klaim  si  politisi.  Penjelasan  tersebut  sejalan  dengan  pemilihan  legislatif  periode  2014-2019,  khususnya  pemakaian  bahasa  yang digunakan para calon legislatif untuk menarik simpati masyarakat.
Penjelasan  di  atas  memaparkan  perkembangan  bahasa,  salah  satunya  pemakaian bahasa calon legislatif. Pemakaian bahasa pada kampanye caleg (calon  legislatif)  sebelum  dan  sesudah  masa  reformasi  terdapat  perbedaan  yang  mencolok. Pada zaman sebelum reformasi bahasa  yang digunakan relatif    formal,  lugas,  padat,  dan  jelas,  sedangkan  pada  masa  pasca  reformasi  bahasa  yang  digunakan  lebih  inovatif  dan  inspiratif.  Fakta  menunjukkan  bahwa  pada  masa  pasca  reformasi  para  anggota  caleg  (calon  legislatif)  lebih  banyak  mempergunakan bentuk  persuasi  untuk menarik kepercayaan massa,  dengan cara menawarkan  program,  visi  dan  misinya.  Salah  satu  di  antaranya  adalah  dengan  menawarkan  fasilitas  jaminan  kesehatan,  pendidikan,  lapangan  pekerjaan,  pembangunan ekonomi, pembenahan lingkungan penduduk,  perbaikan transpotasi  dan jalan raya.
Hal lain yang menarik pula, terdapat beberapa partai yang mempergunakan  slogan-slogan yang unik,  yakni partai Gerindra  (Gerakan Indonesia Raya) dengan slogan  “Indonesia  bangkit”,  partai  Golkar  (Golongan  Karya)  dengan  slogan  “Suara Golkar Suara Rakyat”,  dan  partai PDI (Perjuangan Demokrasi Indonesia)  dengan  slogan  “Indonesia  Hebat”.  Esensi  pada  slogan-slogan  tersebut  dapat  dikaitkan  dengan  unsur  persuasi,  bahwa  kepentingan  politik  berkaitan  dengan  kekuasaan untuk menarik simpati masyarakat. Bahkan antara anggota caleg (calon    legislatif) satu dengan yang lainnya mempunyai  ideologi yang berbeda, baik dari  segi  memroduksi  sebuah  sistem  nilai,  pola  berpikir,  dan  pola  berbicara  dengan  sistem yang berbeda.
Di  sisi  lain  cerminan  keadaan  masyarakat  di  negara  yang  sedang  mengalami pasca reformasi di segala bidang, tentu  mempengaruhi perkembangan  pemakaian bahasanya. Pemakaian bahasa  pada masa pasca reformasi di dalamnya  banyak  dijumpai  penyimpangan  dan  perkembangan  makna,  misalnya  terdapat  akronim-akronim yang semula baku menjadi menyimpang seperti NKRI (Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia)  menjadi   Niat,  Kerja  Keras,  Rasional,  Ibadah.
Selanjutnya  terdapat  penggunaan  kata-kata  yang  unik,  yang  diungkapkan  oleh  anggota  caleg  (calon  legislatif)  yang  mencalonkan  diri  sebagai  anggota  DPRD  yang  berasal  dari  Jawa  (Surakarta)  menuliskan  kata  nggih  nopo  nggih,    hal  ini  dapat  diinterpretasikan  bahwa  anggota  partai  yang  mencalonkan  diri  menjadi  anggota  DPRD   berasal  dari  Jawa,  kata  tersebut  mencerminkan  variasi  bahasa  pengguanaan bahasa Jawa yang halus dan sopan.
