BAB I.
PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
Skripsi Sastra: Pemakaian Bahasa Penyiar Radio Fm Di Surakarta Suatu Pendekatan Sosiolinguistik
Bahasa merupakan
alat komunikasi dalam
kehidupan manusia. Bahasa digunakan
dalam pelbagai hal
di kehidupan manusia.
Bloomfield (dalam Sumarsono,
2011:18) mengatakan bahwa
bahasa adalah sistem
lambang berupa bunyi
yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer)
yang dipakai oleh
anggotaanggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi.
Sejalan dengan
pengertian di atas
Harimurti Kridalaksana menjelaskan bahwa
“bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para
anggota kelompok sosial
untuk bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri” (Harimurti
Kridalaksana, 2001:21).
Pendapat lain mengenai bahasa
juga dikemukakan oleh Abdul Chaer dan Leonie Agustina
bahwa “bahasa adalah
sebuah sistem, artinya,
bahasa itu dibentuk
oleh sejumlah komponen
yang berpola secara
tetap dan dapat dikaidahkan”
(Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2004:11).
Semua orang
menyadari bahwa interaksi
dan segala macam
kegiatan dalam masyarakat akan
lumpuh tanpa bahasa. Di dalam kehidupan bermasyarakat, sebenarnya manusia dapat juga menggunakan alat
komunikasi lain, selain bahasa.
Namun, tampaknya bahasa merupakan
alat komunikasi yang paling baik, paling
sempurna, dibandingkan
dengan alat-alat komunikasi
lain; terMasuk juga
alat komunikasi yang digunakan
para hewan.
Fungsi utama
bahasa adalah sebagai
alat komunikasi atau
alat interaksi yang hanya
dimiliki manusia. Dengan
adanya bahasa sebagai
alat komunikasi, 1 maka semua
yang berada di
sekitar manusia: peristiwa-peristiwa, binatangbinatang, tumbuh-tumbuhan, hasil
cipta karya manusia dan sebagainya, mendapat tanggapan
dalam pikiran manusia,
disusun dan diungkapkan
kembali kepada orang
lain sebagai bahan
komunikasi. Komunikasi melalui
bahasa ini memungkinkan
tiap orang untuk
menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan, mempelajari
kebiasaan, adat-istiadat, kebudayaan serta latar belakangnya masingmasing.
Manusia di
dalam kehidupannya tidak
bisa lepas dengan
bahasa. Bahasa yang digunakan juga sangat beragam. Perbedaan
variasi pemakaian bahasa tentu saja memperlihatkan keunikan
sendiri-sendiri.
Keunikan-keunikan yang ada dalam
pemakaian bahasa oleh suatu kelompok masyarakat tertentu menjadi alasan mengapa penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang register.
Manusia memerlukan suatu disiplin ilmu yang khusus untuk
mempelajari tentang bahasa.
Disiplin ilmu bahasa
itu dikenal dengan
linguistik. Dalam linguistik terdapat beberapa studi ilmu lagi
yang sama-sama mempelajari tentang bahasa, salah
satunya adalah sosiolinguistik. Penulis
memilih bidang sosiolinguistik dalam
penelitian ini karena
pemakaian bahasa merupakan
salah satu kajian dari
sosiolinguistik.
Ditinjau dari
namanya, sosiolinguistik menyangkut
sosiologi dan linguistik.
Konsep Sosiolinguistik menurut
Sumarsono yaitu “sosio
adalah masyarakat dan
linguistik adalah kajian
bahasa, sehingga dapat
disimpulkan bahwa sosiolinguistik merupakan
kajian tentang bahasa
yang dikaitkan dengan kondisi keMasyarakatan” (Sumarsono, 2011:1).
“Sosiolinguistik sebagai cabang
linguistik memandang atau menempatkan kedudukan
bahasa dalam hubungannya
dengan pemakaian bahasa
di dalam masyarakat,
karena dalam kehidupan
bermasyarakat manusia tidak
lagi sebagai individu,
akan tetapi sebagai
masyarakat sosial” (I
Dewa Putu Wijana
dan Muhammad Rohmadi, 2006:7).
Terdapat pelbagai
hal yang dapat
dikaji dalam masyarakat,
antara lain masalah
pemakaian bahasa oleh
suatu kelompok sosial
tertentu. Menurut Abdul Chaer
“setiap bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosa kata tersendiri yang hanya
dikenal dan digunakan
dengan makna tertentu
dalam bidang tersebut” (Abdul
Chaer, 1995:138). Hal
yang membedakan tentu
pada istilah-istilah yang mereka
pakai. Misalnya saja, bahasa yang
digunakan oleh komunitas pecinta tato akan jauh
berbeda dengan bahasa
yang digunakan oleh
komunitas pialang kendaraan
bermotor. Perbedaan variasi
pemakaian bahasa tentu
saja memperlihatkan keunikan sendiri-sendiri dan juga memunculkan adanya pelbagai masalah kebahasaan
dalam kelompok sosial
tertentu yang perlu
dikaji lebih mendalam.