Selain  itu  pada  spanduk,  poster,  dan  baliho  di  dalamnya  juga  terdapat  karakteristik  pemakaian  gaya  bahasa,  di  antaranya  gaya  bahasa  penegasan  (pleonasme),  perbandingan,  pertentangan,  atau  sindiran.  Salah  satu  gaya  bahasa  penegasan (pleonasme) yakni pada  kalimat  SIAP menghibah GAJI DEWAN untuk  warga JEBRES.    Hal  tersebut menunjukkan gaya bahasa  pleonasme  bahwa  agar warga sekitar (Jebres) mengetahui akan misi dan visi yang diungkapkan salah satu anggota caleg (calon legislatif).  Keunikan  lainnya adalah di bawah  kata tersebut juga diberikan tulisan  Jawa yang berarti SEPI ING PAMRIH, RAME ING GAWE.
  Sesuai  dengan  kata  tersebut  merupakan  bukti  bahwa  calon  legislatif  yang mencalonkan diri tersebut tidak akan meminta imbalan dalam kinerjanya.
Sehubungan  dengan  penelitian  pemakaian  bahasa,  salah  satu  penelitian  yang membahas hal serupa adalah  Yayuk Eny R.,  mahasiswi  Universitas Negeri  Yogyakarta  pada  tahun  2005  dengan  judul  Karakteristik  Pemakaian  Bahasa  Dalam Spanduk Kampanye Pemilihan Kepala Daerah di Yogyakarta. Akan tetapi,  tinjauan  yang  digunakan  sebagai  dasar  analisis  data  adalah  tinjauan  pragmatik.
Sementara  itu  belum  ada  penelitian  yang  menggunakan  tinjauan  sosiolinguistik  untuk membahas  karakteristik  pemakaian  bahasa  calon legislatif  pada  media luar  ruang  di  wilayah  eks-karesidenan  Surakarta.  Berdasarkan  beberapa  alasan  yang  dikemukakan sebelumnya, maka peneliti akan mendeskripsikan dan menganalisis  Karakteristik  Pemakaian  Bahasa  Caleg  (calon  legislatif)  RI  Periode  2014-2019  Pada Media Luar Ruang di Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta.
B.  Pembatasan Masalah.
Untuk  mencegah  timbulnya  kerancuan  pengertian,  kekaburan  wilayah  persoalan serta mengarahkan penelitian lebih intensif dan efisien,  dan  agar  sesuai  dengan  tujuan  penelitian,  maka  diperlukan  adanya  pembatasan  masalah.  Ruang  lingkup penelitian ini terbatas pada masalah  karakteristik pemakaian bahasa caleg  (calon  legislatif)  RI  periode  2014-2019  pada  media  luar  ruang  di  wilayah  ekskaresidenan  Surakarta  dengan  pendekatan  sosiolinguistik.  Dalam  penelitian  ini  peneliti  membatasi  kajian  pada  karakteristik  serta  fungsi  bahasa  dengan  pendekatan sosiolinguistik.
  C.  Rumusan Masalah.
Berdasarkan  latar  belakang  masalah  dan  pembatasan  masalah  yang  telah  dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:.
1.  Bagaimanakah  karakteristik  pemakaian  bahasa  caleg  (calon  legislatif)  RI  periode  2014-2019  pada  media  luar  ruang  di  wilayah  eks-karesidenan  Surakarta?.
2.  Bagaimanakah  fungsi  bahasa  yang  digunakan  caleg  (calon  legislatif)  RI  periode  2014-2019  pada  media  luar  ruang  di  wilayah  eks-  karesidenan  Surakarta?.
D.  Tujuan Penelitian.
Penelitian  ilmiah  harus  mempunyai  tujuan  yang  jelas,  mengingat  bahwa  penelitian  ilmiah  mempunyai  arah  sasaran  yang  tepat.  Adapun  tujuan  penelitian  ini adalah sebagai berikut:.
1.  Mendeskripsikan  karakteristik  pemakaian  bahasa  caleg  (calon  legislatif)  RI  periode  2014-2019  pada  media  luar  ruang  di  wilayah  eks-karesidenan  Surakarta.
2.  Mendeskripsikan  fungsi  bahasa  yang  digunakan  caleg  (calon  legislatif)  RI  periode  2014-2019  pada  media  luar  ruang  di  wilayah  eks-karesidenan  Surakarta.