Terdapat pelbagai
macam profesi seperti
guru, pilot, polisi,
pengusaha, petani, pedagang
dalam kehidupan sosial,
namun di antara
beberapa profesi tersebut
ada satu yang
menarik yaitu profesi
penyiar radio. Penyiar
adalah: 1.
orang yang menyiarkan; 2. penyeru
pada radio; 3. pemancar (radio) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:1060). Menjadi seorang penyiar tidaklah mudah,
karena orang itu
harus bisa menjadi
sosok panutan yang
begitu dekat. Penyiar
harus memiliki rasa percaya diri,
kemampuan memilih kalimat, intonasi, artikulasi jelas, gaya
bahasa dalam penyampaian
inforMasi mudah dicerna
dan tidak berbelitbelit, serta menguasai peralatan
siaran.
Penyiar dapat
dikelompokkan atas penyiar
tetap (full time)
dan penyiar sambilan
(part time). Penyiar
tetap mengandalkan pekerjaan
kepenyiarannya sebagai pekerjaan
utama, sedangkan penyiar
sambilan menempatkan profesi penyiar
sebagai aktivitas sekunder
karena pekerjaan utamanya
bukan penyiar, misalnya wiraswasta, Masih berstatus pelajar
atau mahasiswa. Berdasarkan status sosial-ekonomi, mereka
memiliki tingkat sosial-ekonomi yang
berbeda. Ditinjau dari
tingkat pendidikan ditemukan
penyiar tamatan Sekolah
Menengah dan Perguruan Tinggi. Tingkat ekonomi penyiar
mulai dari yang menengah ke bawah misalnya penyiar
yang benar-benar menggantungkan hidupnya
dari hasil pekerjaannya
tersebut, dan juga
menengah ke atas
karena dia menjadi
penyiar hanya sekedar
hobi saja, karena
dia memiliki usaha
yang hasilnya jauh
lebih tinggi dari
menjadi seorang penyiar.
Jika dilihat dari
segi usia, siapa
saja bisa menjadi seorang penyiar mulai dari anak-anak
sampai orang dewasa.
Penyiar radio
dalam kesehariannya hidup
dan berinteraksi di
dua dunia.
Dunia yang pertama yaitu seorang
penyiar berinteraksi dengan para pendengarnya melalui udara. Seorang penyiar dituntut menjadi
sosok yang bisa menjadi panutan, memiliki
sopan santun, tutur kata yang bagus, karena yang diucapkan oleh penyiar akan
didengarkan banyak orang (Wanda Yulia,
2010:33). Dunia yang kedua yaitu pada saat penyiar berinteraksi dengan sesama
rekan kerjanya.
Bahasa yang
digunakan ketika penyiar
berkomunikasi dengan pendengar tentu
akan jauh berbeda
dengan bahasa yang
digunakan dengan rekan
kerjanya.
Meskipun berbeda,
keduanya memiliki bahasa
yang khas dan
hanya dimengerti oleh kelompoknya saja. Penyiar radio banyak menggunakan
istilah-istilah seperti jinggle, PD (Program Director), tandem dan sebagainya.
Penyiar dalam kesehariannya hidup dan berinteraksi dengan sesama rekan kerjanya
dan juga pendengarnya.
Mereka saling berkomunikasi
dengan menggunakan kata
atau istilah khas
pada saat siaran
dan juga membicarakan pekerjaan.
Pemunculan kata-kata atau
istilah yang mereka
gunakan tentu ada alasan dan
juga maksudnya. Pemunculan
kata-kata atau istilah
pada profesi penyiar radio
ini banyak dipengaruhi oleh
bahasa asing terutama bahasa Inggris.
Oleh karena itu, penelitian
mengenai pemakaian bahasa dalam penyiar radio perlu dilakukan untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai
register yang digunakan dalam profesi ini.
Bertolak dari
ketertarikan terhadap bahasa
yang digunakan serta
melihat anggotanya yang
terdiri atas berbagai
lapisan sosial, ekonomi,
pendidikan dan usia yang berbeda itulah maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang pemakaian
bahasa penyiar radio FM di Surakarta.
Penulis juga
memfokuskan penelitian tentang
pemakaian bahasa penyiar radio
ini hanya penyiar
radio FM saja,
karena hampir semua
radio yang ada di
Surakarta bergelombang
FM. Mengapa demikian,
karena saluran FM
jauh lebih bagus kualitas suaranya jika dibandingkan
dengan AM. Oleh karena itulah hampir semua
radio di Surakarta menggunakan saluran FM.