  E.  Manfaat Penelitian.
Setiap  penelitian  pada  hakikatnya  diharapkan  memiliki  manfaat,  baik  secara praktis maupun secara teoretis. Hal ini sesuai dengan apa yang  dikatakan  Edi  Subroto bahwa  (2010:98)  “Adanya perumusan mengenai manfaat penelitian  sering  diperlukan  dan  hal  itu  biasanya  dikaitkan  dengan  masalah  yang  bersifat  praktis.  Alasan  setiap  penelitian,  di  samping  memberikan  sumbangan  ke  arah  pengembangan  ilmu,  juga  hendaknya  ikut  memberi  pemecahan  masalah  yang  bersifat praktis”.
Manfaat teoretis penelitian ini adalah sebagai berikut:.
1.  Penelitian  ini  diharapkan  dapat  memperkaya  kajian  tentang  pemakaian  bahasa Indonesia khususnya bahasa caleg (calon legislatif).
2.  Penelitian  ini  diharapkan  mampu  menambah  khasanah  penelitian  terhadap  pemakaian bahasa caleg (calon legislatif) melalui pendekatan sosiolinguistik.
Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut:.
1.  Penelitian ini diharapkan mampu memperluas wawasan kebahasaan,  khususnya linguistik, dalam hal ini kebahasaan dalam lingkup pergaulan,  khususnya bahasa caleg (calon legislatif) atau bahasa politik.
2.  Penelitian ini menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.
F.  Sistematika Penulisan.
Sistematika  penulisan  diperlukan  untuk  mempermudah  penguraian  masalah  dalam  suatu  penelitian,  agar  penelitian  lebih  terarah,  runtut  dan  jelas.
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdari atas lima bab. Adapun    kelima  bab itu adalah sebagai berikut:  .
  Bab  I  Pendahuluan  yang  berisi  latar  belakang  masalah,  pembatasan  masalah,  perumusan  masalah,  tujuan  penelitian,  manfaat  penelitian,  dan  sistematika  penulisan.  Berbagai  hal  tersebut  akan  menjadi  langkah  awal  bagi  peneliti  untuk  menentukan  arah  penelitian  agar  didapat  analisis  yang  spesifik  sesuai tujuan penelitian.
Bab II Kajian Pustaka dan  kerangka pikir. Kajian pustaka  meliputi kajian  studi  terdahulu  tentang  penelitian  yang  sejenis,  landasan  teori  untuk  menyelesaikan  dan  mengupas  permasalahan  yang  ada  dan  kerangka  pikir  yang berisi  penggambaran  mengenai  alur  pemikiran  peneliti  untuk  menyelesaikan  permasalahan dengan analisis yang komprehensif.
Bab  III  Metode  Penelitian  yang  terdiri  atas  jenis  penelitian,  pendekatan,  objek penelitian, sumber data  dan data, teknik pengumpulan data, klasifikasi data,  teknik analisis data, dan teknik penyajian analisis data.
Bab  IV  Analisis  data.  Dari  analisis  data  ini  akan  didapatkan  hasil  penelitian yang akan menjawab permasalahan  yang telah dirumuskan dalam bab  pertama.  Melalui  analisis  ini  akan  didapatkan  pendalaman  pembahasan  yang  terperinci  dan  ilmiah  sesuai  dengan  arah  pembahasan  penelitian.  Analisis  data  akan  semakin  membuka  pemahaman  dan  pengetahuan  yang  ilmiah  mengenai  permasalahan yang dihadapi peneliti.

Bab  V  Penutup  memuat  simpulan  dan  saran.  Dengan  adanya  simpulan,  akan dapat dijawab permasalahan yang ada dalam penelitian.   
Skripsi Sastra: Karakteristik Pemakaian Bahasa Caleg (Calon Legislatif) Ri Periode 2014-2019

Download lengkap Versi PDF

1 komentar:

pesan skripsi