Penulis memilih
Surakarta sebagai tempat
pengambilan datanya karena penelitian
tentang pemakaian bahasa
penyiar radio FM
belum pernah dilakukan disini.
Radio di Surakarta
yang akan menjadi
tempat pengambilan data
yaitu di radio
Metta FM, PTPN
dan RRI Surakarta.
Penulis memilih radio
Metta FM, PTPN dan
RRI Surakarta karena ketiga radio
tersebut memiliki karakteristik yang unik, fungsi
bahasa yang bervariasi,
serta register yang
lebih banyak jika dibandingkan
dengan radio-radio lain di Surakarta.
Dalam pengambilan data,
penulis tidak mengambil dari semua penyiar
di radio
Metta, PTPN dan
RRI Surakarta tetapi
hanya lima penyiar
saja. Lima informan
tersebut yaitu, Lidya
Saka dari radio
Metta FM, Rido
Wicaksono dan Sari Nugraha
dari RRI Surakarta, serta Sara
Neyrhiza dan Dewa dari radio PTPN.
Penulis memilih
kelima informan tersebut
dengan mempertimbangkan kepemilikan karakteristik yang unik, fungsi
bahasa yang bervariasi, serta register yang
lebih banyak jika dibandingkan dengan penyiar radio-radio lain di Surakarta.
Penelitian mengenai pemakaian
bahasa dalam penyiar radio sudah pernah dilakukan sebelumnya.
Penelitian tersebut dilakukan
oleh Nurhayati dari Universitas Sriwijaya
dengan artikel yang
diberi judul “Register
Bahasa Lisan Penyiar-Penyiar Radio
di Palembang (Studi
Analitis dari Aspek
Sosiolinguistik dan
Kaitannya dengan Ketertarikan
Pendengar).” Penelitian tersebut mendeskripsikan karakteristik
register bahasa lisan
penyiar-penyiar radio, khususnya
gambaran fonologi, morfologi,
leksikal, dan sintaksis,
dan mengidentifikasi register
penyiar radio yang
disenangi atau yang
menarik bagi pendengar.
Penelitian tentang pemakaian
bahasa penyiar radio
yang melibatkan penyiar dengan pendengar (on air)
memang sudah pernah dilakukan,
akan tetapi, penelitian
tentang pemakaian bahasa
penyiar radio yang
melibatkan hubungan atau
komunikasi antara penyiar
dengan rekan kerjanya
(off air) belum
pernah dilakukan sebelumnya.
Oleh karena itu
dalam penelitian ini
penulis akan melibatkan keduanya yaitu pemakaian bahasa
yang melibatkan komunikasi antara penyiar
dengan pendengar dan penyiar dengan rekan kerja.
Berdasarkan latar belakang di
atas, penelitian ini akan membahas
masalah pemakaian bahasa
penyiar radio yang
ada di wilayah
Surakarta dan judul penelitian
ini adalah “Pemakaian Bahasa Penyiar Radio FM di Surakarta (Suatu Pendekatan Sosiolinguistik).” B. Pembatasan Masalah.
Agar dalam
pembahasan Masalah nantinya
mendapatkan hasil yang mendalam, terarah,
dan sistematis, maka
perlu kiranya penulis
membuat suatu batasan
tentang permasalahan dalam
penelitian ini. Penulis
menggunakan pendekatan sosiolinguistik yang
merupakan suatu bidang
ilmu interdisipliner untuk membahas
permasalahan yang ada.
Sosiolinguistik menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan
pemakaiannya dalam masyarakat.
Agar tidak meluas, maka aspek
sosiolinguistik yang dibahas dalam penelitian ini adalah
karakteristik, fungsi bahasa,
serta kosa kata
ciri penentu register
dalam pemakaian bahasa penyiar
radio.
C. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: .
1. Bagaimanakah karakteristik
pemakaian bahasa yang digunakan oleh penyiar
radio FM di Surakarta?.
2. Bagaimanakah fungsi kebahasaan yang ada di
dalam tuturan penyiar radio FM di
Surakarta?.
3. Bagaimanakah
kosakata ciri penentu
register yang digunakan
oleh penyiar radio FM di Surakarta?.
D. Tujuan Penelitian.
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:.
1. Mendeskripsikan karakteristik
pemakaian bahasa yang
digunakan oleh penyiar radio FM
di Surakarta.
2. Mendeskripsikan fungsi
kebahasaan yang ada
di dalam tuturan penyiar radio FM di Surakarta.
3. Mendeskripsikan kosakata
ciri penentu register
yang digunakan oleh penyiar radio FM di Surakarta.
Skripsi Sastra: Pemakaian Bahasa Penyiar Radio Fm Di Surakarta Suatu Pendekatan Sosiolinguistik
Download lengkap Versi PDF
Mas bagaimana cara download fail PDVnya?
BalasHapus